Jejak Sunan Kalijaga di Bukit Surowiti Gresik
Jum'at, 23 April 2021 - 05:00 WIB
Julukan berandal Loka Jaya karena Raden Sahid sering menjarah harta kaum ningrat untuk dibagikan ke kaum miskin. Goa Langsih ini tergolong unik karena memiliki pintu atau lubang masuk yang sangat sempit. Ukurannya pas untuk tubuh satu orang.
Goa Langsih terdiri atas dua ruangan. Ruangan atas goa konon dulunya digunakan Sunan Kalijaga untuk bermusyawarah dengan sunan-sunan lainnya, dalam memecahkan persoalaan keagamaan. Masuk ke dalam Goa Langsih bisa melalui lubang masuk yang sempit dan terdapat tangga turun yang terbuat dari balok kayu besar.
Dalam ruangan bagian bawah goa terdapat batuan yang berbentuk cekungan dengan air yang menetes secara terus-menerus. Hingga saat ini, banyak orang tetap menjaga sakralitas bukit Surowiti tersebut.
Sebagian dari mereka datang untuk tujuan meditasi untuk mendapatkan kekuatan. Sebagian lagi datang untuk berziarah dan mengalap barakah. Bahkan, tidak jarang yang mengunjungi bukit tersebut dalam rangka pesugihan.
Tapi belakangan, ada juga yang datang hanya sekedar berwisata. Sama seperti tempat sakral lainnya, petilasan di bukit Surowiti juga mengenal hari baik dalam hal kunjungan. Hal itu dikaitkan dengan perhitungan hari baik. Yaitu pada hari Senin dan Kamis. Selain itu, pada bulan-bulan besar dan Sura sering juga dilaksanakan acara tradisi di lokasi petilasan tersebut.
Seperti Grebeg Mulud, Grebeg Puasa, Grebeg Besar, Malam Jum’at Legenan dan beberapa upacara keagamaan Islam lainnya. Misalnya pada malam 1 Sura, masyarakat melakukan upacara ritual keagamaan dengan pembakaran kemenyan. Tetapi juga dengan membaca yasin,tahlil, istigasah maupun bacaan-bacaan doa lain.
Saat ritual berlangsung, masyarakat memohon keberkahan hidup. Praktik seperti ini juga terjadi di bulan Maulud, yang berbentuk upacara-upacara slametan. Tidak hanya itu, menjelang puasa pun acara slametan juga diselenggarakan, yang sering dikenal dengan acara megengan.
Lihat Juga: Kisah Tumenggung Pati Pembisik Sultan Amangkurat I Meredam Konflik Kesultanan Mataram dengan Banten
Goa Langsih terdiri atas dua ruangan. Ruangan atas goa konon dulunya digunakan Sunan Kalijaga untuk bermusyawarah dengan sunan-sunan lainnya, dalam memecahkan persoalaan keagamaan. Masuk ke dalam Goa Langsih bisa melalui lubang masuk yang sempit dan terdapat tangga turun yang terbuat dari balok kayu besar.
Dalam ruangan bagian bawah goa terdapat batuan yang berbentuk cekungan dengan air yang menetes secara terus-menerus. Hingga saat ini, banyak orang tetap menjaga sakralitas bukit Surowiti tersebut.
Sebagian dari mereka datang untuk tujuan meditasi untuk mendapatkan kekuatan. Sebagian lagi datang untuk berziarah dan mengalap barakah. Bahkan, tidak jarang yang mengunjungi bukit tersebut dalam rangka pesugihan.
Tapi belakangan, ada juga yang datang hanya sekedar berwisata. Sama seperti tempat sakral lainnya, petilasan di bukit Surowiti juga mengenal hari baik dalam hal kunjungan. Hal itu dikaitkan dengan perhitungan hari baik. Yaitu pada hari Senin dan Kamis. Selain itu, pada bulan-bulan besar dan Sura sering juga dilaksanakan acara tradisi di lokasi petilasan tersebut.
Seperti Grebeg Mulud, Grebeg Puasa, Grebeg Besar, Malam Jum’at Legenan dan beberapa upacara keagamaan Islam lainnya. Misalnya pada malam 1 Sura, masyarakat melakukan upacara ritual keagamaan dengan pembakaran kemenyan. Tetapi juga dengan membaca yasin,tahlil, istigasah maupun bacaan-bacaan doa lain.
Saat ritual berlangsung, masyarakat memohon keberkahan hidup. Praktik seperti ini juga terjadi di bulan Maulud, yang berbentuk upacara-upacara slametan. Tidak hanya itu, menjelang puasa pun acara slametan juga diselenggarakan, yang sering dikenal dengan acara megengan.
Lihat Juga: Kisah Tumenggung Pati Pembisik Sultan Amangkurat I Meredam Konflik Kesultanan Mataram dengan Banten
(msd)
tulis komentar anda