Perusahaan Migas Kanada Cabut, Hasil Pengeboran Tak Sesuai Nama
Selasa, 28 April 2020 - 21:40 WIB
JAKARTA - Pan Orient Corp, perusahaan migas asal Kanada, akhirnya cabut dari Indonesia karena Blok East Jabung, ladang migas yang dieksplorasinya, tak jua mendatangkan hasil.
“Tahun lalu itu mereka sudah melakukan pengeboran dengan harapan mendapatkan 1 juta barel, tapi kenyataannya dryhole sehingga tidak ada komitmen pasti yang wajib diteruskan. Kami juga telah berdiskusi, mereka memutuskan untuk tidak diteruskan,” ujar Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) secara virtual dengan Komisi VII DPR, di Jakarta, Selasa (28/4/2020).
Menurut dia kegiatan pengeboran tanpa hasil tersebut telah dilakukan di sumur Anggun-1. Apabila pengeboran tersebut tidak dryhole (kering), rencananya akan dilanjutkan di sumur Anggun 2 dan Cantik 1. Namun investor asal negara bagian Amerika Utara itu memilih cabut dari Indonesia karena pada kenyataannya potensi migas yang diharapkan dari Anggun 1 tidak sesuai namanya. ( Baca:Tekan Harga Gula, Pemerintah Akan Putus Mata Rantai Distribusi )
Sementara biaya investasi yang harus dikeluarkan cukup besar yakni setiap pengeboran satu sumur harus merogoh kocek sebesar US$ 1 juta. “Tadinya mau dilihat sumur Cantik 1 dan dilanjut ke Anggun 2 tapi setelah diskusi mereka memilih tidak diteruskan karena pengeboran satu sumur biayanya US$ 1 juta. Kalaupun diteruskan mungkin juga tidak ada temuan,” tandas dia.
Padahal berdasarkan laporan, kegiatan pengeboran tersebut Pan Orient Corp telah menggelotorkan biaya cukup besar. Untuk mengebor sumur Anggun-1 mereka telah mengeluarkan dana sebesar 15,1 juta dolar Kanada (CAS) dengan rincian CAS 3,3 juta pada tahun 2018 dan CAS11,8 juta pada tahun 2019 lalu.
Pan Orient juga telah mengeluarkan belanja modal untuk Blok East Jabung, tercatat sebesar CAS12,22 juta, naik 264 persen dibanding realisasi capex 2018. Namun investasi tersebut tidak membuahkan hasil apapun.
Kondisi itu justru berbeda saat Pan Orient berinvestasi di Thailand. Pan Orient justru membuahkan hasil, dengan kegiatan pengeboran di sumur L53-DD6ST2 pada 15 Februari hingga 6 Maret 2020 menghasilkan produksi sebesar 409 barrel oil per day (bopd), dengan efisiensi biaya mencapai 55 persen menjadi US$ 6,16 per barel. Atas hasil yang positif tersebut Pan Orient berencana menggelontorkan dana sebesar CAS10 juta, dengan potensi penambahan CAS2 juta.
Sebagai informasi, di Blok East Jabung, Pan Orient memegang hak partisipasi sebesar 49 persen sementara sisanya 51 persen dimiliki oleh Repsol. Meski begitu, Fatar menyatakan bahwa belum ada pembahasan kembali dengan Repsol selaku operator terkait kelanjutan eksplorasi di Blok East Jabung.
“Sejauh ini, belum ada pembahasan lagi dan belum ada usulan dari KKKS untuk kelanjutan komitmen pasti,” tandas dia.
Lihat Juga: Ikut Partisipasi pada Pameran SINOX 01, Hulu Migas Komitmen Perluas Dukungan di Lingkungan Akademik
“Tahun lalu itu mereka sudah melakukan pengeboran dengan harapan mendapatkan 1 juta barel, tapi kenyataannya dryhole sehingga tidak ada komitmen pasti yang wajib diteruskan. Kami juga telah berdiskusi, mereka memutuskan untuk tidak diteruskan,” ujar Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) secara virtual dengan Komisi VII DPR, di Jakarta, Selasa (28/4/2020).
Menurut dia kegiatan pengeboran tanpa hasil tersebut telah dilakukan di sumur Anggun-1. Apabila pengeboran tersebut tidak dryhole (kering), rencananya akan dilanjutkan di sumur Anggun 2 dan Cantik 1. Namun investor asal negara bagian Amerika Utara itu memilih cabut dari Indonesia karena pada kenyataannya potensi migas yang diharapkan dari Anggun 1 tidak sesuai namanya. ( Baca:Tekan Harga Gula, Pemerintah Akan Putus Mata Rantai Distribusi )
Sementara biaya investasi yang harus dikeluarkan cukup besar yakni setiap pengeboran satu sumur harus merogoh kocek sebesar US$ 1 juta. “Tadinya mau dilihat sumur Cantik 1 dan dilanjut ke Anggun 2 tapi setelah diskusi mereka memilih tidak diteruskan karena pengeboran satu sumur biayanya US$ 1 juta. Kalaupun diteruskan mungkin juga tidak ada temuan,” tandas dia.
Padahal berdasarkan laporan, kegiatan pengeboran tersebut Pan Orient Corp telah menggelotorkan biaya cukup besar. Untuk mengebor sumur Anggun-1 mereka telah mengeluarkan dana sebesar 15,1 juta dolar Kanada (CAS) dengan rincian CAS 3,3 juta pada tahun 2018 dan CAS11,8 juta pada tahun 2019 lalu.
Pan Orient juga telah mengeluarkan belanja modal untuk Blok East Jabung, tercatat sebesar CAS12,22 juta, naik 264 persen dibanding realisasi capex 2018. Namun investasi tersebut tidak membuahkan hasil apapun.
Kondisi itu justru berbeda saat Pan Orient berinvestasi di Thailand. Pan Orient justru membuahkan hasil, dengan kegiatan pengeboran di sumur L53-DD6ST2 pada 15 Februari hingga 6 Maret 2020 menghasilkan produksi sebesar 409 barrel oil per day (bopd), dengan efisiensi biaya mencapai 55 persen menjadi US$ 6,16 per barel. Atas hasil yang positif tersebut Pan Orient berencana menggelontorkan dana sebesar CAS10 juta, dengan potensi penambahan CAS2 juta.
Sebagai informasi, di Blok East Jabung, Pan Orient memegang hak partisipasi sebesar 49 persen sementara sisanya 51 persen dimiliki oleh Repsol. Meski begitu, Fatar menyatakan bahwa belum ada pembahasan kembali dengan Repsol selaku operator terkait kelanjutan eksplorasi di Blok East Jabung.
“Sejauh ini, belum ada pembahasan lagi dan belum ada usulan dari KKKS untuk kelanjutan komitmen pasti,” tandas dia.
Lihat Juga: Ikut Partisipasi pada Pameran SINOX 01, Hulu Migas Komitmen Perluas Dukungan di Lingkungan Akademik
(ihs)
tulis komentar anda