Kisah Heroik Tan Peng Nio, Prajurit Wanita Anggota Pasukan Khusus saat Melawan Tentara Belanda
Minggu, 28 Juli 2024 - 07:39 WIB
Tan Peng Nio angkat senjata melawan kebrutalan penjajah Belanda dengan kepanjangan tangan VOC pasca terjadinya Geger Pecinan.
Kala itu kondisi Jakarta genting lantaran terjadi pembantaian etnis Tionghoa oleh tentara VOC Belanda yang sangat bengis dan kejam.
Ancaman pembunuhan oleh tentara Belanda membuat Tan Peng Nio akhirnya memilih mengungsi ke arah timur. Menempuh perjalanan jauh, dia akhirnya tiba di wilayah Kutowinangun, Kebumen, Jawa Tengah.
Tan Peng Nio dalam perjalanan di Kutowinangun bertemu dengan Kiai Honggoyudho yang mahir membuat senjata. Pertemuan itu membuat semangatnya untuk melawan penjajah VOC Belanda berkobar.
Dengan kemampuan beladiri dan siasat perang yang dimiliki, Tan Peng Nio pun bergabung dengan pejuang kemerdekaan dan bertempur melawan tentara Belanda dengan menyamar sebagai seorang laki-laki.
Dia ikut bersama Pangeran Garendi saat peperangan dan penyerbuan selama 16 tahun (1741-1757).
Tan Peng Nio masuk ke dalam pasukan khusus bentukan KRT Kolopaking II yang beranggotakan 200 prajurit untuk bertempur melawan tentara Belanda.
Konon prajurit wanita yang mirip dengan kisah heroik Mulan dari China itu berperang dengan menyamar sebagai seorang laki-laki. Pasukan ini dikirimkan untuk membantu pasukan Pangeran Garendi melawan tentara kompeni Belanda yang kejam dan bengis.
Peperangan yang berlangsung selama bertahun-tahun itu akhirnya berujung pada perundingan Giyanti pada 13 Februari 1755.
Perundingan ini dilakukan antara VOC Belanda dengan Kerajaan Mataram yang diwakili oleh Pakubuwana III dan Pangeran Mangkubumi.
Kala itu kondisi Jakarta genting lantaran terjadi pembantaian etnis Tionghoa oleh tentara VOC Belanda yang sangat bengis dan kejam.
Ancaman pembunuhan oleh tentara Belanda membuat Tan Peng Nio akhirnya memilih mengungsi ke arah timur. Menempuh perjalanan jauh, dia akhirnya tiba di wilayah Kutowinangun, Kebumen, Jawa Tengah.
Tan Peng Nio dalam perjalanan di Kutowinangun bertemu dengan Kiai Honggoyudho yang mahir membuat senjata. Pertemuan itu membuat semangatnya untuk melawan penjajah VOC Belanda berkobar.
Dengan kemampuan beladiri dan siasat perang yang dimiliki, Tan Peng Nio pun bergabung dengan pejuang kemerdekaan dan bertempur melawan tentara Belanda dengan menyamar sebagai seorang laki-laki.
Dia ikut bersama Pangeran Garendi saat peperangan dan penyerbuan selama 16 tahun (1741-1757).
Tan Peng Nio masuk ke dalam pasukan khusus bentukan KRT Kolopaking II yang beranggotakan 200 prajurit untuk bertempur melawan tentara Belanda.
Konon prajurit wanita yang mirip dengan kisah heroik Mulan dari China itu berperang dengan menyamar sebagai seorang laki-laki. Pasukan ini dikirimkan untuk membantu pasukan Pangeran Garendi melawan tentara kompeni Belanda yang kejam dan bengis.
Peperangan yang berlangsung selama bertahun-tahun itu akhirnya berujung pada perundingan Giyanti pada 13 Februari 1755.
Perundingan ini dilakukan antara VOC Belanda dengan Kerajaan Mataram yang diwakili oleh Pakubuwana III dan Pangeran Mangkubumi.
Lihat Juga :
tulis komentar anda