3 Tunnel Trase Kereta Cepat Jakarta-Bandung Sudah Tembus
Kamis, 03 September 2020 - 21:18 WIB
BANDUNG - Direktur Utama KCIC Chandra Dwiputra menyebutkan dari total 13 tunnel atau terowongan di jalur Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB), sudah tiga yang berhasil ditembus. Sedangkan dari sekitar 2.900 batang pier struktur elevated yang terbentang di sepanjang trase Jakarta-Bandung, hampir setengah di antaranya telah tuntas dikerjakan.
"Kalau melihat secara beban pekerjaan maka sekarang progresnya sudah mencapai sekitar 60%," ucapnya yang ditemui usai pemasangan instalasi box girder di Tol Purbaleunyi KM 136+491 (arah Cileunyi), Bandung, Kamis (3/9/2020). (Baca juga: Kasus COVID-19 Melonjak di Jabar, Hampir Separuh Ruang Isolasi Penuh)
Menurutnya meskipun sedang pandemi COVID-19, tapi pekerjaan konstruksi tetap dijalankan dengan memperhatikan protokol kesehatan. Ini demi upaya mewujudkan Indonesia sebagai negara yang memiliki infrastruktur kereta cepat pertama di Asia Tenggara. Termasuk membangun konektivitas dan pemerataan penduduk di Jawa Barat yang sudah mencapai 60 juta jiwa. (Baca juga: Diejek Tak Bisa Ereksi, Mama Nun Cabuli Siswa SD di Semarang)
Terkait dengan target operasional, Chandra menyebutkan diperkirakan di akhir tahun 2022. Sebab project berikutnya ketika semua pier sudah tersambung adalah pemasangan double track rel kereta , listrik, sinyal. Dilanjutkan dengan masa ujicoba dan turunnya sertifikat layak operasi dari Kementerian Perhubungan. Sebab dengan kemampuan melesat dengan kecepatan hingga 350 km/jam, maka kereta ini harus benar-benar aman dan nyaman.
"Paling lambat akhir tahun 2022 (operasional), meski kami berupaya agar di pertengahan tahun sudah selesai. Sebab imbas pandemi COVID-19 memang ada beberapa perlambatan," imbuhnya.
Pihaknya terus menjaga komunikasi dengan pihak eksternal mengingat ada 9 kabupaten/kota di sepanjang trase kereta cepat yang mencapai total panjang 142,3 km. Bukan hanya aspek sosial kemasyarakatan tapi juga teknis, mengingat ada dua negara yang bekerja dalam proyek ini. Banyak juga pekerjaan relokasi seperti sutet, jalan, tempat ibadah, sekolah, sungai, dll, yang totalnya mencapai 500 titik, yang harus dikoordinasikan.
"Kami perbanyak komunikator agar ada sinkronisasi dengan pihak eksternal. Sementara kepada pihak kontraktor kami ingatkan agar tetap memperhatikan aspek keselamatan dan keamanan kerja," ujarnya.
"Kalau melihat secara beban pekerjaan maka sekarang progresnya sudah mencapai sekitar 60%," ucapnya yang ditemui usai pemasangan instalasi box girder di Tol Purbaleunyi KM 136+491 (arah Cileunyi), Bandung, Kamis (3/9/2020). (Baca juga: Kasus COVID-19 Melonjak di Jabar, Hampir Separuh Ruang Isolasi Penuh)
Menurutnya meskipun sedang pandemi COVID-19, tapi pekerjaan konstruksi tetap dijalankan dengan memperhatikan protokol kesehatan. Ini demi upaya mewujudkan Indonesia sebagai negara yang memiliki infrastruktur kereta cepat pertama di Asia Tenggara. Termasuk membangun konektivitas dan pemerataan penduduk di Jawa Barat yang sudah mencapai 60 juta jiwa. (Baca juga: Diejek Tak Bisa Ereksi, Mama Nun Cabuli Siswa SD di Semarang)
Terkait dengan target operasional, Chandra menyebutkan diperkirakan di akhir tahun 2022. Sebab project berikutnya ketika semua pier sudah tersambung adalah pemasangan double track rel kereta , listrik, sinyal. Dilanjutkan dengan masa ujicoba dan turunnya sertifikat layak operasi dari Kementerian Perhubungan. Sebab dengan kemampuan melesat dengan kecepatan hingga 350 km/jam, maka kereta ini harus benar-benar aman dan nyaman.
"Paling lambat akhir tahun 2022 (operasional), meski kami berupaya agar di pertengahan tahun sudah selesai. Sebab imbas pandemi COVID-19 memang ada beberapa perlambatan," imbuhnya.
Pihaknya terus menjaga komunikasi dengan pihak eksternal mengingat ada 9 kabupaten/kota di sepanjang trase kereta cepat yang mencapai total panjang 142,3 km. Bukan hanya aspek sosial kemasyarakatan tapi juga teknis, mengingat ada dua negara yang bekerja dalam proyek ini. Banyak juga pekerjaan relokasi seperti sutet, jalan, tempat ibadah, sekolah, sungai, dll, yang totalnya mencapai 500 titik, yang harus dikoordinasikan.
"Kami perbanyak komunikator agar ada sinkronisasi dengan pihak eksternal. Sementara kepada pihak kontraktor kami ingatkan agar tetap memperhatikan aspek keselamatan dan keamanan kerja," ujarnya.
(shf)
tulis komentar anda