Kirab Budaya sampai Drama Kolosal Hadir di Pameran Bilah Pusaka Rammang-Rammang
Rabu, 28 Oktober 2020 - 19:37 WIB
MAROS - Lembaga Badik Celebes, bersama Lembaga Adat dan Budaya Masyarakat Salenrang menggelar pameran bilah pusaka dan konservasi di kaki Bulu Barakka Dermaga Dua, Rammang-Rammang, Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Rabu (28/10/2020).
Kegiatan ini dimulai dengan kirab budaya, pawai kebudayaan menggunakan kuda, bendi dan pakaian adat, lalu dilanjutkan dengan pelantikan kepala dan dewan pengurus Lembaga Adat dan Budaya Masyarakat Salenrang periode 2020-2023. Kemudian ditutup dengan drama kolosal , yang menceritakan kisah legenda di Salenrang, terkait salah satu tokoh yang pernah memimpin Desa Salenrang.
Ketua Panitia, Ahmad Hatta mengatakan, kegiatan ini dilaksanakan untuk memperkenalkan kembali kepada masyarakat tentang budaya di Sulawesi yang sudah mulai dilupakan.
"Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan budaya-budaya yang ada di Sulawesi, yang mungkin sudah mulai dilupakan oleh para pemuda. Sehingga kami harapkan bahwa dengan adanya kegiatan ini, masyarakat bisa kembali mencintai budaya-budaya yang ada di daerahnya masing-masing," ujar Ahmad Hatta yang juga Ketua Lembaga Badik Celebes Maros.
Para tamu undangan yang hadir, mulai dari organisasi pemuda, organisasi kebudayaan, pemerintah desa , sampai pemerintahan daerah, tampak menggunakan pakaian adat masing-masing daerahnya.
"Jadi tamu undangan yang tadi sempat hadir, datang menggunakan pakaian adat, yang menjadi salah satu bentuk perkenalan budaya ke masyarakat," terangnya.
Sementara itu, sebanyak 25 orang dilantik menjadi dewan pengurus Lembaga Adat dan Budaya Masyarakat Salenrang periode 2020-2023.
Lembaga ini bertujuan untuk menumbuhkan kembali kesadaran masyarakat desa, bahwa mereka juga memiliki jati diri sendiri.
"Mencoba menumbuhkan kembali kesadaran masyarakat desa, bahwa mereka juga punya jati diri sendiri. Karena selama ini kita terlalu banyak menyerap budaya asing, yang ternyata berdampak buruk. Jadi lembaga adat ini dibentuk tidak hanya bersifat seremonial saja, tetapi memiliki tugas penting untuk mengembalikan jati diri masyarakat desa," tuturnya.
Kegiatan ini rencananya akan digelar selama 4 hari, mulai 28 Oktober sampai 31 Oktober 2020, yang akan menampilkan festival budaya.
Lihat Juga: Viral Batu Nisan Makam Tionghoa Jadi Tutup Selokan di Semarang, Ini Kata Dewan Pakar PSMTI
Kegiatan ini dimulai dengan kirab budaya, pawai kebudayaan menggunakan kuda, bendi dan pakaian adat, lalu dilanjutkan dengan pelantikan kepala dan dewan pengurus Lembaga Adat dan Budaya Masyarakat Salenrang periode 2020-2023. Kemudian ditutup dengan drama kolosal , yang menceritakan kisah legenda di Salenrang, terkait salah satu tokoh yang pernah memimpin Desa Salenrang.
Ketua Panitia, Ahmad Hatta mengatakan, kegiatan ini dilaksanakan untuk memperkenalkan kembali kepada masyarakat tentang budaya di Sulawesi yang sudah mulai dilupakan.
"Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan budaya-budaya yang ada di Sulawesi, yang mungkin sudah mulai dilupakan oleh para pemuda. Sehingga kami harapkan bahwa dengan adanya kegiatan ini, masyarakat bisa kembali mencintai budaya-budaya yang ada di daerahnya masing-masing," ujar Ahmad Hatta yang juga Ketua Lembaga Badik Celebes Maros.
Para tamu undangan yang hadir, mulai dari organisasi pemuda, organisasi kebudayaan, pemerintah desa , sampai pemerintahan daerah, tampak menggunakan pakaian adat masing-masing daerahnya.
"Jadi tamu undangan yang tadi sempat hadir, datang menggunakan pakaian adat, yang menjadi salah satu bentuk perkenalan budaya ke masyarakat," terangnya.
Sementara itu, sebanyak 25 orang dilantik menjadi dewan pengurus Lembaga Adat dan Budaya Masyarakat Salenrang periode 2020-2023.
Lembaga ini bertujuan untuk menumbuhkan kembali kesadaran masyarakat desa, bahwa mereka juga memiliki jati diri sendiri.
"Mencoba menumbuhkan kembali kesadaran masyarakat desa, bahwa mereka juga punya jati diri sendiri. Karena selama ini kita terlalu banyak menyerap budaya asing, yang ternyata berdampak buruk. Jadi lembaga adat ini dibentuk tidak hanya bersifat seremonial saja, tetapi memiliki tugas penting untuk mengembalikan jati diri masyarakat desa," tuturnya.
Kegiatan ini rencananya akan digelar selama 4 hari, mulai 28 Oktober sampai 31 Oktober 2020, yang akan menampilkan festival budaya.
Lihat Juga: Viral Batu Nisan Makam Tionghoa Jadi Tutup Selokan di Semarang, Ini Kata Dewan Pakar PSMTI
(luq)
tulis komentar anda