Pentingnya Riset untuk Mengelola Narasi Story Telling di Sosial Media

Kamis, 16 Maret 2023 - 11:36 WIB
Mohammad Akbar (kiri) usai pembicara pada Pelatihan Jurnalistik untuk Publikasi Internal dan Eksternal PT PLN Persero - Divisi Humas UIP3B Kalimantan di Banjarbaru, Rabu (15/3/2023). Foto/Dok. SINDOnews
BANJARBARU - Riset menjadi hal utama jika ingin meningkatkan interaksi melalui sosial media . Riset juga dibutuhkan untuk memperkaya tulisan yang dikemas secara story telling.

Hal ini menjadi benang merah dari pemaparan yang disampaikan dua peneliti dari Nexus Risk Mitigation and Strategic Communication (RMSC), Muhammad Syahmitirafi dan Mohammad Akbar. Keduanya menyampaikan hal tersebut saat menjadi pembicara pada Pelatihan Jurnalistik untuk Publikasi Internal dan Eksternal PT PLN Persero - Divisi Humas UIP3B Kalimantan di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Rabu (15/3/2023).

"Problem utama yang sering ditemui mengapa konten sosmed itu kurang memiliki interaksi karena minim riset, lemah dalam menggambarkan karakter serta tidak relevan," kata Syahmitirafi atau yang akrab disapa Rafi.

Rafi juga menggambarkan setidaknya ada delapan kesalahan yang sering dilakukan ketika mengelola konten sosmed. Kedelapan hal itu adalah konten yang disajikan terlalu berjualan, terlalu menonjolkan institusi, tidak sistematis, terlalu self centric, tidak memiliki karakter yang kuat, hanya terfokus pada penambahan jumlah follower, serta gagal membaca audience journey dan algoritma media sosial.



"Dari kesalahan-kesalahan itu maka riset adalah hal utama yang harus dilakukan. Riset itu untuk mengetaui delapan kesalahan tadi," ujarnya.

Sementara itu Akbar mengatakan kekuatan tulisan story telling atau feature itu terletak pada riset yang mendalam untuk menarasikan sebuah peristiwa. "Modal dalam menulis story telling itu adalah riset, peka dan jeli, serta kaya diksi," katanya.

Akbar juga menjelaskan dalam menulis dengan gaya story telling itu mendorong munculnya kreativitas dalam pola alur penulisan, mendeskripsikan kisah atau peristiwa serta sudut pandang. "Penulisannya tidak terpaku seperti pada pola penulisan straight newsyang menggunakan pendekatan piramida terbalik dalam menempatkan unsur 5W+1H," tandasnya.

Gaya penulisan story telling ini menjadi salah satu kekuatan yang harus dimiliki bagi para praktisi humas. "Untuk mengasah kemampuan menulis ini tentunya harus terus berlatih menulis. Tidak ada tulisan yang buruk, yang buruk itu adalah yang tidak menulis," terangnya.
(poe)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content