Kekhawatiran Berlebih Terhadap Covid-19 Karena Minimnya Informasi
Rabu, 15 April 2020 - 15:08 WIB
SURABAYA - Di tengah naiknya pandemic virus Corona atau Covid-19, kecemasan dan ketakutan masyarakat untuk tertular menjadi masalah baru yang perlu untuk diperhatikan berbagai pihak.
Apalagi kecemasan dan ketakutan tersebut tidak jarang menimbulkan stigma masyarakat kepada para pasien Covid-19 dan tenaga medis yang menanganinya. Hasilnya, perilaku diskriminatif terhadap pasien dan petugas medis pun terjadi di beberapa tempat.
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga Hario Megatsari S.KM., M.Kes mengatakan, stigma tersebut disebabkan karena ketidakpahaman masyarakat mengenai permasalahan yang ada. Sehingga, masyarakat yang seharusnya mendukung petugas medis malah bertindak sebaliknya.
“Petugas medis seharusnya didukung penuh oleh seluruh pihak termasuk masyarakat. Sehingga, secara psikologis mereka nyaman untuk bekerja,” kata Fisto, panggilan akrabnya, Rabu (15/4/2020).
Menurut dia, ada beberapa dukungan yang bisa diberikan masyarakat kepada petugas medis, khususnya petugas medis yang menangani Covid-19. Di antaranya adalah menjaga rumah petugas medis tersebut, membelikan makanan yang bergizi, atau menjaga anak petugas medis dengan baik. Dukungan serupa juga dapat diberikan kepada keluarga pasien Covid-19.
“Upaya tersebut dapat membuat psikologis petugas medis menjadi tenang dalam melakukan pekerjaannya,” kata dosen di Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM Unair itu.
Pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat memiliki tanggung jawab yang sama untuk menghilangkan stigma terhadap petugas medis dan pasien Covid-19. Selain itu, masyarakat juga perlu belajar banyak tentang Covid-19, sehinga mereka bisa melihat permasalahan secara proporsional.
“Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait Covid-19, maka perlu dilakukan edukasi terus menerus dan upaya untuk mengurangi hoaks. Meningat, hoaks tersebut dapat menjadi pemicu munculnya stigma tersebut,” kata dia.
Dengan melihat permasalahan yang ada saat ini, edukasi tidak langsung seperti melalui media online dirasa menjadi pilihan yang paling logis. Meskipun begitu, edukasi juga dapat dilakukan secara langsung kepada masyarakat dengan memperhatikan beberapa hal untuk mencegah penularan Covid-19.
Edukasi langsung bisa dilakukan oleh pihak kelurahan atau desa dengan didampingi oleh petugas kesehatan setempat atau pihak puskesmas. Materi edukasi yang digunakan sebaiknya menggunakan materi atau pesan yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah.
“Ketika melakukan edukasi secara langsung, perlu diperhatikan jarak interaksi dan penggunaan alat pelindung diri (APD),” kata Fisto.
Apalagi kecemasan dan ketakutan tersebut tidak jarang menimbulkan stigma masyarakat kepada para pasien Covid-19 dan tenaga medis yang menanganinya. Hasilnya, perilaku diskriminatif terhadap pasien dan petugas medis pun terjadi di beberapa tempat.
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga Hario Megatsari S.KM., M.Kes mengatakan, stigma tersebut disebabkan karena ketidakpahaman masyarakat mengenai permasalahan yang ada. Sehingga, masyarakat yang seharusnya mendukung petugas medis malah bertindak sebaliknya.
“Petugas medis seharusnya didukung penuh oleh seluruh pihak termasuk masyarakat. Sehingga, secara psikologis mereka nyaman untuk bekerja,” kata Fisto, panggilan akrabnya, Rabu (15/4/2020).
Menurut dia, ada beberapa dukungan yang bisa diberikan masyarakat kepada petugas medis, khususnya petugas medis yang menangani Covid-19. Di antaranya adalah menjaga rumah petugas medis tersebut, membelikan makanan yang bergizi, atau menjaga anak petugas medis dengan baik. Dukungan serupa juga dapat diberikan kepada keluarga pasien Covid-19.
“Upaya tersebut dapat membuat psikologis petugas medis menjadi tenang dalam melakukan pekerjaannya,” kata dosen di Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM Unair itu.
Pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat memiliki tanggung jawab yang sama untuk menghilangkan stigma terhadap petugas medis dan pasien Covid-19. Selain itu, masyarakat juga perlu belajar banyak tentang Covid-19, sehinga mereka bisa melihat permasalahan secara proporsional.
“Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait Covid-19, maka perlu dilakukan edukasi terus menerus dan upaya untuk mengurangi hoaks. Meningat, hoaks tersebut dapat menjadi pemicu munculnya stigma tersebut,” kata dia.
Dengan melihat permasalahan yang ada saat ini, edukasi tidak langsung seperti melalui media online dirasa menjadi pilihan yang paling logis. Meskipun begitu, edukasi juga dapat dilakukan secara langsung kepada masyarakat dengan memperhatikan beberapa hal untuk mencegah penularan Covid-19.
Edukasi langsung bisa dilakukan oleh pihak kelurahan atau desa dengan didampingi oleh petugas kesehatan setempat atau pihak puskesmas. Materi edukasi yang digunakan sebaiknya menggunakan materi atau pesan yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah.
“Ketika melakukan edukasi secara langsung, perlu diperhatikan jarak interaksi dan penggunaan alat pelindung diri (APD),” kata Fisto.
(nth)
tulis komentar anda