Waduh 3 Tahun Lagi TPA Penuh, Indonesia Terancam Darurat Sampah
Minggu, 31 Januari 2021 - 14:37 WIB
BANDUNG - Sejumlah tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di Indonesia terancam penuh pada kurun waktu 2 hingga 3 tahun kedepan. Jika tak ada solusi penanganan sampah , maka Indonesia terancam darurat sampah.
Asisten Deputi Pengolahan Limbah dan Sampah Kemenko Maritim dan Investasi Rofi Alhanif memperkirakan, sejumlah TPA sampah yang memiliki kapasitas besar terancam penuh. Hal itu disebabkan oleh semakin tingginya volume sampah yang diproduksi masyarakat setiap harinya.
"Makanya ini harus ada terobosan. Kalau tidak ada solusi, sampah akan semakin menggunung sementara TPA akan makin penuh. Belum lagi, pengangkutan sampah berlebih juga dapat menggangu pariwisata," beber dia di sela kunjungan tempat pengolahan sampah di Arcamanik, Kota Bandung, Jawa Barat, Minggu (31/1/2021).
Oleh karenanya, pihaknya mengapresiasi Program Kang Pisman Kota Bandung, mengatasi sampah dari sumbernya. Mereka melakukan pemilahan hingga mengolah sampah di tingkat RT atau RW. Sehingga sampah yang dibuang ke TPA adalah sampah residu.
"Selama ini dianggap solusi mengatasi.sampah adalah di TPA. Padahal 50 persen mesti diselesaikan di rumah atau komunitas skala kecil seperti RT atau RW. Seperti di Bandung ini. Inofasinya sangat baik, 80 persen sampah selesai di lingkungannya," bebernya.
Dia yakin, bila masalah sampah ini bisa terus dikembangkan, persoalan sampah akan teratasi. TPA tidak penuh oleh sampah yang terus menumpuk. Program yang dilakukan Pemkot Bandung bisa ditiru daerah lainnya di Indonesia.
Apalagi, Pemkot Bandung merupakan daerah yang tidak memiliki TPA. Selama ini, sampah dari Kota Bandung dibuang ke TPA Sarimukti di Bandung Barat. Setiap harinya, produksi sampah Kota Bandung antara 1.200 hingga 1.500 ton.
Lihat Juga: Tak Perlu Retribusi Sampah, Suswono: Kita Harap Mesin Modern Pengelolaan Sampah di Tiap RW
Asisten Deputi Pengolahan Limbah dan Sampah Kemenko Maritim dan Investasi Rofi Alhanif memperkirakan, sejumlah TPA sampah yang memiliki kapasitas besar terancam penuh. Hal itu disebabkan oleh semakin tingginya volume sampah yang diproduksi masyarakat setiap harinya.
"Makanya ini harus ada terobosan. Kalau tidak ada solusi, sampah akan semakin menggunung sementara TPA akan makin penuh. Belum lagi, pengangkutan sampah berlebih juga dapat menggangu pariwisata," beber dia di sela kunjungan tempat pengolahan sampah di Arcamanik, Kota Bandung, Jawa Barat, Minggu (31/1/2021).
Oleh karenanya, pihaknya mengapresiasi Program Kang Pisman Kota Bandung, mengatasi sampah dari sumbernya. Mereka melakukan pemilahan hingga mengolah sampah di tingkat RT atau RW. Sehingga sampah yang dibuang ke TPA adalah sampah residu.
"Selama ini dianggap solusi mengatasi.sampah adalah di TPA. Padahal 50 persen mesti diselesaikan di rumah atau komunitas skala kecil seperti RT atau RW. Seperti di Bandung ini. Inofasinya sangat baik, 80 persen sampah selesai di lingkungannya," bebernya.
Dia yakin, bila masalah sampah ini bisa terus dikembangkan, persoalan sampah akan teratasi. TPA tidak penuh oleh sampah yang terus menumpuk. Program yang dilakukan Pemkot Bandung bisa ditiru daerah lainnya di Indonesia.
Apalagi, Pemkot Bandung merupakan daerah yang tidak memiliki TPA. Selama ini, sampah dari Kota Bandung dibuang ke TPA Sarimukti di Bandung Barat. Setiap harinya, produksi sampah Kota Bandung antara 1.200 hingga 1.500 ton.
Lihat Juga: Tak Perlu Retribusi Sampah, Suswono: Kita Harap Mesin Modern Pengelolaan Sampah di Tiap RW
(shf)
tulis komentar anda