Limbah Hasil Laut Dikreasi Jadi Produk I-Wak Sambal
Senin, 02 Agustus 2021 - 10:23 WIB
SURABAYA - Para mahasiswa Fakultas Vokasi Universitas Airlangga yang tergabung dalam Tim Battra UA mengembangkan hasil limbah laut menjadi produk olahan yang bernilai jual tinggi.
Ketua Tim Marita Tri Santi menuturkan, dirinya bersama para mahasiswa lainnya melakukan pengolahan limbah hasil laut dengan memanfaatkan limbah ikan menjadi produk olahan berupa sambal kepala ikan dan pelet untuk ikan ternak.
Kemasan sambal kepala ikan berupa wadah yang eco-friendly terbuat dari gelas kaca yang dapat digunakan kembali. Sedangkan untuk wadah dari pelet ikan terbuat dari plastik yang mudah terurai.
“Kami bermaksud untuk mengoptimalkan pemanfaatan limbah hasil laut dengan mengubahnya menjadi suatu bisnis yang bermanfaat bagi masyarakat,” kata Marita, Minggu (1/8/2021).
Ia melanjutkan, ide ini termasuk kedalam SDGs ke 12, yaitu responsible consumption and production. Produk bisnis berupa sambal kepala ikan bernama I-Wak Sambal dan pelet ikan bernama I-Wak Pelet.
“Ikan yang kami gunakan pada produk sambal kepala ikan adalah sejenis ikan kakap merah atau ikan yang masih layak dikonsumsi manusia. Kami memilih produk berupa sambal karena masyarakat Indonesia banyak menyukai rasa pedas,” ungkapnya.
Marita menambahkan, pihaknya membeli bahan baku produk langsung dari nelayan dan para penjual ikan di pasar ikan Pabean, Surabaya. Sehingga kandungan nutrisi omega-3 dan protein masih tetap terjaga.
Selain kandungan nutrisi dalam produk, mereka juga mengangkat rasa sambal asli Indonesia yang harapannya dapat melestarikan kearifan lokal.“Sedangkan pada produk pelet, kami memanfaatkan ikan yang sudah tidak layak konsumsi, tulang, sirip, dan jeroan ikan. Produk pelet ikan juga mengandung probiotik yang baik untuk pertumbuhan ikan ternak,” jelasnya.
Mahasiswa D-III Pengobat Tradisional itu mengungkapkan, inovasi dari bisnis mereka sesuai dengan SDGs dengan tujuan pembangunan keberlanjutan. Bisnis ini juga dapat dikembangkan di negara lain yang juga merupakan negara maritim.
“Juga bisa dikembangkan di negara yang memiliki hasil laut yang besar namun hasil tangkapannya tidak dimanfaatkan secara optimal,” ungkapnya.
Lihat Juga: 7 Universitas dengan Jurusan Ilmu Komunikasi Terbaik Versi EduRank, Berapa Biaya Kuliah di UI?
Ketua Tim Marita Tri Santi menuturkan, dirinya bersama para mahasiswa lainnya melakukan pengolahan limbah hasil laut dengan memanfaatkan limbah ikan menjadi produk olahan berupa sambal kepala ikan dan pelet untuk ikan ternak.
Kemasan sambal kepala ikan berupa wadah yang eco-friendly terbuat dari gelas kaca yang dapat digunakan kembali. Sedangkan untuk wadah dari pelet ikan terbuat dari plastik yang mudah terurai.
“Kami bermaksud untuk mengoptimalkan pemanfaatan limbah hasil laut dengan mengubahnya menjadi suatu bisnis yang bermanfaat bagi masyarakat,” kata Marita, Minggu (1/8/2021).
Ia melanjutkan, ide ini termasuk kedalam SDGs ke 12, yaitu responsible consumption and production. Produk bisnis berupa sambal kepala ikan bernama I-Wak Sambal dan pelet ikan bernama I-Wak Pelet.
“Ikan yang kami gunakan pada produk sambal kepala ikan adalah sejenis ikan kakap merah atau ikan yang masih layak dikonsumsi manusia. Kami memilih produk berupa sambal karena masyarakat Indonesia banyak menyukai rasa pedas,” ungkapnya.
Marita menambahkan, pihaknya membeli bahan baku produk langsung dari nelayan dan para penjual ikan di pasar ikan Pabean, Surabaya. Sehingga kandungan nutrisi omega-3 dan protein masih tetap terjaga.
Selain kandungan nutrisi dalam produk, mereka juga mengangkat rasa sambal asli Indonesia yang harapannya dapat melestarikan kearifan lokal.“Sedangkan pada produk pelet, kami memanfaatkan ikan yang sudah tidak layak konsumsi, tulang, sirip, dan jeroan ikan. Produk pelet ikan juga mengandung probiotik yang baik untuk pertumbuhan ikan ternak,” jelasnya.
Mahasiswa D-III Pengobat Tradisional itu mengungkapkan, inovasi dari bisnis mereka sesuai dengan SDGs dengan tujuan pembangunan keberlanjutan. Bisnis ini juga dapat dikembangkan di negara lain yang juga merupakan negara maritim.
“Juga bisa dikembangkan di negara yang memiliki hasil laut yang besar namun hasil tangkapannya tidak dimanfaatkan secara optimal,” ungkapnya.
Lihat Juga: 7 Universitas dengan Jurusan Ilmu Komunikasi Terbaik Versi EduRank, Berapa Biaya Kuliah di UI?
(don)
tulis komentar anda