Konflik Internal Bangsawan Bikin Kerajaan Sunda Kerap Berganti Ibu Kota
Selasa, 03 September 2024 - 06:04 WIB
Serangkaian konflik internal dan pergantian kekuasaan yang sering terjadi membuat ibu kota di Kerajaan Sunda sering kali berpindah-pindah. Pemindahan ibu kota biasanya dilakukan oleh raja baru sebagai langkah antisipasi terhadap serangan musuh atau kemungkinan pemberontakan.
Fenomena ini telah berlangsung sejak masa ketika Kerajaan Sunda dan Galuh masih berdiri sebagai entitas terpisah. Dalam catatan sejarah, Kerajaan Galuh pernah memindahkan ibu kotanya pada tahun 852 Masehi.
Pada masa itu, Rakryan Wuwus, keturunan Banga, menguasai Galuh dan menikah dengan putri Raja Galuh.
Sebaliknya, adik perempuan Rakryan Wuwus menikah dengan putra Galuh yang kemudian menggantikan sisinya sebagai Raja Sunda ke-9 dengan gelar Prabu Darmaraksa Buana.
Menurut bukuMenemukan Kerajaan Sundakarya Saleh Danasasmita, kehadiran Raja Sunda dari Galuh di Pakuan belum sepenuhnya diterima oleh masyarakat. Situasi serupa terjadi ketika Sanjaya dan Tamperan, yang berasal dari Sunda, memerintah di Galuh.
Ketegangan ini akhirnya memicu pembunuhan Prabu Darmaraksa oleh seorang menteri Sunda yang fanatik. Setiap raja baru di Sunda selalu mempertimbangkan lokasi pusat pemerintahan, yang menyebabkan ibu kota kerajaan berpindah-pindah dari barat ke timur dan sebaliknya.
Antara tahun 895 hingga 1311, wilayah Jawa Barat seringkali diramaikan oleh perpindahan rombongan kerajaan. Misalnya, ayah Sri Jayabupati memerintah di Galuh, Sri Jayabupati sendiri memerintah di Pakuan, dan putranya kembali ke Galuh.
Fenomena ini telah berlangsung sejak masa ketika Kerajaan Sunda dan Galuh masih berdiri sebagai entitas terpisah. Dalam catatan sejarah, Kerajaan Galuh pernah memindahkan ibu kotanya pada tahun 852 Masehi.
Pada masa itu, Rakryan Wuwus, keturunan Banga, menguasai Galuh dan menikah dengan putri Raja Galuh.
Baca Juga
Sebaliknya, adik perempuan Rakryan Wuwus menikah dengan putra Galuh yang kemudian menggantikan sisinya sebagai Raja Sunda ke-9 dengan gelar Prabu Darmaraksa Buana.
Menurut bukuMenemukan Kerajaan Sundakarya Saleh Danasasmita, kehadiran Raja Sunda dari Galuh di Pakuan belum sepenuhnya diterima oleh masyarakat. Situasi serupa terjadi ketika Sanjaya dan Tamperan, yang berasal dari Sunda, memerintah di Galuh.
Ketegangan ini akhirnya memicu pembunuhan Prabu Darmaraksa oleh seorang menteri Sunda yang fanatik. Setiap raja baru di Sunda selalu mempertimbangkan lokasi pusat pemerintahan, yang menyebabkan ibu kota kerajaan berpindah-pindah dari barat ke timur dan sebaliknya.
Antara tahun 895 hingga 1311, wilayah Jawa Barat seringkali diramaikan oleh perpindahan rombongan kerajaan. Misalnya, ayah Sri Jayabupati memerintah di Galuh, Sri Jayabupati sendiri memerintah di Pakuan, dan putranya kembali ke Galuh.
tulis komentar anda