Sehat dengan Fisioterapi

Minggu, 10 Mei 2015 - 10:47 WIB
Sehat dengan Fisioterapi
Sehat dengan Fisioterapi
A A A
Penyembuhan penyakit melalui fisioterapi sudah lazim dikenal masyarakat luas. Dengan fisioterapi, masyarakat mendapatkan alternatif pengobatan tanpa mengonsumsi obat.

Di Sumatera Utara, pengobatan fisioterapi hadir pertama kali pada 1974 dan sampai sekarang menjadi gaya hidup sehat masyarakat. Fisioterapi merupakan penyembuhan yang menitikberatkan untuk menstabilkan atau memperbaiki gangguan fungsi alat gerak atau fungsi tubuh yang diikuti dengan proses atau metode terapi gerak.

Ahli Fisioterapis Senior Kota Medan Timbul Siahaan mengungkapkan, kehadiran fisioterapi memberikan alternatif penyembuhantanpaharusmenggunakanobat- obatan. “Fisioterapi hadir untuk memberikan pilihan penyembuhan bagi masyarakat, khususnya gangguan gerak sendi pascaoperasi, gangguan tumbuh kembang anak, stroke, dan lainnya,” papar dosen Fisioterapi di STIkes Medistra, Lubukpakam, Deliserdang itu.

Timbul Siahaan menerangkan, gangguan gerak sendi pascaoperasi seperti patah tulang dan lainnya umumnya disebabkan oleh kecelakaan. Bukan hanya itu, Timbul Siahaan menjelaskan, gaya hidup mengonsumsi makanan cepat saji juga memicu gangguan tumbuh kembang dan stroke.

“Kebutuhan masyarakat terhadap fisioterapi semakin berkembang karena tingkat kecelakaan semakin tinggi, orang stroke semakin banyak, dan gangguan pertumbuhan kembang anak juga semakin meningkat. Semuanya itu bisa ditangani lewat fisioterapi,” kata Timbul Siahaan. Pasien yang memiliki gangguan gerak sendi juga bisa disembuhkan lewat fisioterapi yang diterapkan sebelum operasi dan pasca operasi.

Hal itu dilakukan untuk menguatkan tulang yang mengalami gangguan sendi. “Sebelum dioperasi, tulangnya diluruskan dulu sehingga memenuhi syarat untuk dioperasi. Setelah dioperasi, harus difisioterapi lagi hingga tulangnya lurus sempurna. Itu biasanya terjadi pada pasien yang mengalami patah tulang,” paparnya. Terkait waktu yang diperlukan untuk penyembuhan melalui fisioterapi, Timbul Siahaan mengaskan tidak bisa disamaratakan.

Semua bergantung penyakit yang diderita si pasien dan kondisi fisik pasien. “Tergantung kasusnya apa. Seperti stroke, ada yang disebabkan oleh penyumbatan buluh darah atau karena pecahnya buluh darah di otak. Jadi, setiap kasus membutuhkan waktu penanganan yang berbeda.

Intinya, fisioterapi itu berfungsi untuk mempercepat proses penyembuhan dan meminimalisasi terjadi cacat total,” kata dia. Untuk mendapatkan pengobatan fisioterapi, masyarakat bisa mendapatkannya dengan menggunakan BPJS di berbagai rumah sakit, bahkan di puskesmas.

Sayangnya, di Sumut baru ada dua puskesmas yang memiliki layanan fisioterapi, yakni di Puskemas Teladan, Medan dan Puskesmas di Padang Bulan. “Padahal puskesmas itu kan gerbangnya masyarakat bila ingin berobat,” ujar Timbul Siahaan. Tingginya animo mendapatkan fisioterapi, tidak sedikit masyarakat yang terkecoh.

Ada beberapa balai pengobatan yang mengatasnamakan fisioterapi, padahal bukan pengobatan fisioterapi. Bahkan ada yang menawarkan peralatan khusus sehingga masyarakat dianggap bisa melakukan fisioterapi dan mengobati orang lain. “Orang yang bisa menjadi fisioterapis adalah orang yang telah memiliki ijazah fisioterapi minimal DIII.

Bukan orang yang hanya sekadar memiliki alat fisioterapi, langsung bisa mengobati orang lain. Itu salah besar,” ungkapnya. Ketua Ikatan Fisioterapi Indonesia( Ikafi) MedanTrisnoSusilo mengungkapkan, kurangnya sosialisasi kepada masyarakat menyebabkan kurang memahami fungsi fisioterapi secara benar.

Fisioterapi yang benar menggunakan dua sistem pengobatan, yakni menggunakan alat khusus seperti penyinaran dengan gelombang elektromagnetik. Selain itu, metode penyembuhan fisioterapi bisa dilakukan lewat exercise . “Ada teknik latihan khusus yang kita berikan kepada pasien. Misalnya teknik Bobath Exercise .

Teknik ini merupakan terapi khusus untuk perkembangan sistem saraf yang berfungsi untuk penyembuhan stroke dan juga gangguan tumbuh kembang anak,” kata Kepala Prodi Sarjana Fisioterapi di STIkes Siti Hajar, Medan. Trisno Susilo menambahkan, penanganan pasien fisioterapi umumnya membutuhkan multidisiplin ilmu dan harus bergandengan dengan medis.

“Jadi, fisiotrapis itu bukan single fighter, harus berdampingan juga dengan dokter untuk menangani pasien dengan kasus penyakit tertentu,” ungkapnya. Seorang pasien stroke, M Ridwan, 67, mengaku pengobatan fisioterapi secara perlahan mampu menghilangkan penyakitnya.

Pengobatannya lewat latihan khusus dan alat khusus fisioterapi. “Awalnya saya sudah tidak mampu lagi berjalan, namun sekarang, sedikit demi sedikit sudah jalan walau masih menggunakan tongkat. Pengobatan fisioterapi sudah saya lakukan selama setahun terakhir ini. Mudah-mudahan saja saya bisa kembali berjalan dengan normal,” ucapnya.

Dicky irawan
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 4.1773 seconds (0.1#10.140)