Ketegasan Tokoh di Minahasa Tolak Berikan Beras ke Belanda hingga Pecah Peperangan

Selasa, 24 Desember 2024 - 07:41 WIB
Tindakan sewenang-wenang VOC dan Belanda membuat masyarakat di Minahasa melakukan perlawanan. Foto/SINDOnews
SULUT - Tindakan sewenang-wenang VOC dan Belanda membuat masyarakat di Minahasa jenuh. Mereka dari berbagai masyarakat adat pun langsung mengadakan pertemuan, pemerintah Hindia Belanda pascaambruknya VOC juga hadir diwakili oleh Carel Christoph Prediger Jr.

Prediger melaksanakan pendekatan - pendekatan kepada ukung - ukung atau pemimpin dalam suatu wilayah di Minahasa. Perjanjian yang awalnya telah dibuat oleh VOC Belanda dan masyarakat Minahasa, coba diperbarui kembali. Tapi permasalahan baru ketika pejabat Belanda Carel Christoph Prediger mengajukan tuntutan agar Minahasa menyalurkan beras secara sukarela ke pihak Belanda.

Hal ini yang memicu penolakan secara keras dari para ukung. Penolakan itu disadari oleh Prediger, hingga akhirnya sama-sama mencoba menahan diri. Tapi para ukung keburu sudah tidak puas dengan tindakan Pejabat Belanda di Minahasa itu.





Pertemuan antara Pejabat Belanda dengan para pemimpin dan tokoh Minahasa pun akhirnya terjadi di Air Madidi, pada 10 Mei 1808. Tapi tidak semua pemimpin di masing-masing daerah itu konon hadir, sehingga akhirnya pertemuan baru benar-benar terjadi pada 19 dan 20 Mei 1808.

Dikutip dari buku "Sejarah Nasional Indonesia IV : Kemunculan Penjajahan di Indonesia", di sanalah Pejabat Belanda menyampaikan instruksi dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda William Daendels, yang mengharuskan setiap wilayah merekrut pemuda-pemuda di daerahnya untuk bergabung ke pasukan Belanda mengantisipasi adanya serangan dari Inggris.



Benar saja ketika para pemimpin masing-masing daerah menemui masyarakatnya banyak yang menolak. Justru para ukung itu akhirnya mengadakan pertemuan lagi di rumah kediaman Matulandi, di Tondano Touliang pada 2 Juni 1808 bahwa usulan Prediger, yang sebelumnya ditolak mentah-mentah.

Pemimpin - pemimpin wilayah seperti Lonto dari Tomohon, Tewu dan Matulandi dari Tondano, dan Mamait dari Remboken, hadir. Sementara kepala - kepala walak atau masyarakat dari Kakas, Remboken, Sonder, Tounsarongsong, Tompaso, Kawangkoan, Tombasian, Tonsea, Klabat, dan lainnya juga tercatat dalam pertemuan ini.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content