Elektoral di Bawah 50%, Warning Bagi Petahana Selayar Basli Ali
Minggu, 01 November 2020 - 23:18 WIB
MAKASSAR - Dalam pertarungan duel head to head di Pilkada, jika tingkat elektoral calon petahana berada di bawah 50% patut ditafsirkan sebagai sinyal bahaya.
Hal itulah yang disampaikan pakar politik dari Universitas Hasanuddin (Unhas), Dr Sawedi Muhammad, dalam diskusi politik bertema “Bedah peta elektoral Pilkada Selayar” di Warkop Aleta Lt. 2, Toddopuli, Makassar, Minggu (1/11/2020). (Baca Juga: pilkada-selayar-hanya-2-paslon-bupati-dan-wakil-bupati-saling-berhadapan)
Sawedi menanggapi hasil survei PT Indeks Politica Indonesia (IPI) yang diungkap direktur eksekutif Suwadi Idris Amir dalam diskusi politik tersebut. Menurutnya, posisi pasangan Muh Basli Ali-Saiful Arif sedang berada di ujung tanduk.
“Kalau petahana surveinya di bawah 50%, itu tanda tanya sekali! Pengalaman di berbagai pilkada, jika head to head sangat berbahaya bagi penantang kalau elektabilitasnya di bawah 50%. Dan itu menjadi cerminan kepuasan publik rendah,” kata Sawedi.
Isu rendahnya kepuasan publik jika dimanfaatkan dan dikelola penantang dengan baik, akan menjadi pukulan mematikan bagi calon petahana. “Apalagi selisihnya tipis. Selisih yang sangat tipis ini bisa dimanfaatkan penantang, dan saya kira justru dia (pasangan Zainuddin- Aji Sumarno penantang) yang akan menjadi juara,” Sawedi memprediksi. (Baca Juga: demokrat-dukung-zainuddin-aji-sumarno-di-pilkada-selayar)
Ahli sosiologi politik ini juga menyarankan penantang untuk mengakselerasi kampanye dari pulau ke pulau. Kampanye media sosial menurutnya kurang efektif di Pilkada Selayar sebab jaringan internet sulit di wilayah kepulauan. “Tidak ada jalan lain selain memaksimalkan door to door campaign. Dan itu menjadi penentu siapa yang akan memenangkan Pilkada Selayar,” sarannya.
Dalam kondisi seperti itu, Pakar politik dari Universitas Bosowa (Unibos), Dr Arief Wicaksono pun berpandangan lain. Dia bahkan memprediksi praktik politik uang akan mendominasi pertarungan head to head di Pilkada Selayar.
Menurutnya, berdasarkan pengalaman di berbagai Pilkada, posisi calon petahana akan sulit dalam skema head to head sebab elektabilitasnya akan terus mengalami penurunan. Sebaliknya penantang akan mengalami peningkatan elektoral.
“Yang harus diwaspadai adalah money politic. Karena hanya money politic dengan dibungkus dengan program apapun, yang bisa menghentikan laju penantang. Di Selayar besar potensi money politic akan massif karena Selayar itu hampir selalu tidak menjadi perhatian publik di Sulawesi Selatan,” kata Arief dalam diskusi tersebut. (Baca Juga: polisi-periksa-belasan-saksi-kasus-dugaan-politik-uang-pilwalkot-makassar)
Berbeda dengan Sawedi, Arief tidak menyarankan Dr Zainuddin sebagai mantan wakil bupati untuk menggunakan isu kepuasan publik yang rendah dalam menggembosi pendukung calon bupati petahana, Muh Basli Ali.
“Isu kepuasan publik terhadap kinerja pemerintahan Selayar di periode kemarin, itu bisa menjadi backfire kepada Pak Zainuddin. Karena dia masih bersama Pak Basli Ali pada waktu itu,” kata Dekan Fakultas Ilmu Politik dan Ilmu Sosial Unibos ini.
Hal itulah yang disampaikan pakar politik dari Universitas Hasanuddin (Unhas), Dr Sawedi Muhammad, dalam diskusi politik bertema “Bedah peta elektoral Pilkada Selayar” di Warkop Aleta Lt. 2, Toddopuli, Makassar, Minggu (1/11/2020). (Baca Juga: pilkada-selayar-hanya-2-paslon-bupati-dan-wakil-bupati-saling-berhadapan)
Sawedi menanggapi hasil survei PT Indeks Politica Indonesia (IPI) yang diungkap direktur eksekutif Suwadi Idris Amir dalam diskusi politik tersebut. Menurutnya, posisi pasangan Muh Basli Ali-Saiful Arif sedang berada di ujung tanduk.
“Kalau petahana surveinya di bawah 50%, itu tanda tanya sekali! Pengalaman di berbagai pilkada, jika head to head sangat berbahaya bagi penantang kalau elektabilitasnya di bawah 50%. Dan itu menjadi cerminan kepuasan publik rendah,” kata Sawedi.
Isu rendahnya kepuasan publik jika dimanfaatkan dan dikelola penantang dengan baik, akan menjadi pukulan mematikan bagi calon petahana. “Apalagi selisihnya tipis. Selisih yang sangat tipis ini bisa dimanfaatkan penantang, dan saya kira justru dia (pasangan Zainuddin- Aji Sumarno penantang) yang akan menjadi juara,” Sawedi memprediksi. (Baca Juga: demokrat-dukung-zainuddin-aji-sumarno-di-pilkada-selayar)
Ahli sosiologi politik ini juga menyarankan penantang untuk mengakselerasi kampanye dari pulau ke pulau. Kampanye media sosial menurutnya kurang efektif di Pilkada Selayar sebab jaringan internet sulit di wilayah kepulauan. “Tidak ada jalan lain selain memaksimalkan door to door campaign. Dan itu menjadi penentu siapa yang akan memenangkan Pilkada Selayar,” sarannya.
Dalam kondisi seperti itu, Pakar politik dari Universitas Bosowa (Unibos), Dr Arief Wicaksono pun berpandangan lain. Dia bahkan memprediksi praktik politik uang akan mendominasi pertarungan head to head di Pilkada Selayar.
Menurutnya, berdasarkan pengalaman di berbagai Pilkada, posisi calon petahana akan sulit dalam skema head to head sebab elektabilitasnya akan terus mengalami penurunan. Sebaliknya penantang akan mengalami peningkatan elektoral.
“Yang harus diwaspadai adalah money politic. Karena hanya money politic dengan dibungkus dengan program apapun, yang bisa menghentikan laju penantang. Di Selayar besar potensi money politic akan massif karena Selayar itu hampir selalu tidak menjadi perhatian publik di Sulawesi Selatan,” kata Arief dalam diskusi tersebut. (Baca Juga: polisi-periksa-belasan-saksi-kasus-dugaan-politik-uang-pilwalkot-makassar)
Berbeda dengan Sawedi, Arief tidak menyarankan Dr Zainuddin sebagai mantan wakil bupati untuk menggunakan isu kepuasan publik yang rendah dalam menggembosi pendukung calon bupati petahana, Muh Basli Ali.
“Isu kepuasan publik terhadap kinerja pemerintahan Selayar di periode kemarin, itu bisa menjadi backfire kepada Pak Zainuddin. Karena dia masih bersama Pak Basli Ali pada waktu itu,” kata Dekan Fakultas Ilmu Politik dan Ilmu Sosial Unibos ini.
(nic)
tulis komentar anda