Loji Gandrung, Perjalanan Sejarah dan Simbol Kekuasaan di Solo (Bagian-1)

Jum'at, 24 Juli 2020 - 05:17 WIB
Sejarawan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Tunjung W Sutirta mengatakan, bangunan Loji Gandrung pada awalnya merupakan rumah tinggal milik Johannes Augustinus Dezentje (1797-1839). Ayahnya, August Jan Caspar adalah pejabat militer Kolonial Belanda. “Oleh sebab itu, keluarga Dezentje memiliki hubungan baik dengan pihak Kolonial Belanda maupun dari pihak Keraton Kasunanan Surakarta,” ungkap Tunjung.



Pada tahun 1815, Dezentje menikah dengan Johanna Dorothea Boode yang kemudian meninggal pada 1816 setelah kelahiran anak pertamanya. Karena hubungan yang dekat dengan Kasunanan Surakarta, Dezentje kemudian menikah dengan salah seorang saudara perempuan Sunan Pakubuwana (PB) IV pada 1819 yang bernama Raden Ayu Cokrokusumo.

Pada saat itulah Dezentje dapat menyewa tanah di Ampel seluas 82 Ha dan mencakup 18 desa. Hingga tahun 1820, pendapatan yang diperoleh dari hasil perkebunannya dapat mencapai 5.000 Gulden per tahun. Berdasarkan catatan dari SA Buddingh ketika berkunjung di kediaman Dezentje di Ampel, ia memiliki sebuah landhuis yang bergaya rumah dalem tradisional Jawa, dengan pekarangan dan taman dilengkapi dengan hiburan gamelan.

Wilayahnya dikelilingi benteng dengan bastion, pasukan, dan persenjataan yang lengkap. Selain itu, Dezentje memiliki rumah di daerah asalnya di Surakarta atau Solo. “Rumah inilah yang kini dikenal dengan Loji Gandrung,” bebernya. Nama Loji Gandrung dipahami khalayak dikarenakan kegiatan sosialisasi kalangan elit Eropa yang diwarnai dengan pesta makan, minum dan berdansa.
(shf)
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More