Rektor Unair: Buang Ego Sektoral Demi Produksi Kombinasi Obat COVID-19
Minggu, 16 Agustus 2020 - 16:30 WIB
SURABAYA - Penanganan pasien COVID-19 di Indonesia mendapatkan angin segar setelah kombinasi obat temuan para peneliti Universitas Airlangga (Unair) dipublikasi. Kombinasi obat yang sudah masuk tahap izin produksi dan izin edar diharapkan bisa secepatnya digunakan para pasien.
Rektor Universitas Airlangga, Prof. Nasih menuturkan, posisi kombinasi obat saat ini sudah masuk izin produksi. Harapannya, pihak BPOM bisa memperlancar izin produksinya. Sehingga obat tersebut dapat diproduksi secara massal untuk kepentingan masyarakat Indonesia.
“Kami sudah diminta oleh Kimia Farma dan Lembaga Biologi TNI AD untuk menjelaskan petunjuk teknis dalam memproduksi obat kombinasi tersebut. Sehingga kami berharap kepada BPOM untuk dapat memperlancar izin produksi obat tersebut,” kata Nasih, Minggu (16/8/2020). (Baca: Percepat Produksi Vaksin Corona )
Ia melanjutkan, obat tersebut merupakan kombinasi dari berbagai macam jenis, namun oleh BPOM dianggap sebagai sesuatu yang baru. “Tentu karena ini akan menjadi obat baru, maka diharapkan ini akan menjadi obat COVID-19 pertama di dunia,” jelasnya.
Untuk mempercepat proses rilis kombinasi obat tersebut, Prof. Nasih meminta kepada pihak TNI, Polri, BIN, IDI, Ikatan Apoteker Indonesia, Kimia Farma, serta Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, mau bahu membahu dan membuang ego sektoral masing-masing.
“Menurut hemat kami, yang selama ini menghambat proses pengadaan obat asli Indonesia itu adalah adanya ego sektoral. Hal itu yang selama ini menyebabkan prosesnya panjang,” ucapnya.
Ia menegaskan, rujukan dari obat kombinasi yang ditemukan oleh tim gabungan ini menjadi obat COVID-19 merupakan berbagai macam obat tunggal yang telah diberikan kepada pasien COVID-19 di berbagai belahan dunia.
Kesimpulannya, ada tiga kombinasi obat yang ditemukan oleh Unair dan telah melaksanakan uji klinis. Pertama berupa Lopinavir/Ritonavir dan Azithromycin. Kedua, Lopinavir/Ritonavir dan Doxycycline dan ketiga, Hydrochloroquine dan Azithromyci. (Baca: Pemerintah Dukung Penuh Unair Kembangkan Obat Corona )
“Awalnya lima kombinasi, kemudian ada saran untuk mengambil tiga kombinasi terbaik saja, yang dampaknya paling besar. Akhirnya kami ambil tiga tersebut karena efektivitasnya mencapai 98%, dan kami lakukan uji klinis dengan mengujinya secara acak di lapangan,” ungkapnya.
Untuk pelaksanaan uji klinis obat kombinasi tersebut, unair tidak hanya melakukan pada satu pihak dan satu tempat saja. Sebab, pihaknya mekakukan uji klinis pada 13 center di Indonesia, dan masing-masing center di koordinasi oleh salah seorang dokter profesional.
Rektor Universitas Airlangga, Prof. Nasih menuturkan, posisi kombinasi obat saat ini sudah masuk izin produksi. Harapannya, pihak BPOM bisa memperlancar izin produksinya. Sehingga obat tersebut dapat diproduksi secara massal untuk kepentingan masyarakat Indonesia.
“Kami sudah diminta oleh Kimia Farma dan Lembaga Biologi TNI AD untuk menjelaskan petunjuk teknis dalam memproduksi obat kombinasi tersebut. Sehingga kami berharap kepada BPOM untuk dapat memperlancar izin produksi obat tersebut,” kata Nasih, Minggu (16/8/2020). (Baca: Percepat Produksi Vaksin Corona )
Ia melanjutkan, obat tersebut merupakan kombinasi dari berbagai macam jenis, namun oleh BPOM dianggap sebagai sesuatu yang baru. “Tentu karena ini akan menjadi obat baru, maka diharapkan ini akan menjadi obat COVID-19 pertama di dunia,” jelasnya.
Untuk mempercepat proses rilis kombinasi obat tersebut, Prof. Nasih meminta kepada pihak TNI, Polri, BIN, IDI, Ikatan Apoteker Indonesia, Kimia Farma, serta Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, mau bahu membahu dan membuang ego sektoral masing-masing.
“Menurut hemat kami, yang selama ini menghambat proses pengadaan obat asli Indonesia itu adalah adanya ego sektoral. Hal itu yang selama ini menyebabkan prosesnya panjang,” ucapnya.
Ia menegaskan, rujukan dari obat kombinasi yang ditemukan oleh tim gabungan ini menjadi obat COVID-19 merupakan berbagai macam obat tunggal yang telah diberikan kepada pasien COVID-19 di berbagai belahan dunia.
Kesimpulannya, ada tiga kombinasi obat yang ditemukan oleh Unair dan telah melaksanakan uji klinis. Pertama berupa Lopinavir/Ritonavir dan Azithromycin. Kedua, Lopinavir/Ritonavir dan Doxycycline dan ketiga, Hydrochloroquine dan Azithromyci. (Baca: Pemerintah Dukung Penuh Unair Kembangkan Obat Corona )
“Awalnya lima kombinasi, kemudian ada saran untuk mengambil tiga kombinasi terbaik saja, yang dampaknya paling besar. Akhirnya kami ambil tiga tersebut karena efektivitasnya mencapai 98%, dan kami lakukan uji klinis dengan mengujinya secara acak di lapangan,” ungkapnya.
Untuk pelaksanaan uji klinis obat kombinasi tersebut, unair tidak hanya melakukan pada satu pihak dan satu tempat saja. Sebab, pihaknya mekakukan uji klinis pada 13 center di Indonesia, dan masing-masing center di koordinasi oleh salah seorang dokter profesional.
(don)
tulis komentar anda