MAS Ditutup, Satu Pengunjung Tewas
A
A
A
MEDAN - Pagelaran Medan Air Show (MAS) 2015 di Lapangan Eks Bandara Polonia yang ditutup kemarin, diwarnai insiden tewasnya seorang pengunjung akibat tertimpa paramotor yang sedang beratraksi.
Namun secara umum, kegiatan langka ini sukses mengenalkan dan mengajarkan tentang dunia kedirgantaraan kepada masyarakat Kota Medan. Event yang digelar sejak 7-10 Mei ini berhasil mengundang ribuan pengunjung, baik dari Medan maupun luar kota. Bukan hanya itu, acara yang dimotori Pangkalan Udara (Lanud) Soewondo ini juga berhasil membawa terbang ratusan warga pengunjung mengelilingi langit Kota Medan.
Dalam acara penutupan kemarin, Komandan Lanud (Danlaud) Soewondo, Kolonel Pnb Chandra Siahaan, mengaku terkejut acara yang baru pertamakali diadakan di Medan ini disambut meriah masyarakat. Dia pun bertekad melaksanakan acara ini menjadi agenda tahunan Medan.
“Saya sudah membicarakan rencana ini kepada Wali Kota Dzulmi Eldin bahwa Medan Air Show akan dijadikan sebagai agenda tahunan. Ini melihat dari antusiasme masyarakat yang datang menyaksikan acara ini. Bahkan, kami tidak menyangka acara ini akan berlangsung meriah dan disambut antusias masyarakat,” katanya saat memberi sambutan pada acara penutupan MAS 2015 di Lapangan Eks Bandara Polonia Medan, kemarin.
Menurut dia, MAS 2015 ini sukses mengajarkan dan mengenalkan informasi kedirgantaraan kepada masyarakat, mulai dari peluru, rudal, pesawat tempur, hingga pesawat aerobatik. Masyarakat juga dipertunjukkan bagaimana pesawat tempur ketika menembak di udara dan bagaimana menghindari gempuran lawan.
“Pengetahuan seperti ini tentu tidak pernah didapatkan masyarakat sipil jika tidak diadakan acara seperti ini. Selama ini yang mengetahui senjata dan pesawat tempur hanya TNI. Sekarang sudah kita perkenalkan dan para petugas kami dengan senang hati menjelaskan peralatan tempur tersebut kepada masyarakat yang bertanya,” ucapnya.
Danlanud juga menyadari bahwa acara ini pertama kali diadakan di Medan dan tentu banyak kekurangan, termasuk antusiasme masyarakat yang semua ingin ikut terbang bersama pesawat TNI AU, tidak bisa diakomodasi. Hal itu karena lonjakan pengunjung tak sebanding dengan pesawat yang tersedia.
“Ke depan tentu kita akan berusaha lebih baik lagi. Kita berharap jika acara ini nanti menjadi agenda rutin tahunan, Pemprov Sumut bisa ikut bergabung. Kita bisa ganti acara dengan North Sumatera Air Show, saya yakin dengan begini gaungnya akan lebih besar,” ujarnya.
Dalam penutupan kemarin, dilakukan pertunjukan atraksi dua pesawat tempur Hawk 200 milik TNI AU. Atraksi pesawat dengan cara berputar-putar di udara ini membuat pengunjung histeris. Pengunjung yang mencapai ribuan orang sudah memadati lapangan eks Bandara Polonia Medan sejak pagi, berteriak dan memberikan tepuk tangan meriah kepada personel TNI AU yang melakukan atraksi itu.
Sekitar 30 menit melakukan atraksi, dua pesawat yang bermarkas di Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Riau, ini pun meninggalkan Medan. Tak cukup hanya itu, pengunjung disuguhkan pula dengan atraksi terjun payung yang memukau dari delapan Wanita Angkatan Udara (WARA) Markas Komando (Mako) Paskhas Bandung, Jawa Barat.
Masyarakat juga diperkenankan ikut di dalam pesawat CN 295 milik TNI AU yang mengangkut penerjun WARA tersebut. Dengan demikian masyarakat bisa melihat langsung bagaimana cara penerjun wanita melompat dari pesawat. “Baru kali ini saya bisa melihat mereka (WARA) terjun langsung dari pesawat. Ini pengalaman sangat menakjubkan, luar biasa,” kata Theresia br Panjaitan, 28, pengunjung yang ikut joy flight .
