Merawat Bahasa Sunda lewat Aksi Rap
A
A
A
BANDUNG - Ada yang menarik pada kemeriahan acara Youth Asian African Student & Nationyang digelar di Gedung Merdeka, Kota Bandung, belum lama ini.
Di tengah riuhnya pengunjung yang hadir pada momen tersebut, hadir duo raper asal Bandung timur. Adalah Foudy Sunda Hip Hop, yang kala itu mampu menghibur pengunjung dengan suguhan musik hip hop namun nyunda. Terlebih lagu yang dibawakan cukup familiar di telinga pendengarnya, seperti Asal Oyag (AO)dan Kurung Batok.
Tapi siapa kira, untuk bisa eksis di musik hip hop, mereka menjalaninya dengan proses panjang. Sejak 2005, Foudy sudah mulai melakukan aksi rap dalam album kompilasi pop Sunda bersama Lima Warna, dan Kunkun Hayang Kawin. Untuk memperkuat etinik kesundaan, nama Sunda pun diletakan dalam tag line‘Sunda Hip Hop’.
Soal inspirasi, dalam lagu kedua yang dibawakan Foudy, Kurung Batokrupanya dibuat oleh ibunda sang raper. “Yang bikin lagu Kurung Batok adalah orang tua saya (ibu). Terinpirasi dari pengalaman sendiri, yang tidak terlalu hafal permainan anak muda. Ya, dari pada berbuat tindakan negatif, lebih baik disebut kuulenatau kurang gaul,” ungkap Foudy, usai pementasannya.
Untuk menyapa lebih banyak penggemar di kemudian hari, Foudy juga mengaku sedang memersiapkan album barunya. Genre Hip Hop sengaja dipilihnya agar generasi muda lebih tertarik dan mengenal budaya tatar sunda. “Foudy Sunda hip hop dikonsep dengan tampilan yang lebih gaul. Sehingga pendengar bisa mengenal bahasa-bahasa Sunda dengan cara yang lebih menarik,” ungkapnya.
Soal respons masyarakat terhadap Sunda hip hop, menurut dia cukup besar. Bahkan dalam pementasan saat itu, penikmat dari kalangan usia lanjut juga turut mengapresiasi lagu-lagunya. “Fans kami banyak juga yang berasal dari usia dewasa dan lanjut. Dukungannya cukup besar, terutama ibu-ibu. Tapi anak muda juga semakin melirik, mereka semakin melirik. Karena dengan musik seperti ini bisa belajar lebih jauh soal bahasanya,” ujar Foudy.
Raper bernama Asep Foudy Septiawan ini menuturkan, untuk memelihara warisan budaya, berbagai kreasi inovatif tentu juga diperlukan. Pasalnya berbagai perubahan pun harus diikuti untuk melestarikan seni tradisi yang ada. “Dari bahasa kami juga menggunakan beberapa bahasa buhun, tapi dengan kemasan yang lebih menarik agar pendengar bisa lebih merespons,” ungkapnya.
Pendapat senada juga disampaikan raper lainnya, Donto. Menurutnya sudah seharusnya anak muda saat ini kembali menggali nilai-nilai warisan budaya leluhur. Pasalnya banyak manfaat yang bisa ditemukan dengan mencintai dan menghargai warisan tersebut. “Banyak nilai tuntunan yang didapatkan dalam budaya sunda. Dan yang terpenting hal itu merupakan bagian identitas masyarakat kita,” tandasnya.
Heru Muthahari
Di tengah riuhnya pengunjung yang hadir pada momen tersebut, hadir duo raper asal Bandung timur. Adalah Foudy Sunda Hip Hop, yang kala itu mampu menghibur pengunjung dengan suguhan musik hip hop namun nyunda. Terlebih lagu yang dibawakan cukup familiar di telinga pendengarnya, seperti Asal Oyag (AO)dan Kurung Batok.
Tapi siapa kira, untuk bisa eksis di musik hip hop, mereka menjalaninya dengan proses panjang. Sejak 2005, Foudy sudah mulai melakukan aksi rap dalam album kompilasi pop Sunda bersama Lima Warna, dan Kunkun Hayang Kawin. Untuk memperkuat etinik kesundaan, nama Sunda pun diletakan dalam tag line‘Sunda Hip Hop’.
Soal inspirasi, dalam lagu kedua yang dibawakan Foudy, Kurung Batokrupanya dibuat oleh ibunda sang raper. “Yang bikin lagu Kurung Batok adalah orang tua saya (ibu). Terinpirasi dari pengalaman sendiri, yang tidak terlalu hafal permainan anak muda. Ya, dari pada berbuat tindakan negatif, lebih baik disebut kuulenatau kurang gaul,” ungkap Foudy, usai pementasannya.
Untuk menyapa lebih banyak penggemar di kemudian hari, Foudy juga mengaku sedang memersiapkan album barunya. Genre Hip Hop sengaja dipilihnya agar generasi muda lebih tertarik dan mengenal budaya tatar sunda. “Foudy Sunda hip hop dikonsep dengan tampilan yang lebih gaul. Sehingga pendengar bisa mengenal bahasa-bahasa Sunda dengan cara yang lebih menarik,” ungkapnya.
Soal respons masyarakat terhadap Sunda hip hop, menurut dia cukup besar. Bahkan dalam pementasan saat itu, penikmat dari kalangan usia lanjut juga turut mengapresiasi lagu-lagunya. “Fans kami banyak juga yang berasal dari usia dewasa dan lanjut. Dukungannya cukup besar, terutama ibu-ibu. Tapi anak muda juga semakin melirik, mereka semakin melirik. Karena dengan musik seperti ini bisa belajar lebih jauh soal bahasanya,” ujar Foudy.
Raper bernama Asep Foudy Septiawan ini menuturkan, untuk memelihara warisan budaya, berbagai kreasi inovatif tentu juga diperlukan. Pasalnya berbagai perubahan pun harus diikuti untuk melestarikan seni tradisi yang ada. “Dari bahasa kami juga menggunakan beberapa bahasa buhun, tapi dengan kemasan yang lebih menarik agar pendengar bisa lebih merespons,” ungkapnya.
Pendapat senada juga disampaikan raper lainnya, Donto. Menurutnya sudah seharusnya anak muda saat ini kembali menggali nilai-nilai warisan budaya leluhur. Pasalnya banyak manfaat yang bisa ditemukan dengan mencintai dan menghargai warisan tersebut. “Banyak nilai tuntunan yang didapatkan dalam budaya sunda. Dan yang terpenting hal itu merupakan bagian identitas masyarakat kita,” tandasnya.
Heru Muthahari
(ftr)