Ulah Dokter RSUD Bahayakan Pasien
A
A
A
PEMATANGSIANTAR - Ulah dokter dan perawat RSUD Djasamen Saragih yang menelantarkan pasien sejak Senin (4/5) hingga Selasa (5/5), dianggap bisa membahayakan jiwa pasien.
Akibat ditelantarkan, pasien pun mengamuk, kemarin. Selama dua hari ini dokter dan perawat mogok kerja dan menuntut pembayaran jasa medis mulai 2013 hingga 2015. Sikap tenaga medis itu disesali pasien dan keluarganya karena sudah mengancam nyawa pasien akibat tidak mendapatkan pelayanan medis. Pasien merasa kesal dan marah akibat perbuatan dokter dan perawat.
Mereka mengamuk dan mendatangi direktur rumah sakit tersebut. Para pasien di unit paru-paru, syaraf, dan mata, yang sudah dua hari menunggu supaya ditangani dokter, sempat memaki-maki dokter dan petugas medis yang tidak memberikan pelayanan. Padahal, mereka sejak pagi sudah datang ke rumah sakit. Seorang keluarga pasien, Samsudin Harahap, 51, warga Jalan Jawa, Pematangsiantar, sambil marah-marah mencaricari dokter dan perawat di sejumlah ruangan di rumah sakit ini.
Bahkan, dia sempat mengancam akan melaporkan sikap para dokter dan perawat ke polisi. Samsudin menganggap ulah para dokter dan perawat sudah mengancam nyawa pasien yang tidak mendapatkan pelayanan medis. “Para dokter dan petugas medis yang mogok, akan saya laporkan ke polisi. Nyawa pasien sudah terancam dan tidak dihargai. Sudah mau dua hari tidak ditangani, di mana hati nurani para dokter dan perawat rumah sakit ini (RSUD Djasamen Saragih Pematangsiantar),” ujar Samsudin.
Samsudin menambahkan, sejak pukul 07.00 WIB, sudah di rumah sakit untuk meminta resep obat adiknya yang menderita sakit di bagian saraf. Namun, hingga menjelang siang, dokter di unit bagian saraf belum juga masuk kerja. Sementara di depan ruangan terpampang tulisan dari Forum Solidaritas Pegawai RSUD Djasamen Saragih. Tulisan itu berbunyi.” Pelayanan medik untuk sementara waktu tidak dapat kami lakukan (kami tutup) ”.
Pasien lainnya, Binton Silalahi, 64, warga Tiga Ras, Kecamatan Dolok Pardamen, Kabupaten Simalungun, yang menderita penyakit mata, mengaku terpaksa menginap di rumah kerabatnya di Pematangsiantar. Dia kecewa tidak mendapat pelayanan medis akibat aksi mogok dokter dan petugas medis. “Saya terpaksa menginap di rumah saudara di Pematangsiantar hingga hari ini (Selasa, 5/5) agar bisa dilayani dokter. Namun, sampai menjelang siang dokter belum masuk juga,” kata Binton.
Akibat lama menunggu sejak pukul 07.00 WIB, pasien di bagian saraf, mata, dan paruparu emosinya memuncak. Mereka berupaya mencari Direktur RSUD Djasamen Saragih Pematangsiantar, Ria N Telambanua. Pasien meminta supaya tidak ditelantarkan dan ditangani dokter maupun perawat. Akhirnya para pasien berhasil menemui Ria N Telambanua. Setelah berdialog, diputuskan pelayanan rumah sakit untuk saraf, mata, dan paruparu dibuka menjelang siang.
Terkait aksi mogok kerja sejumlah dokter dan petugas medis, Ria mengatakan, sudah menyurati pegawai segera melaksanakan tugasnya.Selain itu dia akan memberikan teguran sesuai peraturan kepegawaian. “Saat ini sedang didata jumlah yang tidak menjalankan tugasnya untuk diberikan teguran tertulis,” ungkap Ria. Anggota DPRD Kota Pematangsiantar, Maruli Tua Hutapea, menyesalkan aksi mogok itu.
