Makam Leluhur Digusur Proyek Kereta, Kiai Kasan Mukmin Memberontak Belanda

Jum'at, 05 Februari 2021 - 05:00 WIB
Kemudian, sebagai penanda diumumkannya pemberontakan, malam itu bendera berwarna putih, biru, putih dikibarkan di tengah sawah Desa Keboanpasar. Warna putih, biru dan putih dimaknai simbol kemandulan, kefanaan, dan kepiluan.

Dalam Laporan Tentang Gerakan Protes di Jawa Pada Abad XX disebutkan, tanda bendera itu (bendera putih biru putih) memberitahukan bahwa Imam Mahdi atau Ratu Adil telah turun, dan Perang Sabil segera dimulai.

Esok harinya, yakni 27 Mei adalah tepat perayaan maulud nabi. Usai bersuci dengan mencuci rambut (keramas), para pengikut Kiai Kasan Mukmin, bersama sama berkumpul di Desa Keboanpasar.

Massa berpakaian putih putih dengan berselempang klaras atau daun pisang kering serta bersenjata lengkap. Kepada para pengikutnya Kiai Kasan Mukmin menegaskan, pemberontakan melawan pemerintah kolonial Belanda yang dilakukan adalah perang sabil. Karenanya mereka hanya menyasar pejabat pemerintahan antek Belanda serta orang orang Eropa di pabrik gula.

Dengan dimulai pekik takbir, pertempuran meletus. Massa Kiai Kasan Mukmin berhasil menawan Wedana Gedangan dan anak buahnya. Karena melawan, upas Wedana Gedangan yang bernama Kartoprawiro, dibunuh. Pasukan pemerintah Belanda sempat kewalahan.

Untuk memadamkan pemberontakan, Asisten Residen Sidoarjo sampai mendatangkan pasukan militer dari Surabaya. Meski kalah jumlah dan persenjataan, massa pengikut Kiai Kasan Mukmin pantang menyerah. Mereka terus bertempur. Bahkan Residen Surabaya yang terjun ke medan laga, berhasil mereka lukai dan terpaksa dilarikan ke rumah sakit Ngemplak, Surabaya.

Pemberontakan dinyatakan berakhir pada 28 Mei 1904. Sebanyak 40 orang tewas, 20 orang luka luka dan 101 orang ditahan. Dalam pengejaran yang diiringi penyerbuan di Desa Sumantoro, Kiai Kasan Mukmin gugur tertembak. Sementara sejumlah pengikut yang tertangkap hidup hidup, langsung ditawan.

Meski pemberontakan dinyatakan berakhir, hingga beberapa hari ke depan, situasi masih mencekam. Para pejabat pemerintah kolonial Belanda masih tercekam ketakutan. Begitu juga orang orang Eropa. Yakni terutama yang berada di kawasan pabrik gula.

"Hanya di pabrik gula Ketanen masih ada rasa khawatir. Karena ada desas desus bahwa di dekat Ketanen ada desa yang dipergunakan sebagai tempat bersembunyi kaum pemberontak," tulis pejabat Resident L. A. Arends kepada Gubernur Jendral Rooseboom, 20 Juni 1904.
(msd)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content