Siasat Gajah Mada Menaklukkan Kebo Iwa, Patih Kerajaan Bali yang Ditakuti Majapahit

Jum'at, 03 September 2021 - 05:00 WIB
Kerajaan Bali adalah salah satu daerah di nusantara yang sulit ditundukan Kerajaan Majapahit di bawah kepemimpinan Patih Gajah Mada. Foto Ilustrasi/Ist
Kerajaan Bali adalah salah satu daerah di nusantara yang sulit ditundukan Kerajaan Majapahit di bawah kepemimpinan Patih Gajah Mada. Secara turun-temurun kerajaan-kerajaan di Bali ini diperintah oleh raja-raja keturunan Dinasti Warmadewa.

Kerajaan Bali pada 1337 Masehi, dikenal dengan sebutan Kerajaan Bali Aga dengan pusat pemerintahan kerajaan ini konon terletak di Bedahulu. Karena itu, Kerajaan Bali Aga sering kali disebut Kerajaan Bedahulu atau Bedulu.

Penguasa terakhir Kerajaan Bali Aga bernama Sri Ratna Bumi Banten. Sang raja inilah yang menentang ekspansi Kerajaan Majapahit yang dipimpin Gajah Mada pada 1343.



Kerajaan Bali sulit ditaklukan balatentara Majapahit karena kemampuan balatentaranya yang mumpuni ditambah Patih Kebo Iwa dan panglima perangnya yang sakti membuat kerajaan ini sulit ditaklukan.



Patih Kebo Iwa ini tinggal di Belahbatuh konon kesaktiannya menggentarkan nyali Mahapatih Gajah Mada.

Dimana Gajah Mada takut berhadap langsung dengan Kebo Iwa. Patih Gajah Mada memang merasakan ada kesulitan besar yang menghantui dirinya dan belum dirasakan sebelumnya.

Tak seperti biasanya walaupun Gajah Mada sering berhadapan dengan musuh lebih besar dan lebih kuat dan memiliki peralatan perang serba lengkap. Tetapi menghadapi Kerajaan Bali Aga, ada rasa takut dan ragu-ragu menyelinap pada diri Gajah Mada.

Tetapi sumpah Palapa Gajah Mada yang akan mempersatukan nusantara harus terlaksana. Karena itu Gajah Mada dan punggawa Kerajaan Majapahit mengatur siasat untuk membunuh Kebo Iwa agar bisa menguasai Kerajaan Bali Aga.

Konon, suatu hari semua pembesar Kerajaan Majapahit melakukan rapat membicarakan Kerajaan Bali Aga yang tidak mau tunduk.

Padahal, secara hierarki Kerajaan Bali Aga harusnya tunduk pada Majapahit lantaran Kerajaan Majapahit sudah menaklukkan Kerajaan Daha.

Gajah Mada yang ikut dalam rapat tersebut sempat menyampaikan ungkapannya terkait kemasyuran Kerajaan Bali Aga.

Melalui seorang pendeta istana (Pendeta Purohita) yang bernama Danghyang Asmaranata, Gajah Mada juga membicarakan kesaktian Kebo Iwa, salah satu pentolan punggawa Kerajaan Bali Aga.

Menurut Gajah Mada, selama Kebo Iwa masih di Bali, Majapahit akan kesulitan menghadapi Kerajaan Bali Aga secara terbuka.

Dalam rapat tersebut diaturlah strategi sedemikan rupa untuk menaklukkan Kerajaan Bali Aga.Raja Majapahit akhirnya memutuskan, sebelum Gajah Mada melakukan penyerangan ke Bali, Kebo Iwa sebagai orang yang kuat dan sakti di Bali harus disingkirkan terlebih dahulu.

Ratu Majapahit Putri Tribhuwana Tunggadewi lalu mengutus Gajah Mada ke Bali untuk membawa surat yang isinya seakan-akan Ratu Majapahit menginginkan persahabatan dengan Raja Bali Aga.