Dia mengaku takjub melihat para WARA terjun tanpa rasa takut dan kemudian mengembangkan parasutnya. Dia pun bisa melihat langsung dari kaca pesawat bagaimana WARA itu beraksi di udara. “Mudah-mudahan acara seperti ini sering diadakan di Medan. Ini hiburan sangat bermanfaat, wisata dirgantara yang mengajarkan kita pengetahuan dirgantara yang selama tidak tahu sama sekali,” katanya.
Pengunjung lainnya, M Dipan, 38, yang datang jauhjauh dari Serdangbedagai (Sergai) mengungkapkan, selama ini tidak pernah bisa melihat langsung pesawat tempur. “Sekarang saya bisa melihatnya langsung, bahkan bisa menyentuh dan berfoto di depan pesawat tempur. Ada juga rudal dan peluru-peluru pesawat tempur dipajang, ternyata pelurunya sangat besar,” katanya.
Pantauan KORAN SINDO MEDAN di lapangan eks Bandara Polonia Medan, kemarin, warga tak henti-henti datang memadati acara itu hingga siang hari. Bahkan, hujan yang mengguyur Kota Medan pun bukan halangan. Mereka langsung membuka payung agar bisa terus menyaksikan pertunjukan langka ini.
Pengunjung MAS Tewas
Seorang pengunjung MAS 2005, Ali Amran, 53, warga Jalan Puri Gang Sawo Medan, tewas karena tertimpa penerjun paramotor yang jatuh tepat di kerumunan penonton di lokasi MAS di Lapangan eks Bandara Polonia. Adapun penerjun bernama Bayu itu pun tak sadarkan diri.
Kecelakaan saat atraksi ini langsung membuat heboh suasana MAS 2015. Pengunjung langsung berteriak histeris dan berlari mendekat ke korban. Dua unit mobil ambulans milik TNI AU membawa kedua korban ke Rumah Sakit TNI AU dr Abdul Malik Medan.
Seorang saksi mata, Siti Khalijah, 35, menuturkan, sejak dari kejauhan sudah menduga ada yang tak beres dari paramotor itu. Karena tali parasutnya tampak kusut dan terbangnya semakin rendah. Tetapi, dia mengira hal itu biasa terjadi sehingga tidak takut. “Kami masih sempat teriakteriak karena kami kira itu atraksinya, tetapi tiba-tiba dia jatuh dan menimpa korban. Keduanya langsung tak sadarkan diri, saya lihat dua-duanya mengalami luka-luka,” katanya.
Kepala Penerangan dan Perpustakaan (Kapentak) Lanud Soewondo, Mayor Jhoni Tarigan mengatakan, pemain paramotor bernama Bayu tersebut terbang dengan ketinggian 15 meter. Namun, tiba-tiba angin berembus tidak stabil sehingga paramotor yang dibawanya tidak mampu melawan angin itu.
“Tiba-tiba cross wind , angin sesaat yang tidak stabil. Si Bayu ini pun tidak bisa mengendalikan paramotornya dan terbawa angin ke arah penonton. Padahal biasanya, dia bermain di atas rumput jauh dari penonton. Nah, setelah semakin dekat dengan penonton, dia mematikan mesin dan berusaha agar jatuh ke tenda, tetapi mengenai penonton,” ujarnya.
Menurut dia, pemain paramotor tersebut bukan TNI, melainkan warga sipil. Meski begitu, prosedural pengamanan sudah dilakukan dengan baik. Hanya cuaca yang tak bisa diprediksi tiba-tiba mengembus paramotor itu hingga menimpa penonton. Akibat kejadian itu, Bayu mengalami luka di bagian kepala dan sobek di bagian bibir, sedangkan korban meninggal.
Danlaud Soewondo Kolonel Pnb Chandra Siahaan yang mendatangi rumah duka sekitar pukul 19.00 WIB, kemarin, mengatakan, telah mengucapkan dukacita mendalam kepada istri, anak, dan keluarga korban. Pihaknya pun berjanji akan menyantuni korban dan bersedia menyekolahkan anakanaknya.
