Awas! Ini Penyebab Utama Kasus Anak Cuci Darah di Jawa Barat Meningkat

Kamis, 01 Agustus 2024 - 18:54 WIB
Dinkes Jabar mencatat peningkatan signifikan dalam jumlah pasien anak yang menjalani cuci darah atau hemodialisis di 27 kabupaten dan kota. Foto/Ilustrasi/dok.Sindonews
BANDUNG - Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Barat mencatat peningkatan signifikan dalam jumlah pasien anak yang menjalani cuci darah atau hemodialisis di 27 kabupaten dan kota. Sepanjang tahun 2023, jumlah pasien mencapai 125 orang, sementara dari Januari hingga Juli 2024 sudah tercatat 77 kasus.

Menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Jabar, Rochady Hendra Setya Wibawa berbagai faktor menyebabkan anak-anak harus menjalani hemodialisis. “Hemodialisis ini umumnya dilakukan oleh pengidap masalah gagal ginjal, baik akut maupun kronis,” jelasnya pada Kamis (1/8/2024).

Rochady mengungkapkan bahwa penyebab utama gagal ginjal pada anak bisa beragam, termasuk efek samping obat tertentu, gangguan aliran darah ke ginjal akibat pendarahan hebat, infeksi, atau diare dengan dehidrasi berat. “Dehidrasi berat dapat merusak ginjal karena cairan tidak bisa masuk ke ginjal,” katanya.



Selain itu, penyakit kronis seperti penyumbatan di saluran kemih akibat tumor atau batu ginjal juga bisa menyebabkan kerusakan ginjal. Konsumsi makanan dan minuman kemasan serta diabetes melitus pada anak juga menjadi faktor risiko. “Diabetes melitus pada anak ujung-ujungnya akan menyebabkan kerusakan ginjal,” tambah Rochady.



Rochady menekankan pentingnya kontrol kesehatan anak secara rutin dan menghilangkan anggapan bahwa gemuk selalu identik dengan sehat. “Obesitas bisa menyebabkan gangguan buang air besar dan masalah kesehatan lainnya,” ujarnya, sambil mendorong orang tua untuk lebih waspada terhadap status kesehatan anak mereka.

Penjabat Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin, meminta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk segera menerapkan label pada makanan dan minuman kemasan guna mencegah lonjakan kasus cuci darah pada anak di masa depan. “Saya berharap Kemenkes segera menerapkan penandaan pada makanan dan minuman kemasan terkait kandungan gula, garam, dan lemak,” ujar Bey.

Langkah ini diharapkan dapat memberikan kepastian pada masyarakat mengenai keamanan konsumsi makanan dan minuman kemasan, terutama terkait tingginya kasus anak yang memerlukan hemodialisis.
(hri)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content