Kisah Cinta Bung Tomo dengan Aktivis PMI Jelang Pertempuran Surabaya
Kamis, 21 Oktober 2021 - 08:06 WIB
SURABAYA - Menjalin hubungan percintaan dengan seorang tokoh pergerakan seperti Bung Tomo bukanlah hal mudah. Apalagi saat itu kondisi sosial masyarakat di Indonesia tengah berusaha mempertahankan kemerdekaan dari ancaman agresi militer oleh Belanda.
Tak pelak hal ini membuat kekasih Sutomo , nama asli Bung Tomo yakni Sulistina, harus merelakan keduanya tak sering bertemu. Dikisahkan pada buku "Bung Tomo Hidup dan Mati Pengobar Semangat Tempur 10 November" tulisan Abdul Waid, sejak Januari 1946 ia dan Bung Tomo tak sering bertemu.
Sulitnya pertemuan keduanya, tidak hanya karena kesibukan kedua orang ini pada pekerjaan masing-masing. Melainkan juga faktor saat itu Surabaya masih dikuasai oleh tentara sekutu.
Pada masa itu di Surabaya, terjadi bentrokan-bentrokan bersenjata antara pemuda-pemuda pejuang Republik Indonesia dengan pasukan sekutu, yang pada akhirnya berkembang menjadi pertempuran besar yang terkenal dengan pertempuran Surabaya.
Sebab itulah, kedua pasangan sejoli yang tengah dimabuk asmara ini tak sering bertemu. Bila melakukan pertemuan pun dilakukan secara sembunyi - sembunyi. Selain karena merasa tidak enak dengan teman-teman sejawat dan seperjuangan, itu dilakukan untuk menghindar dari intaian tentar sekutu.
Apalagi ketika Bung Tomo baru menjalani hubungannya dengan Sulistina, ia adalah sosok pemberontak yang giat memobilisasi massa menentang keberadaan sekutu di Surabaya.
Ia pun dikenal sebagai pemimpin Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI) yang paling dicari oleh tentara sekutu. Tentara sekutu merasa tidak nyaman dengan gerakan Bung Tomo.
Melihat situasi demikian, sangat mustahil bagi Bung Tomo untuk menjalin cinta dengan Sulistina secara terang-terangan. Jika tidak ada kesempatan yang betul-betul memungkinkan, Bung Tomo tidak bertemu dengan Sulistina.
Sulistina pun bukannya perempuan manja yang sering galau, ia mengerti dengan keadaan yang dialami Bung Tomo. Ia pun tak menuntut banyak waktu Bung Tomo untuk dirinya.
Tak pelak hal ini membuat kekasih Sutomo , nama asli Bung Tomo yakni Sulistina, harus merelakan keduanya tak sering bertemu. Dikisahkan pada buku "Bung Tomo Hidup dan Mati Pengobar Semangat Tempur 10 November" tulisan Abdul Waid, sejak Januari 1946 ia dan Bung Tomo tak sering bertemu.
Sulitnya pertemuan keduanya, tidak hanya karena kesibukan kedua orang ini pada pekerjaan masing-masing. Melainkan juga faktor saat itu Surabaya masih dikuasai oleh tentara sekutu.
Pada masa itu di Surabaya, terjadi bentrokan-bentrokan bersenjata antara pemuda-pemuda pejuang Republik Indonesia dengan pasukan sekutu, yang pada akhirnya berkembang menjadi pertempuran besar yang terkenal dengan pertempuran Surabaya.
Sebab itulah, kedua pasangan sejoli yang tengah dimabuk asmara ini tak sering bertemu. Bila melakukan pertemuan pun dilakukan secara sembunyi - sembunyi. Selain karena merasa tidak enak dengan teman-teman sejawat dan seperjuangan, itu dilakukan untuk menghindar dari intaian tentar sekutu.
Apalagi ketika Bung Tomo baru menjalani hubungannya dengan Sulistina, ia adalah sosok pemberontak yang giat memobilisasi massa menentang keberadaan sekutu di Surabaya.
Ia pun dikenal sebagai pemimpin Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI) yang paling dicari oleh tentara sekutu. Tentara sekutu merasa tidak nyaman dengan gerakan Bung Tomo.
Melihat situasi demikian, sangat mustahil bagi Bung Tomo untuk menjalin cinta dengan Sulistina secara terang-terangan. Jika tidak ada kesempatan yang betul-betul memungkinkan, Bung Tomo tidak bertemu dengan Sulistina.
Sulistina pun bukannya perempuan manja yang sering galau, ia mengerti dengan keadaan yang dialami Bung Tomo. Ia pun tak menuntut banyak waktu Bung Tomo untuk dirinya.
tulis komentar anda