ITB Dorong Pemerintah Dukung Produksi Bahan Bakar Sawit, Buat Regulasi dan Standardisasi
Kamis, 01 Februari 2024 - 16:30 WIB
Oleh karena itu, pihaknya berharap, pemerintah mendukung produksi bahan bakar sawit dengan membuat regulasi dan standardisasi melalui SNI.
"Seharusnya berdasarkan visi pemerintah, program pengolahan bahan bakar nabati dari sawit ini harus sudah selesai pada 2024," ujarnya.
Pihaknya juga mengingatkan, bahwa Indonesia adalah pengimpor bensin yang besar di dunia.
"Oleh sebab itu, dengan memproduksi bensin dari sumber terbarukan yang dimiliki oleh bangsa ini, dapat menjadi hal yang sangat krusial untuk meningkatkan ketahanan energi nasional," terangnya.
Untuk diketahui, Laboratorium Teknik Reaksi Kimia (TRKK) dan Katalisis ITB dan Pusat Rekayasa Katalisis (PRK) ITB sendiri telah didirikan untuk melakukan penelitian dan pengembangan dalam bidang teknologi katalisis dan rekayasa sistem pemrosesnya.
Anggota Tim Pengembang Katalis pada Pusat Rekayasa Katalis ITB lainnya, Melia Laniwati mengatakan, saat ini, TRKK ITB dan PRK ITB tengah memfokuskan penelitiannya untuk mengembangkan teknologi katalisis dan sistem pemroses minyak sawit dan minyak inti sawit menjadi berbagai produk yang memiliki nilai tambah yang lebih tinggi.
Fokus utama dari kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh TRKK ITB dan PRK ITB saat ini adalah proses konversi minyak sawit dan minyak inti sawit menjadi berbagai bahan bakat nabati. Kegiatan penelitian ini dilakukan bersama-sama dan didukung oleh berbagai pemangku kepentingan di bidang energi dan sawit.
"Sejak tahun 1982, TRKK ITB telah memulai penelitian mengkonversi stearin menjadi bahan bakar. Penelitian ini tidak berlanjut karena beberapa hal," ungkap Melia.
Pada tahun 2017, kata Melia, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) memberikan dukungan dana penelitian untuk mengembangkan proses konversi minyak sawit menjadi bensin sawit (bensa).
Sejak tahun 2017 hingga sekarang, BPDPKS bersama TRKK ITB dan PRK ITB melakukan pengembangan teknologi katalisis dan proses untuk memproduksi bensa. Pada tahun 2019, BPDPKS membiayai TRKK ITB untuk mengembangkan katalis dan membangun unit produksi bensa dengan skala 20 liter/hari.
"Seharusnya berdasarkan visi pemerintah, program pengolahan bahan bakar nabati dari sawit ini harus sudah selesai pada 2024," ujarnya.
Pihaknya juga mengingatkan, bahwa Indonesia adalah pengimpor bensin yang besar di dunia.
"Oleh sebab itu, dengan memproduksi bensin dari sumber terbarukan yang dimiliki oleh bangsa ini, dapat menjadi hal yang sangat krusial untuk meningkatkan ketahanan energi nasional," terangnya.
Untuk diketahui, Laboratorium Teknik Reaksi Kimia (TRKK) dan Katalisis ITB dan Pusat Rekayasa Katalisis (PRK) ITB sendiri telah didirikan untuk melakukan penelitian dan pengembangan dalam bidang teknologi katalisis dan rekayasa sistem pemrosesnya.
Anggota Tim Pengembang Katalis pada Pusat Rekayasa Katalis ITB lainnya, Melia Laniwati mengatakan, saat ini, TRKK ITB dan PRK ITB tengah memfokuskan penelitiannya untuk mengembangkan teknologi katalisis dan sistem pemroses minyak sawit dan minyak inti sawit menjadi berbagai produk yang memiliki nilai tambah yang lebih tinggi.
Fokus utama dari kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh TRKK ITB dan PRK ITB saat ini adalah proses konversi minyak sawit dan minyak inti sawit menjadi berbagai bahan bakat nabati. Kegiatan penelitian ini dilakukan bersama-sama dan didukung oleh berbagai pemangku kepentingan di bidang energi dan sawit.
"Sejak tahun 1982, TRKK ITB telah memulai penelitian mengkonversi stearin menjadi bahan bakar. Penelitian ini tidak berlanjut karena beberapa hal," ungkap Melia.
Pada tahun 2017, kata Melia, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) memberikan dukungan dana penelitian untuk mengembangkan proses konversi minyak sawit menjadi bensin sawit (bensa).
Sejak tahun 2017 hingga sekarang, BPDPKS bersama TRKK ITB dan PRK ITB melakukan pengembangan teknologi katalisis dan proses untuk memproduksi bensa. Pada tahun 2019, BPDPKS membiayai TRKK ITB untuk mengembangkan katalis dan membangun unit produksi bensa dengan skala 20 liter/hari.
tulis komentar anda