Gerakan BISA Kemenparekraf Sasar 9 Destinasi Wisata Gunungkidul
Senin, 31 Agustus 2020 - 07:36 WIB
GUNUNGKIDUL - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) terus mendorong destinasi wisata bangkit di tengah pandemi Covid-19. Langkah Kemenparekraf di antaranya menggerakkan program Bersih Indah Sehat Aman (BISA) bagi pengelola dan pokdarwis.
Program ini antara lain telah berjalan di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Tercatat ada sembilan kelompok pengelola dan kelompok sadar wisata (pokdarwis) di sembilan destinasi yang mendapatkan program BISA. (Baca: Promosikan Wisata Birdwatching, Kemenparekraf Bidik Lima Pasar Ini)
Pelaksana harian Direktur Kelembagaan Deputi Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf/Baparekraf Hendry Noviardy mengatakan, selama ini dunia pariwisata terdampak pandemi Covid-19. Untuk itu, perlu sebuah upaya mengungkit gerakan dan kesadaran bersama demi membangkitkan semangat pelaku pariwisata di Indonesia.
“Kita berikan stimulus kegiatan untuk pelaku pariwisata seperti pokdarwis ini untuk memulai operasional terbatas berdasarkan protokol kesehatan,” terangnya saat pencanangan kegiatan BISA di kawasan Wisata Hutan Adat Wonosadi, Desa Beji Ngawen, Kabupaten Gunungkidul, kemarin.
Gerakan BISA ini pun yang pertama di wilayah DIY. Dia berharap pelaku pariwisata bisa kembali bergeliat lewat kegiatan membersihkan lokasi wisata. “Di lokasi ini juga kegiatan untuk padat karya kegiatan bersih-bersih lokasi dan juga pembangunan tambahan infrastruktur dengan tenaga warga lokal,” lanjutnya. (Baca juga: Dokter Yunani Ungkap Rahasia Vaksin Covid-19 Buatan Rusia)
Di Desa Wisata Hutan Adat Wonosadi kemarin juga ditunjukkan kesenian Rinding Gumbeng. Kesenian ini memainkan alat musik dari bambu dan membuat banyak peserta Gerakan BISA terpana.
Hutan Wonosadi dipilih karena kawasan ini merupakan minihutan tropis dengan aneka tanaman langka. Masyarakat juga memiliki kesadaran untuk tidak merusak hutan yang menjadi pegangan erat masyarakat.
“Kawasan Hutan Wonosadi menjadi wisata khusus untuk belajar aneka tumbuhan hayati di Indonesia. Bahkan rotan pun ada termasuk beberapa pohon dengan diameter lebih dari 7 meter," imbuh Kepala Dinas Pariwisata Gunungkidul Asti Wijayanti. (Baca juga: Begini Cara Mencegah Kanker Usus)
Menurutnya, protokol kesehatan dalam gerakan BISA ini wajib dilakukan. “Semua wajib menjaga jarak, cuci tangan, dan mengenakan masker. Nah, untuk pengelola wajib menjaga kebersihan lingkungan sebagai tambahan,” katanya.
Saat ini di semua objek wisata di Gunungkidul sudah diberlakukan protokol kesehatan, terutama untuk masuk kawasan wisata. Dengan demikian, pihaknya tidak bisa menoleransi wisatawan yang melanggar protokol kesehatan.
“Kalau suhu tubuh di atas 37 derajat dan tidak memakai masker, langsung kami minta putar balik di pos retribusi sebagai pos pengecekan pertama kami. Ini komitmen kami untuk pelayanan wisata di tengah pandemi ini,” terang Asti. (Lihat videonya: Polsek Ciracas Dibakar Gerombolan Orang Tidak Dikenal)
Hingga saat ini pihaknya belum menerima laporan penyebaran Covid-19 dari destinasi wisata. Dengan pengetatan protokol kesehatan ini, wisatawan diharapkan tetap nyaman dan tetap terjaga dengan standar protokol kesehatan yang diterapkan. (Suharjono)
Program ini antara lain telah berjalan di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Tercatat ada sembilan kelompok pengelola dan kelompok sadar wisata (pokdarwis) di sembilan destinasi yang mendapatkan program BISA. (Baca: Promosikan Wisata Birdwatching, Kemenparekraf Bidik Lima Pasar Ini)
Pelaksana harian Direktur Kelembagaan Deputi Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf/Baparekraf Hendry Noviardy mengatakan, selama ini dunia pariwisata terdampak pandemi Covid-19. Untuk itu, perlu sebuah upaya mengungkit gerakan dan kesadaran bersama demi membangkitkan semangat pelaku pariwisata di Indonesia.
“Kita berikan stimulus kegiatan untuk pelaku pariwisata seperti pokdarwis ini untuk memulai operasional terbatas berdasarkan protokol kesehatan,” terangnya saat pencanangan kegiatan BISA di kawasan Wisata Hutan Adat Wonosadi, Desa Beji Ngawen, Kabupaten Gunungkidul, kemarin.
Gerakan BISA ini pun yang pertama di wilayah DIY. Dia berharap pelaku pariwisata bisa kembali bergeliat lewat kegiatan membersihkan lokasi wisata. “Di lokasi ini juga kegiatan untuk padat karya kegiatan bersih-bersih lokasi dan juga pembangunan tambahan infrastruktur dengan tenaga warga lokal,” lanjutnya. (Baca juga: Dokter Yunani Ungkap Rahasia Vaksin Covid-19 Buatan Rusia)
Di Desa Wisata Hutan Adat Wonosadi kemarin juga ditunjukkan kesenian Rinding Gumbeng. Kesenian ini memainkan alat musik dari bambu dan membuat banyak peserta Gerakan BISA terpana.
Hutan Wonosadi dipilih karena kawasan ini merupakan minihutan tropis dengan aneka tanaman langka. Masyarakat juga memiliki kesadaran untuk tidak merusak hutan yang menjadi pegangan erat masyarakat.
“Kawasan Hutan Wonosadi menjadi wisata khusus untuk belajar aneka tumbuhan hayati di Indonesia. Bahkan rotan pun ada termasuk beberapa pohon dengan diameter lebih dari 7 meter," imbuh Kepala Dinas Pariwisata Gunungkidul Asti Wijayanti. (Baca juga: Begini Cara Mencegah Kanker Usus)
Menurutnya, protokol kesehatan dalam gerakan BISA ini wajib dilakukan. “Semua wajib menjaga jarak, cuci tangan, dan mengenakan masker. Nah, untuk pengelola wajib menjaga kebersihan lingkungan sebagai tambahan,” katanya.
Saat ini di semua objek wisata di Gunungkidul sudah diberlakukan protokol kesehatan, terutama untuk masuk kawasan wisata. Dengan demikian, pihaknya tidak bisa menoleransi wisatawan yang melanggar protokol kesehatan.
“Kalau suhu tubuh di atas 37 derajat dan tidak memakai masker, langsung kami minta putar balik di pos retribusi sebagai pos pengecekan pertama kami. Ini komitmen kami untuk pelayanan wisata di tengah pandemi ini,” terang Asti. (Lihat videonya: Polsek Ciracas Dibakar Gerombolan Orang Tidak Dikenal)
Hingga saat ini pihaknya belum menerima laporan penyebaran Covid-19 dari destinasi wisata. Dengan pengetatan protokol kesehatan ini, wisatawan diharapkan tetap nyaman dan tetap terjaga dengan standar protokol kesehatan yang diterapkan. (Suharjono)
(ysw)
tulis komentar anda