Banjir, Longsor Gempa hingga Tsunami Mengintai, Ini Daerah Rawan Bencana di Jabar
Minggu, 14 Februari 2021 - 15:57 WIB
"Kalau dari sisi tanggap daruratnya itu hanya protokol kesehatan, tapi nanti di pengungsian kita harus ekstra. Pertama, kapasitas harus 2-3 kali lipat dari biasanya, lalu harus ada masker, alat cuci tangan, termasuk ruang isolasi bagi warga yang bergejala," sambungnya.
Terkait kajian tentang ancaman gempa potensi gempa besar (magathrust) dan tsunami di selatan Pulau Jawa, Dani menilai bahwa isu gempa dan tsunami tersebut sebenarnya sudah sering disampaikan para pakar dan peneliti. Sehingga, kabar tersebut bukanlah hal yang baru.
Menurutnya, karena sering disampaikan, masyarakat khususnya yang tinggal di kawasan pesisir selatan Jabar pun sudah mengetahui dan memahami apa yang harus dilakukan jika prediksi tersebut benar-benar terjadi.
"Artinya, mereka sudah tahu bagaimana jika ada tanda-tanda tsunami dan tahu harus berlari ke mana," ujarnya.
Meski begitu, lanjut Dani, pihaknya pun tetap melakukan langkah antisipasi dalam menyikapi kabar tersebut, salah satunya upaya perbaikan alat pendeteksian dini (early warning) tsunami. Pasalnya, dari empat alat early warning yang dipasang, dua di antaranya kini dalam kondisi rusak.
"Dua alat berada di Kabupaten Pangandaran dan dua alat lainnya berada di pantai selatan lainnya. Namun, saat ini hanya dua alat yang berfungsi di Cipatujah Pangandaran, sedangkan dua alat lainnya rusak dan harus diperbaiki," ungkapnya.
Pihaknya pun mengaku telah berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan bakal segera memperbaiki kedua alat early warning yang rusak itu. Selain itu, pihaknya juga terus berkoordinasi dan menjalin kerja sama dengan BMKG. Sehingga, setiap prediksi yang diperoleh BMKG akan disampaikan langsung kepada BPBD Jabar.
"Ketika ada tanda-tanda bencana apapun yang tertangkap oleh radar BMKG langsung disampaikan ke BPBD setempat," imbuh Dani.
Dani juga mengatakan, saat ini, pihaknya bakal kembali menggencarkan sosialiasi terkait mitigasi bencana, khususnya di daerah yang banyak dikunjungi wisatawan, seperti Pangandaran dan Sukabumi.
Sosialisasi mitigasi bencana diberikan kepada para pelaku pariwisata, seperti pemandu wisata hingga pengelola penginapan dan restoran. Selain meningkatkan kewaspadaan dan mitigasi bencana kepada para pelaku pariwisata, BPBD Jabar pun merangkul Desa Tangguh Bencana yang telah dibentuk di kawasan wisata di wilayah pantai selatan Jabar. Sedikitnya ada 120 Desa Tangguh Bencana yang siap menjadi garda terdepan dalam mengantisipasi bencana yang mungkin terjadi.
Terkait kajian tentang ancaman gempa potensi gempa besar (magathrust) dan tsunami di selatan Pulau Jawa, Dani menilai bahwa isu gempa dan tsunami tersebut sebenarnya sudah sering disampaikan para pakar dan peneliti. Sehingga, kabar tersebut bukanlah hal yang baru.
Menurutnya, karena sering disampaikan, masyarakat khususnya yang tinggal di kawasan pesisir selatan Jabar pun sudah mengetahui dan memahami apa yang harus dilakukan jika prediksi tersebut benar-benar terjadi.
"Artinya, mereka sudah tahu bagaimana jika ada tanda-tanda tsunami dan tahu harus berlari ke mana," ujarnya.
Meski begitu, lanjut Dani, pihaknya pun tetap melakukan langkah antisipasi dalam menyikapi kabar tersebut, salah satunya upaya perbaikan alat pendeteksian dini (early warning) tsunami. Pasalnya, dari empat alat early warning yang dipasang, dua di antaranya kini dalam kondisi rusak.
"Dua alat berada di Kabupaten Pangandaran dan dua alat lainnya berada di pantai selatan lainnya. Namun, saat ini hanya dua alat yang berfungsi di Cipatujah Pangandaran, sedangkan dua alat lainnya rusak dan harus diperbaiki," ungkapnya.
Pihaknya pun mengaku telah berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan bakal segera memperbaiki kedua alat early warning yang rusak itu. Selain itu, pihaknya juga terus berkoordinasi dan menjalin kerja sama dengan BMKG. Sehingga, setiap prediksi yang diperoleh BMKG akan disampaikan langsung kepada BPBD Jabar.
"Ketika ada tanda-tanda bencana apapun yang tertangkap oleh radar BMKG langsung disampaikan ke BPBD setempat," imbuh Dani.
Dani juga mengatakan, saat ini, pihaknya bakal kembali menggencarkan sosialiasi terkait mitigasi bencana, khususnya di daerah yang banyak dikunjungi wisatawan, seperti Pangandaran dan Sukabumi.
Sosialisasi mitigasi bencana diberikan kepada para pelaku pariwisata, seperti pemandu wisata hingga pengelola penginapan dan restoran. Selain meningkatkan kewaspadaan dan mitigasi bencana kepada para pelaku pariwisata, BPBD Jabar pun merangkul Desa Tangguh Bencana yang telah dibentuk di kawasan wisata di wilayah pantai selatan Jabar. Sedikitnya ada 120 Desa Tangguh Bencana yang siap menjadi garda terdepan dalam mengantisipasi bencana yang mungkin terjadi.
tulis komentar anda