“Saya sangat cara para dokter dan perawat menuntut haknya dengan mengabaikan tanggung jawab sebagai dokter dan perawat,” ucapnya.
Ricky hutapea
Akibat ditelantarkan, pasien pun mengamuk, kemarin. Selama dua hari ini dokter dan perawat mogok kerja dan menuntut pembayaran jasa medis mulai 2013 hingga 2015. Sikap tenaga medis itu disesali pasien dan keluarganya karena sudah mengancam nyawa pasien akibat tidak mendapatkan pelayanan medis. Pasien merasa kesal dan marah akibat perbuatan dokter dan perawat.
Mereka mengamuk dan mendatangi direktur rumah sakit tersebut. Para pasien di unit paru-paru, syaraf, dan mata, yang sudah dua hari menunggu supaya ditangani dokter, sempat memaki-maki dokter dan petugas medis yang tidak memberikan pelayanan. Padahal, mereka sejak pagi sudah datang ke rumah sakit. Seorang keluarga pasien, Samsudin Harahap, 51, warga Jalan Jawa, Pematangsiantar, sambil marah-marah mencaricari dokter dan perawat di sejumlah ruangan di rumah sakit ini.
Bahkan, dia sempat mengancam akan melaporkan sikap para dokter dan perawat ke polisi. Samsudin menganggap ulah para dokter dan perawat sudah mengancam nyawa pasien yang tidak mendapatkan pelayanan medis. “Para dokter dan petugas medis yang mogok, akan saya laporkan ke polisi. Nyawa pasien sudah terancam dan tidak dihargai. Sudah mau dua hari tidak ditangani, di mana hati nurani para dokter dan perawat rumah sakit ini (RSUD Djasamen Saragih Pematangsiantar),” ujar Samsudin.
Samsudin menambahkan, sejak pukul 07.00 WIB, sudah di rumah sakit untuk meminta resep obat adiknya yang menderita sakit di bagian saraf. Namun, hingga menjelang siang, dokter di unit bagian saraf belum juga masuk kerja. Sementara di depan ruangan terpampang tulisan dari Forum Solidaritas Pegawai RSUD Djasamen Saragih. Tulisan itu berbunyi.” Pelayanan medik untuk sementara waktu tidak dapat kami lakukan (kami tutup) ”.
Pasien lainnya, Binton Silalahi, 64, warga Tiga Ras, Kecamatan Dolok Pardamen, Kabupaten Simalungun, yang menderita penyakit mata, mengaku terpaksa menginap di rumah kerabatnya di Pematangsiantar. Dia kecewa tidak mendapat pelayanan medis akibat aksi mogok dokter dan petugas medis. “Saya terpaksa menginap di rumah saudara di Pematangsiantar hingga hari ini (Selasa, 5/5) agar bisa dilayani dokter. Namun, sampai menjelang siang dokter belum masuk juga,” kata Binton.
Akibat lama menunggu sejak pukul 07.00 WIB, pasien di bagian saraf, mata, dan paruparu emosinya memuncak. Mereka berupaya mencari Direktur RSUD Djasamen Saragih Pematangsiantar, Ria N Telambanua. Pasien meminta supaya tidak ditelantarkan dan ditangani dokter maupun perawat. Akhirnya para pasien berhasil menemui Ria N Telambanua. Setelah berdialog, diputuskan pelayanan rumah sakit untuk saraf, mata, dan paruparu dibuka menjelang siang.
Terkait aksi mogok kerja sejumlah dokter dan petugas medis, Ria mengatakan, sudah menyurati pegawai segera melaksanakan tugasnya.Selain itu dia akan memberikan teguran sesuai peraturan kepegawaian. “Saat ini sedang didata jumlah yang tidak menjalankan tugasnya untuk diberikan teguran tertulis,” ungkap Ria. Anggota DPRD Kota Pematangsiantar, Maruli Tua Hutapea, menyesalkan aksi mogok itu.
“Saya sangat cara para dokter dan perawat menuntut haknya dengan mengabaikan tanggung jawab sebagai dokter dan perawat,” ucapnya.
Ricky hutapea
(ars)