Ada Guguran Awan Panas Dari Puncak Semeru, Warga Diminta Waspada
Jum'at, 17 April 2020 - 17:36 WIB
MALANG - Guguran awan panas kembali terjadi dari puncak Gunung Semeru. Luncurannya mencapai sejauh 2 km dari kawah Jonggring Saloko, menuju ke arah Besuk Bang, yang ada di wilayah Kabupaten Lumajang.
Berdasarkan laporan dari Pos Patau Gunung Api Semeru di Gunung Sawur, Kabupaten Lumajang, guguran awan panas dari puncak gunung api yang memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini, terjadi pada Juat (17/4/2020) pagi, sekitar pukul 06.00 WIB.
Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Semeru, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Liswanto mengatakan, guguran awan panas tersebut terjadi akibat kondisi lidah lava yang tidak stabil.
"Status Gunung Semeru, masih tetap berada di level II atau waspada. Guguran awan panas yang terjadi hari ini, akibat tidak stabilnya lidah lava yang ada di bibir kawah Jonggring Saloko. Sejauh ini belum membahayakan masyarakat, karena jarak luncurnya masih jauh dari permukiman," tuturnya, Jumat (17/4/2020).
Dia menyebutkan, selama periode 1-16 April 2020 aktivitas didominasi oleh guguran lava dan erupsi tidak menerus. Erupsi menghasilkan kolom berwarna kelabu setinggi 400-600 meter di atas puncak berwarna kelabu.
Saat tidak terjadi erupsi, teramati hembusan gas dari kawah Jonggring Seloko, berwarna putih kelabu dengan tinggi 200-400 meter di atas puncak. Aktivitas guguran lava pijar teramati ke arah Besuk Bang, Besuk Kobokan, dan Besuk Kembar, dengan jarak luncur 500-1000 meter dari pusat guguran. Sinar api diam teramati setinggi 10-20 meter dari Kawah Jonggring Seloko.
Aktivitas kegempaan Gunung Semeru, selama periode 1-16 April 2020, masih tinggi. Didominasi oleh jenis gempa letusan, guguran, dan hembusan. Gempa letusan rata-rata terekam 25 kejadian per hari, gempa hembusan 19 kejadian per hari, dan gempa guguran enam kejadian per hari.
Jumlah gempa guguran meningkat sejak 5 April 2020, sedangkan gempa letusan meningkat sejak 8 April 2020. Selain itu, terekam gempa-gempa vulkanik (Tremor Harmonik, Tremor Non Harmonik, Vulkanik Dangkal, dan Vulkanik Dalam) dalam jumlah yang tidak signifikan. Pada Jumat (17/4/2020) terekam gempa awan panas guguran dengan amplitudo maksimum 7 mm dan lama gempa 300 detik.
Masyarakat diimbau lebih waspada terhadap bahaya skunder dari Gunung Semeru, utamanya saat masih sering terjadi hujan di kawasan puncak, dan material vulkanik menumpuk di puncak.
Berdasarkan laporan dari Pos Patau Gunung Api Semeru di Gunung Sawur, Kabupaten Lumajang, guguran awan panas dari puncak gunung api yang memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini, terjadi pada Juat (17/4/2020) pagi, sekitar pukul 06.00 WIB.
Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Semeru, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Liswanto mengatakan, guguran awan panas tersebut terjadi akibat kondisi lidah lava yang tidak stabil.
"Status Gunung Semeru, masih tetap berada di level II atau waspada. Guguran awan panas yang terjadi hari ini, akibat tidak stabilnya lidah lava yang ada di bibir kawah Jonggring Saloko. Sejauh ini belum membahayakan masyarakat, karena jarak luncurnya masih jauh dari permukiman," tuturnya, Jumat (17/4/2020).
Dia menyebutkan, selama periode 1-16 April 2020 aktivitas didominasi oleh guguran lava dan erupsi tidak menerus. Erupsi menghasilkan kolom berwarna kelabu setinggi 400-600 meter di atas puncak berwarna kelabu.
Saat tidak terjadi erupsi, teramati hembusan gas dari kawah Jonggring Seloko, berwarna putih kelabu dengan tinggi 200-400 meter di atas puncak. Aktivitas guguran lava pijar teramati ke arah Besuk Bang, Besuk Kobokan, dan Besuk Kembar, dengan jarak luncur 500-1000 meter dari pusat guguran. Sinar api diam teramati setinggi 10-20 meter dari Kawah Jonggring Seloko.
Aktivitas kegempaan Gunung Semeru, selama periode 1-16 April 2020, masih tinggi. Didominasi oleh jenis gempa letusan, guguran, dan hembusan. Gempa letusan rata-rata terekam 25 kejadian per hari, gempa hembusan 19 kejadian per hari, dan gempa guguran enam kejadian per hari.
Jumlah gempa guguran meningkat sejak 5 April 2020, sedangkan gempa letusan meningkat sejak 8 April 2020. Selain itu, terekam gempa-gempa vulkanik (Tremor Harmonik, Tremor Non Harmonik, Vulkanik Dangkal, dan Vulkanik Dalam) dalam jumlah yang tidak signifikan. Pada Jumat (17/4/2020) terekam gempa awan panas guguran dengan amplitudo maksimum 7 mm dan lama gempa 300 detik.
Masyarakat diimbau lebih waspada terhadap bahaya skunder dari Gunung Semeru, utamanya saat masih sering terjadi hujan di kawasan puncak, dan material vulkanik menumpuk di puncak.
tulis komentar anda