Jejak Sunan Kalijaga di Bukit Surowiti Gresik

Jum'at, 23 April 2021 - 05:00 WIB
loading...
Jejak Sunan Kalijaga di Bukit Surowiti Gresik
Sunan Kalijaga.Foto/ist
A A A
GRESIK - Jejak para wali, khususnya Wali Songo membentang di sepanjang pantai utara Jawa. Sehingga, tak sulit untuk bisa menemukan petilasan atau tempat yang pernah disinggahi oleh para wali tersebut.

Salah satu yang cukup terkenal adalah Bukit Surowiti. Bukit Surowiti yang terletak di Desa Surowiti, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik, disebut-sebut sebagai petilasan pertapaan Sunan Kalijaga.

Bukit Surowiti memiliki ketinggian 260 meter diatas permukaan laut (mdpl) dan berjarak ±40 km dari kota Gresik melalui Jalur pantura Gresik-Tuban atau ±3 km dari Jalan Raya Panceng.Di kaki bukit Surowiti terdapat sebuah telaga dan padatepinya ditumbuhi rumpun bambu.

Baca juga: Masjid Cheng Ho, Seperti Pagoda dan Filosofi Kakbah serta Perjalanan Wali Songo

Masyarakat percaya, di bukit Surowiti itulah Raden Sahid melakukan ritual tapa atau semedi. Laku spiritual itu dijalaninya selama 40 hari 40 malam. Di sana, Raden Sahid menjaga tongkat Sunan Bonang yang tertancap di tepi telaga. Akhirnya tongkat tersebut menjadi rerumputan batu.

Petilasan tersebut merupakan asal-usul dari sebutan “Sunan Kalijaga” artinya sunan penjaga sungai.Muncul juga cerita penduduk setempat, tempat tersebut merupakan makam Mpu Supa Mandrangi atau Pangeran Sedayu.

Baca juga: Pangeran Raja Atas Angin, Sebar Islam di Bawah Bayang-bayang Ancaman Belanda

Mpu Supa merupakan adik ipar sekaligus santri Sunan Kalijaga. Banyak orang berziarah ke tempat ini terutama untuk mencari kesaktian dan mencari pusaka . Di dekat makam Mpu Supa terdapat Goa Macan, yang konon ceritanya sebagai macan peliharaan Ki Songo Wongso (cikal bakal orang Surowiti).

Di puncak bukit Surowiti, terdapat Goa Langsih. Konon Goa Langsih adalah tempat bertapa Sunan Kalijaga. Goa Langsih ini pula konon menjadi tempat tinggal berandal Loka Jaya, julukan Raden Sahid sebelum menjadi Sunan Kalijaga.

Julukan berandal Loka Jaya karena Raden Sahid sering menjarah harta kaum ningrat untuk dibagikan ke kaum miskin. Goa Langsih ini tergolong unik karena memiliki pintu atau lubang masuk yang sangat sempit. Ukurannya pas untuk tubuh satu orang.

Goa Langsih terdiri atas dua ruangan. Ruangan atas goa konon dulunya digunakan Sunan Kalijaga untuk bermusyawarah dengan sunan-sunan lainnya, dalam memecahkan persoalaan keagamaan. Masuk ke dalam Goa Langsih bisa melalui lubang masuk yang sempit dan terdapat tangga turun yang terbuat dari balok kayu besar.

Dalam ruangan bagian bawah goa terdapat batuan yang berbentuk cekungan dengan air yang menetes secara terus-menerus. Hingga saat ini, banyak orang tetap menjaga sakralitas bukit Surowiti tersebut.

Sebagian dari mereka datang untuk tujuan meditasi untuk mendapatkan kekuatan. Sebagian lagi datang untuk berziarah dan mengalap barakah. Bahkan, tidak jarang yang mengunjungi bukit tersebut dalam rangka pesugihan.

Tapi belakangan, ada juga yang datang hanya sekedar berwisata. Sama seperti tempat sakral lainnya, petilasan di bukit Surowiti juga mengenal hari baik dalam hal kunjungan. Hal itu dikaitkan dengan perhitungan hari baik. Yaitu pada hari Senin dan Kamis. Selain itu, pada bulan-bulan besar dan Sura sering juga dilaksanakan acara tradisi di lokasi petilasan tersebut.

Seperti Grebeg Mulud, Grebeg Puasa, Grebeg Besar, Malam Jum’at Legenan dan beberapa upacara keagamaan Islam lainnya. Misalnya pada malam 1 Sura, masyarakat melakukan upacara ritual keagamaan dengan pembakaran kemenyan. Tetapi juga dengan membaca yasin,tahlil, istigasah maupun bacaan-bacaan doa lain.

Saat ritual berlangsung, masyarakat memohon keberkahan hidup. Praktik seperti ini juga terjadi di bulan Maulud, yang berbentuk upacara-upacara slametan. Tidak hanya itu, menjelang puasa pun acara slametan juga diselenggarakan, yang sering dikenal dengan acara megengan.
(msd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1754 seconds (0.1#10.140)