Ditengah Pandemi, LIPI Beri Kiat Agar Produk UMKM Banyumas - Cilacap Laku

Minggu, 28 Maret 2021 - 09:48 WIB
Melalui pendekatan-pendekatan pengemasan yang baik, diharapkan produk-produk lokal bisa bertahan lama seperti produk-produk ternama. "Misalnya, dengan sistem pengalengan, juga dengan sistem pengemasan yang lain. Dengan demikian, kita harapkan produk-produk UMKM siap dipasarkan dalam level nasional dan internasional," tambahnya.

Sementara itu, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI Prof Ocky Karna Radjasa mengatakan salah satu program riset nasional di LIPI adalah pengolahan makanan yang dikelolah oleh Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam (BTBA) di Gunungkidul, Yogyakarta.

Selain itu, BTBA juga mempunyai Pusat Unggulan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang fokus pada makanan tradisional. "Banyaknya jenis makanan tradisional terutama di Banyumas yang dikelola oleh UMKM menjadikan kami akan melakukan riset kira-kira produk mana yang bisa diangkat jadi produk unggulan karena kami berpikir, misalnya konsep produk satu kota satu produk. Kalau itu bisa ditemukan maka kita akan dorong termasuk mendapatkan izin edar dari BPOM," jelasnya.

Ia menambahkan jika izin edar tersebut akan mempermudah pelaku UMKM untuk meningkatkan produknya. Yang kedua, kata dia, LIPI melalukan kajian teknologi pengemasan karena tidak semua produk dapat dikemas dengan cara yang sama, misalnya ada yang menggunakan kaleng maupun kemasan lain.

"Jadi ini terkait zonasi produk, misalnya dengan 17.508 pulau di Indonesia, maka Jawa saja, dengan Bali, dengan Sumatra, makanan kesehariannya berbeda. Orang Padang makan rendang, orang Banyumas mungkin lebih banyak makan mendoan katakanlah, orang Jogja makan gudeg, maka itu bisa dijadikan dasar zonasi untuk pengolahan produk," katanya menjelaskan. Baca: 3 Penambang Emas Tewas Dipanah Suku Tugutil di Hutan Halmahera, Polisi dan TNI Terjun ke Lokasi.



Terkait dengan kajian LIPI mengenai rekomendasi zonasi produk, dia mengatakan hal itu sudah dimanfaatkan oleh Kementerian Agama, misalnya ketika ada rombongan umrah yang terdiri atas orang Jogja, produk olahan yang disajikan adalah gudeg.

"Jangan sampai orang Padang dikasih gudeg dan sebagainya. Itu poin kesatu, poin yang kedua adalah terkait dengan pascabencana. Setelah terjadi bencana, pemerintah biasanya akan mengirim produk dalam bentuk kalengan yang maaf kurang memperhatikan zonasi juga," katanya menegaskan.

Ocky mengatakan ketika terjadi gempa di Jogja, alangkah baiknya bantuan makanan yang diberikan berbentuk makanan kemasan kaleng yang berkaitan dengan masyarakat setempat, misalnya gudeg dalam kemasan kaleng, bukan rendang dan sebagainya. Baca Juga: Nunggak Tagihan, PLN Putus Listrik Musala Ini.

Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More