“Kami (Lanud Soewondo) punya sekolah SMP hingga SMA. Semua anak-anak korban ini nanti kalau berkenan akan kami sekolahkan di sekolah tersebut. Setelah tamat SMA, kami akan mencarikan beasiswa untuk ke perguruan tinggi. Jika memungkinkan atau anaknya berminat, kami akan coba masukkan jadi TNI,” katanya.
Menurut dia, insiden tersebut benar-benar di luar dugaan. Sebab saat terbang pertama, atlet paramotor bernama Bayu itu bisa melaju baik. Saat itu kecepatan angin pun hanya 5 knot dan sangat layak terbang menggunakan paramotor tersebut. “Namun tiba-tiba, setelah di ketinggian sekitar 15 meter, angin tiba-tiba kencang dengan kecepatan 12 knot.
Atlet yang bernama Bayu tadi seharusnya terbang di atas rumput, langsung terbawa angin ke lokasi pengunjung. Atlet ini pun langsung mencoba untuk jatuh ke tenda, namun dari tenda itu jatuh dan mengenai korban,” katanya.
Bayu merupakan atlet Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) Sumut dan Kolonel Chandra sebagai Ketua FASI Sumut. Bayu pun saat ini masih dirawat intensif di Rumah Sakit TNI AU dr Abdul Malik. Atlet dari Deliserdang itu mengalami luka di bagian kepala, wajah, bibir, dan lutut.
Kecelakaan tersebut terjadi setelah acara Medan Air Show ditutup. Namun, karena animo masyarakat tinggi, acara pun berlangsung hingga malam. “Acaranya sudah saya tutup sekitar pukul 12.00 WIB, kejadiannya ini sekitar pukul 14.00 WIB. Tapi, masyarakat masih antusias menyaksikan,” kata Chandra.
Juwita, istri korban, belum bisa dikonfirmasi terkait kecelakaan yang menimpa suaminya. Istri korban yang berprofesi sebagai guru ini terus menangis di samping jenazah suaminya. Ketiga anaknya pun duduk sambil menangis di samping almarhum.
Ali Rahmat, adik kandung korban, mengapresiasi sikap empati Danlanud Soewondo yang langsung datang ke rumah duka. Dia berharap pihak penyelenggara benar-benar mau menyantuni anak-anak abangnya tersebut.
Panggabean hasibuan
Namun secara umum, kegiatan langka ini sukses mengenalkan dan mengajarkan tentang dunia kedirgantaraan kepada masyarakat Kota Medan. Event yang digelar sejak 7-10 Mei ini berhasil mengundang ribuan pengunjung, baik dari Medan maupun luar kota. Bukan hanya itu, acara yang dimotori Pangkalan Udara (Lanud) Soewondo ini juga berhasil membawa terbang ratusan warga pengunjung mengelilingi langit Kota Medan.
Dalam acara penutupan kemarin, Komandan Lanud (Danlaud) Soewondo, Kolonel Pnb Chandra Siahaan, mengaku terkejut acara yang baru pertamakali diadakan di Medan ini disambut meriah masyarakat. Dia pun bertekad melaksanakan acara ini menjadi agenda tahunan Medan.
“Saya sudah membicarakan rencana ini kepada Wali Kota Dzulmi Eldin bahwa Medan Air Show akan dijadikan sebagai agenda tahunan. Ini melihat dari antusiasme masyarakat yang datang menyaksikan acara ini. Bahkan, kami tidak menyangka acara ini akan berlangsung meriah dan disambut antusias masyarakat,” katanya saat memberi sambutan pada acara penutupan MAS 2015 di Lapangan Eks Bandara Polonia Medan, kemarin.
Menurut dia, MAS 2015 ini sukses mengajarkan dan mengenalkan informasi kedirgantaraan kepada masyarakat, mulai dari peluru, rudal, pesawat tempur, hingga pesawat aerobatik. Masyarakat juga dipertunjukkan bagaimana pesawat tempur ketika menembak di udara dan bagaimana menghindari gempuran lawan.
“Pengetahuan seperti ini tentu tidak pernah didapatkan masyarakat sipil jika tidak diadakan acara seperti ini. Selama ini yang mengetahui senjata dan pesawat tempur hanya TNI. Sekarang sudah kita perkenalkan dan para petugas kami dengan senang hati menjelaskan peralatan tempur tersebut kepada masyarakat yang bertanya,” ucapnya.
