Kesadaran Warga Jawa Barat Soal Bahaya Corona Paling Rendah
Jum'at, 17 April 2020 - 14:18 WIB
JAKARTA - Kesadaran warga Jawa Barat terhadap bahaya wabah virus corona alias Covid-19 ternyata paling rendah. Hal ini diketahui dari hasil riset Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang diumumkan melalui laman resminya.
”Secara umum warga di Jawa Barat terlihat memiliki kesadaran yang paling rendah akan bahaya penyakit ini dibandingkan dengan wilayah lain,” kata Direktur Eksekutif SMRC Sirojudin Abbas melalui keterangan tertulis, Jumat (17/4/2020).
Sirojudin menjelaskan, kesimpulan tersebut berdasarkan sejumlah indikator dalam survei. Perihal pengetahuan mengenai Covid-19 misalnya, seluruh responden dari Jawa Barat mengaku tahu mengenai penyakit yang disebabkannya.
Hanya, 77% responden di Jawa Barat yang percaya bahwa Covid-19 mengancam nyawa. Persentase ini lebih kecil dibandingkan provinsi lain. Sebut saja DKI Jakarta yang angkanya 92%, Jawa Tengah 91%, Jawa Timur 96%%, Banten 89%, Sulawesi Selatan mencapai 99%, dan provinsi lainnya rata-rata 95%.
Indikator lain, penilaian terhadap aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Hanya 86% warga Jawa Barat yang setuju PSBB dapat mencegah penyebaran Covid-19. Sementara rata-rata responden secara nasional menilai PSBB dapat mencegah penyebaran Covid-19. Persentasenya mencapai 87,6%.
Tak hanya itu, Jawa Barat juga menjadi provinsi yang warganya paling sedikit memberi dukungan atas pemberlakuan sanksi PSBB, yaitu hanya 29%. Angka ini jauh di bawah persentase nasional yang mencapai 39%. “Warga Jawa Barat juga paling rendah dukungannya terhadap aturan-aturan dalam PSBB,” ujar Sirojudin.
Berdasarkan temuan ini, SMRC berharap pemerintah lebih intensif memberikan edukasi mengenai wabah Covid-19, khususnya kepada Pemprov Jawa Barat. “Edukasi yang lebih intensif tentang bahaya Covid-19 dan penerapan PSBB perlu dilakukan terhadap warga di Jawa Barat,” imbau dia.
SMRC menyatakan survei bertujuan menggali sikap warga terhadap Covid-19, kebijakan-kebijakan terkait yang sudah dibuat pemerintah, serta bagaimana kehidupan sosial ekonomi warga di tengah-tengah wabah.
Survei dilakukan pada 9 hingga 12 April 2020 dan melibatkan 1.200 responden yang diwawancarai melalui telepon yang dipilih secara acak, dengan margin of error 2,9%.
”Secara umum warga di Jawa Barat terlihat memiliki kesadaran yang paling rendah akan bahaya penyakit ini dibandingkan dengan wilayah lain,” kata Direktur Eksekutif SMRC Sirojudin Abbas melalui keterangan tertulis, Jumat (17/4/2020).
Sirojudin menjelaskan, kesimpulan tersebut berdasarkan sejumlah indikator dalam survei. Perihal pengetahuan mengenai Covid-19 misalnya, seluruh responden dari Jawa Barat mengaku tahu mengenai penyakit yang disebabkannya.
Hanya, 77% responden di Jawa Barat yang percaya bahwa Covid-19 mengancam nyawa. Persentase ini lebih kecil dibandingkan provinsi lain. Sebut saja DKI Jakarta yang angkanya 92%, Jawa Tengah 91%, Jawa Timur 96%%, Banten 89%, Sulawesi Selatan mencapai 99%, dan provinsi lainnya rata-rata 95%.
Indikator lain, penilaian terhadap aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Hanya 86% warga Jawa Barat yang setuju PSBB dapat mencegah penyebaran Covid-19. Sementara rata-rata responden secara nasional menilai PSBB dapat mencegah penyebaran Covid-19. Persentasenya mencapai 87,6%.
Tak hanya itu, Jawa Barat juga menjadi provinsi yang warganya paling sedikit memberi dukungan atas pemberlakuan sanksi PSBB, yaitu hanya 29%. Angka ini jauh di bawah persentase nasional yang mencapai 39%. “Warga Jawa Barat juga paling rendah dukungannya terhadap aturan-aturan dalam PSBB,” ujar Sirojudin.
Berdasarkan temuan ini, SMRC berharap pemerintah lebih intensif memberikan edukasi mengenai wabah Covid-19, khususnya kepada Pemprov Jawa Barat. “Edukasi yang lebih intensif tentang bahaya Covid-19 dan penerapan PSBB perlu dilakukan terhadap warga di Jawa Barat,” imbau dia.
SMRC menyatakan survei bertujuan menggali sikap warga terhadap Covid-19, kebijakan-kebijakan terkait yang sudah dibuat pemerintah, serta bagaimana kehidupan sosial ekonomi warga di tengah-tengah wabah.
Survei dilakukan pada 9 hingga 12 April 2020 dan melibatkan 1.200 responden yang diwawancarai melalui telepon yang dipilih secara acak, dengan margin of error 2,9%.
(muh)
tulis komentar anda