Jalan Mirip Kubangan Kerbau

Kamis, 07 Mei 2015 - 09:21 WIB
Jalan Mirip Kubangan Kerbau
Jalan Mirip Kubangan Kerbau
A A A
MEDAN - Tinggal di kota metropolitan seperti Kota Medan ternyata belum menjamin warganya merasakan jalan yang mulus. Itu yang dialami warga Jalan Kapten Muchtar Basri, Kecamatan Medan Timur.

Sudah hampir setahun ini mereka dipaksa menikmati kondisi jalan yang kupak-kapik, mirip kubangan kerbau. Bagi pengendara, kendaraannya mulai terguncang tidak tentu arah saat memasuki persimpangan Jalan Gaharu-Bambu II hingga Jalan Kapten Muchtar Basri dekat Kampus Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU).

Padahal, jalan tersebut sangat ramai dilintasi pengendara, khususnya mahasiswa yang hilir mudik ke kampus. Kerusakan jalan disebabkan aktivitas pipanisasi yang tidak kunjung selesai sejak tahun lalu. Bahkan, hingga saat ini pipanisasi terus berjalan, sehingga sebagian ruas jalan ditutup. Jika hujan turun, badan jalan berubah menjadi kubangan kerbau. Sementara saat panas terik, debu-debu beterbangan. Kondisi seperti ini dikeluhkan warga, dan meminta Pemerintah Kota (Pemko) Medan bersikap tegas kepada pemilik proyek pipanisasi agar jalan tidak dirusakbegitusaja, sertatidakmenutup jalan.

“Benar kondisi jalan Kapten Muchtar Basri sudah lama rusak akibat pipanisasi yang entah apa tujuannya. Hampir setahun jalan di sini rusak. Kalaupun diperbaiki, hanya bertahan sebentar, lalu rusak lagi,” kata Lukman Lubis, 20, warga yang kos di Jalan Kapten Muchtar Barsi kepada KORAN SINDO MEDAN , Rabu (6/5). Dengan penutupan sebagian ruas jalan dan berlubang, menyebabkan pengendara mencari jalan alternatif lain yang jaraknya lebih jauh. Bahkan, banyak pengendara yang memaksa melintas di jalan yang kupak-kapik itu nyaris jatuh dari kendaraannya.

“Kita tentu tidak nyaman jika melintas di jalan yang rusak,” kata pria asal Mandailing Natal (Madina) itu. Warga lainnya, Fitri, 21, mengatakan, Jalan Kapten Muchtar Basri mengalami kerusakan akibat pipanisasi sejak tahun lalu. Ruas jalan yang rusak selalu pindah-pindah seiring pengerjaan proyek tersebut.

Warga bingung menghadapi kondisi ini karena tidak tahu harus melapor ke mana. “Kami mengeluh, tapi mau bagaimana lagi, yang merusak pemerintah sendiri,” ujarnya.

Irwan siregar
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3770 seconds (0.1#10.140)