Danlanud juga menyadari bahwa acara ini pertama kali diadakan di Medan dan tentu banyak kekurangan, termasuk antusiasme masyarakat yang semua ingin ikut terbang bersama pesawat TNI AU, tidak bisa diakomodasi. Hal itu karena lonjakan pengunjung tak sebanding dengan pesawat yang tersedia.
“Ke depan tentu kita akan berusaha lebih baik lagi. Kita berharap jika acara ini nanti menjadi agenda rutin tahunan, Pemprov Sumut bisa ikut bergabung. Kita bisa ganti acara dengan North Sumatera Air Show, saya yakin dengan begini gaungnya akan lebih besar,” ujarnya.
Dalam penutupan kemarin, dilakukan pertunjukan atraksi dua pesawat tempur Hawk 200 milik TNI AU. Atraksi pesawat dengan cara berputar-putar di udara ini membuat pengunjung histeris. Pengunjung yang mencapai ribuan orang sudah memadati lapangan eks Bandara Polonia Medan sejak pagi, berteriak dan memberikan tepuk tangan meriah kepada personel TNI AU yang melakukan atraksi itu.
Sekitar 30 menit melakukan atraksi, dua pesawat yang bermarkas di Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Riau, ini pun meninggalkan Medan. Tak cukup hanya itu, pengunjung disuguhkan pula dengan atraksi terjun payung yang memukau dari delapan Wanita Angkatan Udara (WARA) Markas Komando (Mako) Paskhas Bandung, Jawa Barat.
Masyarakat juga diperkenankan ikut di dalam pesawat CN 295 milik TNI AU yang mengangkut penerjun WARA tersebut. Dengan demikian masyarakat bisa melihat langsung bagaimana cara penerjun wanita melompat dari pesawat. “Baru kali ini saya bisa melihat mereka (WARA) terjun langsung dari pesawat. Ini pengalaman sangat menakjubkan, luar biasa,” kata Theresia br Panjaitan, 28, pengunjung yang ikut joy flight .
Dia mengaku takjub melihat para WARA terjun tanpa rasa takut dan kemudian mengembangkan parasutnya. Dia pun bisa melihat langsung dari kaca pesawat bagaimana WARA itu beraksi di udara. “Mudah-mudahan acara seperti ini sering diadakan di Medan. Ini hiburan sangat bermanfaat, wisata dirgantara yang mengajarkan kita pengetahuan dirgantara yang selama tidak tahu sama sekali,” katanya.
Pengunjung lainnya, M Dipan, 38, yang datang jauhjauh dari Serdangbedagai (Sergai) mengungkapkan, selama ini tidak pernah bisa melihat langsung pesawat tempur. “Sekarang saya bisa melihatnya langsung, bahkan bisa menyentuh dan berfoto di depan pesawat tempur. Ada juga rudal dan peluru-peluru pesawat tempur dipajang, ternyata pelurunya sangat besar,” katanya.
Pantauan KORAN SINDO MEDAN di lapangan eks Bandara Polonia Medan, kemarin, warga tak henti-henti datang memadati acara itu hingga siang hari. Bahkan, hujan yang mengguyur Kota Medan pun bukan halangan. Mereka langsung membuka payung agar bisa terus menyaksikan pertunjukan langka ini.
Pengunjung MAS Tewas
Seorang pengunjung MAS 2005, Ali Amran, 53, warga Jalan Puri Gang Sawo Medan, tewas karena tertimpa penerjun paramotor yang jatuh tepat di kerumunan penonton di lokasi MAS di Lapangan eks Bandara Polonia. Adapun penerjun bernama Bayu itu pun tak sadarkan diri.
Kecelakaan saat atraksi ini langsung membuat heboh suasana MAS 2015. Pengunjung langsung berteriak histeris dan berlari mendekat ke korban. Dua unit mobil ambulans milik TNI AU membawa kedua korban ke Rumah Sakit TNI AU dr Abdul Malik Medan.