Selain itu, kedatangan Gajah Mada ke Bali merupakan strategi untuk melihat dari dekat kekuatan prajurit Kerajaan Bali Aga.

Keberangkatan Gajah Mada ke Bali sengaja dibuat tidak terlihat mencolok. Dia hanya ditemani beberapa orang penting sehingga tidak menimbulkan kecurigaan.

Gajah Mada bersama rombongan kecilnya berangkat menggunakan perahu layar, naik dari Pelabuhan Pantai Bubat, menyelusuri Pantai Kerajaan Pejarakan.

Terus ke Pelabuhan Purancak sampai ke tepi Pantai Jembrana. Dari sana rombongan Gajah Mada melanjutkan perjalanan hingga tiba di Pantai Gumicik, lalu terus melalui jalan darat.

Saat itu, tersiarlah kabar bahwa ada serombongan penumpang perahu sedang berlabuh di Pantai Gumicik dekat Belahbatuh, Kerajaan Bali Aga.

Mendengar laporan itu, Ki Pasung Grigis sebagai Mangku Bumi Kerajaan Bali Aga yang tinggal di Tengkulak, langsung mempersiapkan diri dan anak buahnya untuk bertempur.

Tetapi saat bertemu Gajah Mada dan rombonganya, Gajah Mada malah mengaturkan sembah ampun kepadanya.

“Maafkan atas kedatangan hamba tanpa memberi kabar terlebih dahulu. Hamba adalah utusan Kerajaan Majapahit bernama Patih Gajah Mada, kedatangan Hamba atas kehendak Ratu Tribhuwana Tunggadewi untuk menyampaikan sepucuk surat kepada Raja Bali Aga,” kata Gajah Mada.

Mendengar penjelasan Patih Gajah Mada, Ki Pasung Grigis meyakini, bahwa kedatangan Gajah Mada ke Bali tidak berniat buruk.

Apalagi Gajah Mada tidak membawa perlengkapan perang sebagaimana lazimnya angkatan perang.

Ki Pasung Grigis menyambut tamunya dengan sopan pula. Apalagi Ki Pasung Grigis juga sering Mendengar kemasyuran nama Patih Gajah Mada di Majapahit.

“Baik Patih Mada (Gajah Mada), kami antar menghadap Sri Baginda Raja. Tetapi alangkah baiknya jika Patih Mada beserta rombongan beristirahat sejenak,” kata Ki Pasung Grigis.

Selanjutnya kedua rombongan mengarah ke kediaman Kebo Iwa. Setelah mengantar rombongan Gajah Mada ke kediaman Kebo Iwa, Ki Pasung Grigis langsung menuju ke pusat Kerajaan Bali Aga untuk memberitahukan perihal kedatangan Gajah Mada pada Raja Bali Aga.



Singkat cerita, Ki Pasung Grigis melaporkan kedatangan Patih Mada sebagai utusan Ratu Majapahit kepada Raja Bali Aga.

Mendengar penjelasan secara terperinci, maka Maha Raja Sri Ratna Bumi Banten memerintahkan kepada Ki Pasung Grigis untuk mengantar tamunya ke Bedahulu, pusat pemerintahan Kerajaan Bali Aga.

Berangkatlah Ki Pasung Grigis untuk membawa utusan Raja Majapahit tersebut menghadap Sri Ratna Bumi Banten.

Sesampainya di Kerajaan Bali Aga, semua rombongan Patih Gajah Mada menunduk, mereka berjalan membungkuk sebagai penghormatan kepada Raja Bali guna mengambil simpati sang Raja.

Melihat sikap sopan Gajah Mada, maka Raja Bali menghormatinya sehingga ia dipanggil untuk mendekat.

“Hai Patih Mada (Gajah Mada) kemarilah mendekat padaku, berita apa yang kau bawa untukku. Ceritakanlah jangan engkau merasa sungkan,” perintah Rajah Bali Aga.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More