Rp156,3 Triliun Dana Asing Tinggalkan RI Sepanjang Wabah Corona
Jum'at, 17 April 2020 - 13:35 WIB
JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat dana aliran modal asing yang pergi meninggalkan Indonesia sepanjang wabah corona atau Covid-19 cukup besar.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan dana asing yang keluar mencapai sebesar Rp156,3 triliun akibat pandemi virus Corona (Covid-19).
"Net foreign buying kita negatif untuk saham dan SBN (surat berharga negara) menyebabkan ada Rp156,3 triliun dilepas (investor) pada Januari hingga April 2020," ujar Sri Mulyani di Jakarta, Jumat (17/4/2020).
Diterangkan olehnya, perubahan besar terlihat pada bulan Maret dari semua sisi indeks ekonomi, baik konsumsi, tendensi bisnis, dan ritel menunjukkan tren penurunan. Dimana kewaspadaan pemerintaan terus ditingkatkan untuk mengantisipasi dampak yang lebih besar.
"Penurunan cenderung makin tajam, terutama pada akhir Februari dan Maret. Ini membuat kewaspadaan kita meningkat pada April karena pandemik virus ini maish terjadi," jelasnya
Sambung Sri Mulyani menambahkan dengan gejolak ekonomi di beberapa negara menimbulkan antrian dalam meminta bantuan Dana Moneter Internasional (IMF).
Pasalnya gejolak di pasar keuangan membuat investor dan pelaku pasar panik. Alhasil, investor memilih untuk mencari aman.
"Kondisi ini memicu capital outflow dari berbagai negara, terutama emerging countries.Ini yang menyebabkan banyak negara minta bantuan IMF karena semua negara tertekan balance of payment dan cadangan devisanya," tukasnya.
Lihat Juga: 13 Kampus Jurusan Ekonomi dan Bisnis Terbaik di Indonesia Versi THE WUR By Subject 2024, Pilih Mana?
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan dana asing yang keluar mencapai sebesar Rp156,3 triliun akibat pandemi virus Corona (Covid-19).
"Net foreign buying kita negatif untuk saham dan SBN (surat berharga negara) menyebabkan ada Rp156,3 triliun dilepas (investor) pada Januari hingga April 2020," ujar Sri Mulyani di Jakarta, Jumat (17/4/2020).
Diterangkan olehnya, perubahan besar terlihat pada bulan Maret dari semua sisi indeks ekonomi, baik konsumsi, tendensi bisnis, dan ritel menunjukkan tren penurunan. Dimana kewaspadaan pemerintaan terus ditingkatkan untuk mengantisipasi dampak yang lebih besar.
"Penurunan cenderung makin tajam, terutama pada akhir Februari dan Maret. Ini membuat kewaspadaan kita meningkat pada April karena pandemik virus ini maish terjadi," jelasnya
Sambung Sri Mulyani menambahkan dengan gejolak ekonomi di beberapa negara menimbulkan antrian dalam meminta bantuan Dana Moneter Internasional (IMF).
Pasalnya gejolak di pasar keuangan membuat investor dan pelaku pasar panik. Alhasil, investor memilih untuk mencari aman.
"Kondisi ini memicu capital outflow dari berbagai negara, terutama emerging countries.Ini yang menyebabkan banyak negara minta bantuan IMF karena semua negara tertekan balance of payment dan cadangan devisanya," tukasnya.
Lihat Juga: 13 Kampus Jurusan Ekonomi dan Bisnis Terbaik di Indonesia Versi THE WUR By Subject 2024, Pilih Mana?
(boy)
tulis komentar anda