Kharisma Raden Asnawi, Ulama Kudus yang Mampu Usir Musuh dari Jarak Jauh
Selasa, 27 Juni 2023 - 05:05 WIB
Sewaktu umur 25 tahun dia menunaikan ibadah haji yang pertama. Di Mekkah dia berguru dengan Kiai H Saleh Darat Semarang, Kiai H Mahfudz Termas dan Sayid Umar Shatha.
Sepulang dari haji pertama pada 1886, namanya diganti jadi Raden Haji Ilyas dan mulai mengajar serta melakukan tabligh agama. Pada umur 30 tahun dia kembali diajak ayahnya untuk pergi haji yang kedua dengan niat untuk bermukim di tanah suci.
Sayangnya, pada saat-saat melakukan ibadah haji, ayahnya pergi meninggalkan dia untuk selamanya. Kendati demikian, dia tidak patah arang. Niatnya untuk bermukim tetap diteruskan selama 20 tahun.
Selama itu dia juga pernah pulang ke Kudus beberapa kali untuk menjenguk ibunya yang masih hidup beserta adiknya, H Dimyati, yang menetap di Kudus hingga wafat.
Ibunya wafat di Kudus sewaktu dia telah kembali ke tanah suci untuk meneruskan cita-citanya. Pada haji kali ketiga ini namanya pun berganti jadi Kiai Haji Raden Asnawi.
Beberapa karomah yang dimilikinya adalah, membuat gentar penjajah Belanda. Kiai Haji Raden Asnawi sempat ditahan oleh pemerintah Belanda karena dianggap sebagai penggerak kerusuhan.
Konon saat di penjara itulah KH Raden Asnawi banyak menghabiskan waktu untuk mengajar ilmu agama dan membaca shalawat kepada para penghuni penjara.
Petugas penjara tidak sanggup menjaga KH Raden Asnawi karena setiap saat membaca shalawat. Aktivitasnya itu membuat ruangannya dibanjiri warga yang ingin belajar agama. Hingga para penjaga penjara menyerah dan akhirnya KH Raden Asnawi dibebaskan.
Tidak hanya itu, karomah lain yang dimiliki KH Raden Asnawi adalah kemampuannya membuat musuh-musuhnya lari ketakutan dari jarak jauh. Hal itu dibuktikan ketika KH Raden Asnawi hendak ditangkap oleh penjajah untuk ketiga kalinya.
Para penjajah kabur karena takut sebelum menangkap KH Raden Asnawi. Karena sering masuk penjara namun selalu berakhir bebas. Selama hidup, KH R Asnawi memiliki pendirian teguh.
Sepulang dari haji pertama pada 1886, namanya diganti jadi Raden Haji Ilyas dan mulai mengajar serta melakukan tabligh agama. Pada umur 30 tahun dia kembali diajak ayahnya untuk pergi haji yang kedua dengan niat untuk bermukim di tanah suci.
Sayangnya, pada saat-saat melakukan ibadah haji, ayahnya pergi meninggalkan dia untuk selamanya. Kendati demikian, dia tidak patah arang. Niatnya untuk bermukim tetap diteruskan selama 20 tahun.
Selama itu dia juga pernah pulang ke Kudus beberapa kali untuk menjenguk ibunya yang masih hidup beserta adiknya, H Dimyati, yang menetap di Kudus hingga wafat.
Ibunya wafat di Kudus sewaktu dia telah kembali ke tanah suci untuk meneruskan cita-citanya. Pada haji kali ketiga ini namanya pun berganti jadi Kiai Haji Raden Asnawi.
Beberapa karomah yang dimilikinya adalah, membuat gentar penjajah Belanda. Kiai Haji Raden Asnawi sempat ditahan oleh pemerintah Belanda karena dianggap sebagai penggerak kerusuhan.
Konon saat di penjara itulah KH Raden Asnawi banyak menghabiskan waktu untuk mengajar ilmu agama dan membaca shalawat kepada para penghuni penjara.
Petugas penjara tidak sanggup menjaga KH Raden Asnawi karena setiap saat membaca shalawat. Aktivitasnya itu membuat ruangannya dibanjiri warga yang ingin belajar agama. Hingga para penjaga penjara menyerah dan akhirnya KH Raden Asnawi dibebaskan.
Tidak hanya itu, karomah lain yang dimiliki KH Raden Asnawi adalah kemampuannya membuat musuh-musuhnya lari ketakutan dari jarak jauh. Hal itu dibuktikan ketika KH Raden Asnawi hendak ditangkap oleh penjajah untuk ketiga kalinya.
Para penjajah kabur karena takut sebelum menangkap KH Raden Asnawi. Karena sering masuk penjara namun selalu berakhir bebas. Selama hidup, KH R Asnawi memiliki pendirian teguh.
tulis komentar anda