Seorang saksi mata, Siti Khalijah, 35, menuturkan, sejak dari kejauhan sudah menduga ada yang tak beres dari paramotor itu. Karena tali parasutnya tampak kusut dan terbangnya semakin rendah. Tetapi, dia mengira hal itu biasa terjadi sehingga tidak takut. “Kami masih sempat teriakteriak karena kami kira itu atraksinya, tetapi tiba-tiba dia jatuh dan menimpa korban. Keduanya langsung tak sadarkan diri, saya lihat dua-duanya mengalami luka-luka,” katanya.
Kepala Penerangan dan Perpustakaan (Kapentak) Lanud Soewondo, Mayor Jhoni Tarigan mengatakan, pemain paramotor bernama Bayu tersebut terbang dengan ketinggian 15 meter. Namun, tiba-tiba angin berembus tidak stabil sehingga paramotor yang dibawanya tidak mampu melawan angin itu.
“Tiba-tiba cross wind , angin sesaat yang tidak stabil. Si Bayu ini pun tidak bisa mengendalikan paramotornya dan terbawa angin ke arah penonton. Padahal biasanya, dia bermain di atas rumput jauh dari penonton. Nah, setelah semakin dekat dengan penonton, dia mematikan mesin dan berusaha agar jatuh ke tenda, tetapi mengenai penonton,” ujarnya.
Menurut dia, pemain paramotor tersebut bukan TNI, melainkan warga sipil. Meski begitu, prosedural pengamanan sudah dilakukan dengan baik. Hanya cuaca yang tak bisa diprediksi tiba-tiba mengembus paramotor itu hingga menimpa penonton. Akibat kejadian itu, Bayu mengalami luka di bagian kepala dan sobek di bagian bibir, sedangkan korban meninggal.
Danlaud Soewondo Kolonel Pnb Chandra Siahaan yang mendatangi rumah duka sekitar pukul 19.00 WIB, kemarin, mengatakan, telah mengucapkan dukacita mendalam kepada istri, anak, dan keluarga korban. Pihaknya pun berjanji akan menyantuni korban dan bersedia menyekolahkan anakanaknya.
“Kami (Lanud Soewondo) punya sekolah SMP hingga SMA. Semua anak-anak korban ini nanti kalau berkenan akan kami sekolahkan di sekolah tersebut. Setelah tamat SMA, kami akan mencarikan beasiswa untuk ke perguruan tinggi. Jika memungkinkan atau anaknya berminat, kami akan coba masukkan jadi TNI,” katanya.
Menurut dia, insiden tersebut benar-benar di luar dugaan. Sebab saat terbang pertama, atlet paramotor bernama Bayu itu bisa melaju baik. Saat itu kecepatan angin pun hanya 5 knot dan sangat layak terbang menggunakan paramotor tersebut. “Namun tiba-tiba, setelah di ketinggian sekitar 15 meter, angin tiba-tiba kencang dengan kecepatan 12 knot.
Atlet yang bernama Bayu tadi seharusnya terbang di atas rumput, langsung terbawa angin ke lokasi pengunjung. Atlet ini pun langsung mencoba untuk jatuh ke tenda, namun dari tenda itu jatuh dan mengenai korban,” katanya.
Bayu merupakan atlet Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) Sumut dan Kolonel Chandra sebagai Ketua FASI Sumut. Bayu pun saat ini masih dirawat intensif di Rumah Sakit TNI AU dr Abdul Malik. Atlet dari Deliserdang itu mengalami luka di bagian kepala, wajah, bibir, dan lutut.
Kecelakaan tersebut terjadi setelah acara Medan Air Show ditutup. Namun, karena animo masyarakat tinggi, acara pun berlangsung hingga malam. “Acaranya sudah saya tutup sekitar pukul 12.00 WIB, kejadiannya ini sekitar pukul 14.00 WIB. Tapi, masyarakat masih antusias menyaksikan,” kata Chandra.
Juwita, istri korban, belum bisa dikonfirmasi terkait kecelakaan yang menimpa suaminya. Istri korban yang berprofesi sebagai guru ini terus menangis di samping jenazah suaminya. Ketiga anaknya pun duduk sambil menangis di samping almarhum.
Ali Rahmat, adik kandung korban, mengapresiasi sikap empati Danlanud Soewondo yang langsung datang ke rumah duka. Dia berharap pihak penyelenggara benar-benar mau menyantuni anak-anak abangnya tersebut.
Panggabean hasibuan
(ftr)