Gardu Ganjar Meriahkan Tradisi Ngabubur Suro Bersama Warga Pandeglang

Jum'at, 28 Juli 2023 - 17:32 WIB
Gardu Ganjar turut melestarikan tradisi unik setiap Bulan Muharam yakni Ngabubur Suro pada 10 Muharam 1445 Hijriah yang bertepatan dengan Jumat (28/7/2024) di Kabupaten Pandeglang. Foto/Dok. SINDOnews
PANDEGLANG - Gerakan Rakyat Desa Untuk (Gardu) Ganjar turut melestarikan tradisi kebudayaan itu bersama warga di Kabupaten Pandeglang, Banten. Di Pandeglang, masyarakat memiliki tradisi unik setiap Bulan Muharam yakni Ngabubur Suro pada 10 Muharam 1445 Hijriah yang bertepatan dengan Jumat (28/7/2024).

"Hari ini mengadakan (pembuatan) bubur suro. Sudah tradisi kebiasaan masyarakat kami. Adanya, di Kampung Bengkok, Desa Karyasari, Kecamatan Cikedal, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten," kata Koordinator Gardu Ganjar Daerah Pandeglang, Muhlis.

Kegiatan ngabubur suro yang digagas Gardu Ganjar bersama warga digelar secara serentak di empat lokasi di Desa Karyasari, Kecamatan Cikendal dan Desa Sukamersari, Kecamatan Kalanganyar. Hal ini sebagai gambaran bahwa Ganjar Pranowo hadir untuk semua.



Partisipasi ini sekaligus untuk menyosialisasikan dan menggalang dukungan bagi capres Ganjar Pranowo. Muhlis mengatakan, keterlibatan relawan mendapat sambutan yang hangat dari warga sehingga kegiatan tersebut dapat berjalan lancar dan meriah.

"Kami mengadakan (kegiatan ini) sambil mendoakan (Ganjar menjadi Presiden 2024) di pagi hari ini, Jumat barokah. Mudah-mudahan Pak Ganjar ini dikabul sama Allah SWT menjadi nomor satu di Indonesia yaitu Presiden," tuturnya.

Bubur suro atau sura berasal dari kata Asyura yakni hari ke-10 bulan Muharam dalam penanggalan kalender Hijriah yang dipakai umat muslim. Bubur tersebut dipercaya muncul dari kisah Nabi Nuh AS saat terjadi banjir besar yang menenggelamkan dunia.

Umat yang selamat di atas perahu harus menghemat perbekalan makanannya. "Masak bubur tanggal 10 Muharam itu harus merayakan bubur suro. Bahan-bahannya, beras, kacang, bumbu-bumbu, sop. banyak ya tata caranya," kata salah seorang warga yang berpartisipasi, Adawiyah.

Tradisi memasak bubur suro dinilai menanamkan sikap gotong-royong karena proses memasaknya yang dilakukan secara bersama-sama, terutama kalangan ibu-ibu. Sikap itu yang menjadikan Indonesia Tangguh.

Proses pembuatan bubur dilakukan dengan metode dan alat-alat tradisional seperti kompor kayu bakar kemudian diaduk secara manual dengan tangan selama sekitar dua jam. Selain gotong-royong, tradisi tersebut juga dinilai meningkat jiwa sosial karena bubur yang sudah jadi kemudian dibagikan kepada orang yang membutuhkan dan anak yatim.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content