Ditabrak Kayu Besar Hanyut, Jembatan Belanda di Barito Timur Bergeser
Minggu, 29 November 2020 - 22:44 WIB
BARITO TIMUR - Jembatan peninggalan Belanda di dekat Pasar Beringin, Kelurahan Ampah Kota, Kecamatan Dusun Tengah, Barito Timur , Kalimantan Tengah posisinya bergeser. Diduga kuat Jembatan Bakubung atau dikenal sebagai Jembatan Belanda ini bergeser karena tertabrak kayu besar yang hanyut.
“Intensitas hujan yang cukup lama mengakibatkan air Sungai Karau meluap dan berarus deras. Sampah dan kayu terbawa arus hingga menabrak tiang jembatan dan membuat posisi Jembatan Belanda itu bergeser dari posisi semula pada Sabtu (28/11/2020) pukul 00.15 Wib dini hari," kata Camat Dusun Tengah, Supadi, Minggu (29/11/2020).
(Baca juga: Diduga Akibat Galian Jaringan Gas, Jembatan di Kabupaten OKU Jadi Ambles)
Menurut Supadi, nama Jembatan Belanda karena dibangun pada masa penjajahan Belanda. Jembatan dengan konstruksi kayu ulin berukuran 40x40 centimeter itu diperkirakan di bangun pada tahun 1920-an. Oleh karena itu, Jembatan Belanda memiliki sejarah.
(Baca juga: Gunung Ili Lewotolok Erupsi Lagi, Tinggi Kolom Abu 4.000 Meter)
Hal serupa disampaikan warga Ampah Kota, Rustam. Menurutnya, jembatan yang memiliki panjang 26 meter membentang di atas Sungai Karau itu sekarang sangat memprihatinkan karena terjadi erosi di pinggiran sungai sehingga mengganggu kekuatan jembatan. “Tiang jembatan tidak lagi menyentuh tanah, sedangkan di bagian ujung jembatan juga demikian,” kata Rustam.
Perhatian pemerintah sangat diperlukan agar ada renovasi atau rehabilitasi pada jembatan bersejarah yang dimiliki Indonesia itu. Warga Ampah Kota Rakhmat Hidayat (47) mengatakan, Jembatan Belanda merupakan salah satu cagar budaya di Indonesia yang ada dan merupakan bukti sejarah bahwa pernah ada penjajah Belanda di Ampah Kota, Kecamatan Dusun Tengah.
Jembatan Belanda merupakan peninggalan arkeologi dan tradisi, dan sudah diajukan sebagai jembatan yang masuk kategori cagar budaya, jenis cagar budaya, struktur pada Sistem Pendataan Kebudayaan Terpadu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
“Kendala renovasi atau rehabilitasi di situ. Semoga bisa direnovasi atau rehabilitasi dan dilestarikan sebagai bukti sejarah adanya kehadiran Belanda dan adanya perjuangan di Ampah Kota,” katanya.
“Intensitas hujan yang cukup lama mengakibatkan air Sungai Karau meluap dan berarus deras. Sampah dan kayu terbawa arus hingga menabrak tiang jembatan dan membuat posisi Jembatan Belanda itu bergeser dari posisi semula pada Sabtu (28/11/2020) pukul 00.15 Wib dini hari," kata Camat Dusun Tengah, Supadi, Minggu (29/11/2020).
(Baca juga: Diduga Akibat Galian Jaringan Gas, Jembatan di Kabupaten OKU Jadi Ambles)
Menurut Supadi, nama Jembatan Belanda karena dibangun pada masa penjajahan Belanda. Jembatan dengan konstruksi kayu ulin berukuran 40x40 centimeter itu diperkirakan di bangun pada tahun 1920-an. Oleh karena itu, Jembatan Belanda memiliki sejarah.
(Baca juga: Gunung Ili Lewotolok Erupsi Lagi, Tinggi Kolom Abu 4.000 Meter)
Hal serupa disampaikan warga Ampah Kota, Rustam. Menurutnya, jembatan yang memiliki panjang 26 meter membentang di atas Sungai Karau itu sekarang sangat memprihatinkan karena terjadi erosi di pinggiran sungai sehingga mengganggu kekuatan jembatan. “Tiang jembatan tidak lagi menyentuh tanah, sedangkan di bagian ujung jembatan juga demikian,” kata Rustam.
Perhatian pemerintah sangat diperlukan agar ada renovasi atau rehabilitasi pada jembatan bersejarah yang dimiliki Indonesia itu. Warga Ampah Kota Rakhmat Hidayat (47) mengatakan, Jembatan Belanda merupakan salah satu cagar budaya di Indonesia yang ada dan merupakan bukti sejarah bahwa pernah ada penjajah Belanda di Ampah Kota, Kecamatan Dusun Tengah.
Jembatan Belanda merupakan peninggalan arkeologi dan tradisi, dan sudah diajukan sebagai jembatan yang masuk kategori cagar budaya, jenis cagar budaya, struktur pada Sistem Pendataan Kebudayaan Terpadu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
“Kendala renovasi atau rehabilitasi di situ. Semoga bisa direnovasi atau rehabilitasi dan dilestarikan sebagai bukti sejarah adanya kehadiran Belanda dan adanya perjuangan di Ampah Kota,” katanya.
(shf)
tulis komentar anda