Harga Minyak Dunia Kembali Turun Diterpa Ketegangan Perdagangan China-AS
Senin, 04 Mei 2020 - 11:44 WIB
MELBOURNE - Harga minyak mentah dunia kembali turun pada awal perdagangan, Senin (4/5/2020) hari ini setelah pekan lalu sempat menjaga tren keuntungan.
Namun kekhawatiran membanjirnya pasokan global membayangi seiring ketegangan perdagangan Amerika Serikat (AS) dan China dimana bisa menahan pemulihan ekonomi.
Dilansir Reuters hari ini, harga minyak mentah berjangka AS yakni West Texas Intermediate (WTI) turun ke level terendah USD18,32 per barel usai kehilangan USD1,46 yang setara dengan 7,6% dan terus merosot hingga USD18,27/barel pada pukul 00.08 GMT. Sementara itu kontrak yang menjadi patokan internasional itu tercatat naik 17% sepanjang pekan kemarin.
Sedangkan harga minyak Brent yang menjadi patokan terpantau anjlok 90 sen atau 3,4% menjadi USD25,54 per barel usai juga sempat menyentuh posisi terburuknya USD25,53/barel. Brent sendiri naik sekitar 23% minggu lalu setelah tiga minggu berturut-turut menelan kerugian. (BACA JUGA: Dokter Cabut Pisau Setelah 20 Tahun Menancap di Kepala Seorang Pria China)
Pasar menemukan dukungan minggu lalu saat produsen minyak utama yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia sepakat untuk mulai mengurangi produksi pada tanggal 1 Mei. Sementara dua produsen Amerika Serikat, Exxon Mobil Corp dan Chevron Corp, masing-masing mengatakan mereka akan memotong output sebesar 400.000 barel per hari pada kuartal ini.
Pemangkasan produksi dikombinasikan dengan melonggarkan pembatasan bisnis atau lockdown di beberapa negara bagian AS dan juga kota-kota lain di seluruh dunia. Hal ini diharapkan bisa menekan banjir bahan bakar global dan tekanan pada penyimpanan, hingga membantu untuk mendorong harga seperti minggu lalu.
Pengeboran minyak AS memotong 53 rig minyak dalam sepekan hingga 1 Mei, untuk membuat secara total turun ke 325 atau menjadi yang terendah sejak Juni 2016, seperti disampaikan perusahaan jasa energi Baker Hughes.
Namun pernyataan Presiden AS Donald Trump yang mengancam bakal mempertimbangkan menaikkan tarif untuk membalas China yang dianggap sebagai penyebab penyebaran wabah virus corona. Ketegangan perdagangan dapat menarik harapan pemulihan ekonomi dan menutup keuntungan harga minyak.
"Dimulainya kembali perang Dagang akan merugikan harga minyak dalam jangka panjang," kata Stephen Innes, kepala ahli strategi pasar global di perusahaan jasa keuangan AxiCorp.
Namun kekhawatiran membanjirnya pasokan global membayangi seiring ketegangan perdagangan Amerika Serikat (AS) dan China dimana bisa menahan pemulihan ekonomi.
Dilansir Reuters hari ini, harga minyak mentah berjangka AS yakni West Texas Intermediate (WTI) turun ke level terendah USD18,32 per barel usai kehilangan USD1,46 yang setara dengan 7,6% dan terus merosot hingga USD18,27/barel pada pukul 00.08 GMT. Sementara itu kontrak yang menjadi patokan internasional itu tercatat naik 17% sepanjang pekan kemarin.
Sedangkan harga minyak Brent yang menjadi patokan terpantau anjlok 90 sen atau 3,4% menjadi USD25,54 per barel usai juga sempat menyentuh posisi terburuknya USD25,53/barel. Brent sendiri naik sekitar 23% minggu lalu setelah tiga minggu berturut-turut menelan kerugian. (BACA JUGA: Dokter Cabut Pisau Setelah 20 Tahun Menancap di Kepala Seorang Pria China)
Pasar menemukan dukungan minggu lalu saat produsen minyak utama yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia sepakat untuk mulai mengurangi produksi pada tanggal 1 Mei. Sementara dua produsen Amerika Serikat, Exxon Mobil Corp dan Chevron Corp, masing-masing mengatakan mereka akan memotong output sebesar 400.000 barel per hari pada kuartal ini.
Pemangkasan produksi dikombinasikan dengan melonggarkan pembatasan bisnis atau lockdown di beberapa negara bagian AS dan juga kota-kota lain di seluruh dunia. Hal ini diharapkan bisa menekan banjir bahan bakar global dan tekanan pada penyimpanan, hingga membantu untuk mendorong harga seperti minggu lalu.
Pengeboran minyak AS memotong 53 rig minyak dalam sepekan hingga 1 Mei, untuk membuat secara total turun ke 325 atau menjadi yang terendah sejak Juni 2016, seperti disampaikan perusahaan jasa energi Baker Hughes.
Namun pernyataan Presiden AS Donald Trump yang mengancam bakal mempertimbangkan menaikkan tarif untuk membalas China yang dianggap sebagai penyebab penyebaran wabah virus corona. Ketegangan perdagangan dapat menarik harapan pemulihan ekonomi dan menutup keuntungan harga minyak.
"Dimulainya kembali perang Dagang akan merugikan harga minyak dalam jangka panjang," kata Stephen Innes, kepala ahli strategi pasar global di perusahaan jasa keuangan AxiCorp.
(vit)
tulis komentar anda