Kisah Pertempuran Sengit Pattimura Hadapi Perwira Belanda yang Pernah Melawan Pasukan Napoleon
Kamis, 30 Januari 2025 - 09:58 WIB
PERTEMPURAN penuh heroik Pattimura dan pasukannya membuat Belanda memanggil bala bantuan tambahan. Berbagai serangan pasukan Pattimura menambah armada pasukan tambahan dari luar Maluku, pada November 1817.
Satu armada lebih kuat dikirimkan dengan pasukan ditambah mencapai 1.500 orang untuk melawan Pattimura. Jumlah pasukan ini termasuk sumbangan dari dua kerajaan yakni Ternate dan Tidore atas permintaan Gubernur van Middelkoop.
Pasukan yang sedemikian dahsyat itu dipimpin langsung Laksamana Muda AA Buyskes yang selain menjabat panglima armada di Hindia Belanda juga menjadi Komisaris Jenderal I atau orang pertama di Batavia. Perwira yang berpengalaman melawan pasukan Napoleon di Eropa ini menyusun siasat yang sangat jitu.
Dikisahkan dari "Sejarah Nasional Indonesia IV: Kemunculan Penjajahan di Indonesia", pulau-pulau di sekitar Saparua diterkam Buyskes terlebih dahulu dengan pasukan yang sedemikian besar dan ditunjang kapal perang serta benteng yang terkenal dengan meriamnya. Pertempuran di Hitu dipimpin Mayor Meyer.
Kapitan Ulupaha yang ditunjuk Pattimura terpaksa mundur bersama pasukannya ke Seram dan bertahan di bekas benteng Belanda di Luhu. Baru pada Januari, dia terdesak dari sana bersama sekitar 400 orang pasukannya dan bertahan di hutan-hutan sagu di utara Luhu.
Suatu penyerbuan Belanda yang diperkuat pasukan dari Manipa dan Boano memaksa pasukan Kapitan Ulupaha mundur lagi.
Kapitan Seit yang uzur dan senantiasa dipikul dengan kursi oleh pengikutnya tertinggal ketika pasukannya dikejar musuh dan akhirnya tertangkap.
Usai Hitu diduduki, pasukan Buyskes dengan komandan operasi Mayor Meyer diseberangkan ke Haruku. Dengan lindungan meriam dari kapal perang dan benteng Zeelandia, pasukannya menuju pusat pertahanan di Haruku yaitu Desa Islam Pelau. Pasukan Haruku terpaksa mundur ke hutan.
Mereka tidak mempertimbangkan kemampuan Buyskes yang memang unggul dalam strategi. Sebagian pasukannya dikerahkan ke Hulaliu yang dapat diduduki karena pasukan Haruku di sana juga mundur akibat dihujani tembakan meriam.
Dari Hulaliu, Buyskes mengirim pasukan kecil yang terdiri atas orang-orang Alifuru. Ternate dan Tidore untuk memotong jalan melalui hutan dan pegunungan ke arah Aboru. Dengan cara ini pasukan Haruku yang mundur dapat dipukul dari berbagai jurusan.
Beberapa desa yang memegang peran penting di Haruku musnah terbakar seperti Pelau, Rohomony, Kabau, Hulaliu, dan Aboru. Para pemuda yang gagah perkasa satu per satu mengorbankan jiwa raganya menghadapi tekanan pasukan dari yang lebih kuat persenjataannya dan lebih unggul strateginya.
Satu armada lebih kuat dikirimkan dengan pasukan ditambah mencapai 1.500 orang untuk melawan Pattimura. Jumlah pasukan ini termasuk sumbangan dari dua kerajaan yakni Ternate dan Tidore atas permintaan Gubernur van Middelkoop.
Baca Juga
Pasukan yang sedemikian dahsyat itu dipimpin langsung Laksamana Muda AA Buyskes yang selain menjabat panglima armada di Hindia Belanda juga menjadi Komisaris Jenderal I atau orang pertama di Batavia. Perwira yang berpengalaman melawan pasukan Napoleon di Eropa ini menyusun siasat yang sangat jitu.
Dikisahkan dari "Sejarah Nasional Indonesia IV: Kemunculan Penjajahan di Indonesia", pulau-pulau di sekitar Saparua diterkam Buyskes terlebih dahulu dengan pasukan yang sedemikian besar dan ditunjang kapal perang serta benteng yang terkenal dengan meriamnya. Pertempuran di Hitu dipimpin Mayor Meyer.
Kapitan Ulupaha yang ditunjuk Pattimura terpaksa mundur bersama pasukannya ke Seram dan bertahan di bekas benteng Belanda di Luhu. Baru pada Januari, dia terdesak dari sana bersama sekitar 400 orang pasukannya dan bertahan di hutan-hutan sagu di utara Luhu.
Suatu penyerbuan Belanda yang diperkuat pasukan dari Manipa dan Boano memaksa pasukan Kapitan Ulupaha mundur lagi.
Kapitan Seit yang uzur dan senantiasa dipikul dengan kursi oleh pengikutnya tertinggal ketika pasukannya dikejar musuh dan akhirnya tertangkap.
Usai Hitu diduduki, pasukan Buyskes dengan komandan operasi Mayor Meyer diseberangkan ke Haruku. Dengan lindungan meriam dari kapal perang dan benteng Zeelandia, pasukannya menuju pusat pertahanan di Haruku yaitu Desa Islam Pelau. Pasukan Haruku terpaksa mundur ke hutan.
Mereka tidak mempertimbangkan kemampuan Buyskes yang memang unggul dalam strategi. Sebagian pasukannya dikerahkan ke Hulaliu yang dapat diduduki karena pasukan Haruku di sana juga mundur akibat dihujani tembakan meriam.
Dari Hulaliu, Buyskes mengirim pasukan kecil yang terdiri atas orang-orang Alifuru. Ternate dan Tidore untuk memotong jalan melalui hutan dan pegunungan ke arah Aboru. Dengan cara ini pasukan Haruku yang mundur dapat dipukul dari berbagai jurusan.
Beberapa desa yang memegang peran penting di Haruku musnah terbakar seperti Pelau, Rohomony, Kabau, Hulaliu, dan Aboru. Para pemuda yang gagah perkasa satu per satu mengorbankan jiwa raganya menghadapi tekanan pasukan dari yang lebih kuat persenjataannya dan lebih unggul strateginya.
(jon)
Lihat Juga :
tulis komentar anda