Harga Jual Tomat Anjlok, Petani di Mojokerto Gigit Jari

Jum'at, 25 September 2020 - 18:22 WIB
Petani tomat membagikan buah tomat hasil panen ke pengguna jalan di Pacet, Mojokerto.Foto/SINDOnews/Tritus Julan.
MOJOKERTO - Di tengah pandemi COVID-19, nasib petani di Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, kian terpuruk. Lantaran harga tomat di kalangan terjun bebas, hanya Rp700 perkilogram.

Merosotnya harga jual tomat di kalangan petani lokal ini ditengarai dipicu banyaknya pasokan dari berbagai daerah di Jawa Timur. Khususnya masa panen yang nyaris bersamaan di kawasan Pacet Mojokerto.

Akibatnya, para petani tomat mengalami kerugian mencapai puluhan juta. Karena harga tomat di pasaran anjlok. Bahkan kebanyakan petani sengaja tidak memanen hasil tanaman tomat, dan memilih membiarkannya membusuk di lahan tersebut.



Bahkan ada sebagian petani di Kecamatan Pacet memilih membagikan hasil panen tomatnya kepada para pengendara yang melintas. Aksi tersebut sebagai bentuk protes atas kondisi petani tomat di Pacet yang tidak digubris oleh pemerintah daerah.

"Iya, tomat sangat-sangat murah hancur harganya kemarin sempat menyentuh harga Rp700 rupiah per kilogram," ungkap Suryanto salah satu petani tomat di Desa Pacet Jum'at (25/9/2020).

(Baca juga: 2070 Pasien COVID-19 di RS Lapangan Sembuh dan Nol Kematian )

Menurut Suryanto, 53, harga normal tomat dari petani biasanya mencapai angka minimal Rp4.500 sampai Rp5.000 perkilogram. Jika hasil tanam bagus, dalam satu pohon minimal menghasilkan satu kilogram sampai 1,5 kilogram tomat. Sedangkan, Break Even Point (BEP) dalam biaya tanam untuk satu pohon itu membutuhkan modal sekitar Rp4000.

"Kalau satu pohon minimal mendapat satu kilogram tomat kita kan sudah rugi apalagi harga tomat dipasaran segitu sangat jauh di bawah harga biaya tanam. Kalau bisa harga tomat di atas Rp5.000 atau Rp6.000 agar petani dapat untung sedikit dan bisa balik modal tanam," paparnya.

Suryanto menyebut tanaman tomat miliknya di lahan seluas kurang lebih satu hektare itu sengaja dibiarkan begitu saja tidak dipanen. Itu dilakukan, lantaran kalau dipanen justru semakin membuat petani merugi akibat besarnya biaya operasional.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content