Siswa Numpang UN di SMP Islam
A
A
A
KAJEN - Para siswa kelas IX MTs At Thohiriyah yang menjadi korban kisruh yayasan, akhirnya bisa mengikuti ujian nasional (UN) meski harus menumpang di SMP Islam Simbang Wetan yang jaraknya sekitar tiga kilometer dari gedung sekolah.
“Alhamdulillah hari pertama ujian MTs At Thohiriyah ini, kondisi anak-anak senang, meskipun kami tempatkan di SMP Islam Simbang Wetan. Kami menumpang di sini (SMP Islam),” kata Kepala Kemenag Kabupaten Pekalongan, Ahmad Umar, kemarin. Sebelumnya, UN MTs At Thohiriyah akan digelar di Balai Desa Simbang Wetan, seperti saat ujian madrasah sebelumnya. Namun, karena lokasi dinilai tidak layak nyaman, Kemenag memindahkannya ke gedung pertemuan SMP Islam Simbang Wetan.
Kemenag masih mewaspadai pihak-pihak yang dinilai bisa mengganggu jalannya UN. Pihaknya mengaku melakukan sejumlah langkah antisipasi agar kisruh internal yayasan MTs At Thohiriyah tidak mengganggu para peserta UN. Jadi, UN yang digelar MTs bisa berjalan lancar. “Kami melakukan pendekatan kedua belah pihak yang bersengketa, kami beri pemahaman agar UN tetap berjalan lancar. Sebab, para siswa ini diperebutkan kedua belah pihak,” ujarnya.
Sementara salah seorang siswa bernama Mila mengaku senang akhirnya tetap bisa mengikuti UN. Selain itu, dia juga mengaku bisa mengerjakan seluruh soal UN dengan lancar. “Tapi ya sedih. Inginnya kami bisa mengikuti UN di gedung kami sendiri, tidak menumpang seperti ini,” ucapnya. Kisruh internal yayasan itu akibat rebutan pengelolaan MTs At Thohiriyah.
Perwakilan pengurus yayasan bernama M Ilyas Yusuf menilai, kakaknya, Tohir, memutus kontrak sewa gedung secara sepihak. Padahal, kontrak yang dimulai pada 2011 tersebut seharusnya masih tersisa enam tahun lagi. Sementara Tohir membantah telah memutus sepihak kontrak tersebut. Menurutnya, bangunan maupun sekolah itu dirintisnya menggunakan uang pribadinya bersama sang istri.
Di Kudus pelajar dengan keterbatasan fisik seperti lima siswa SMP Luar Biasa (LB) Sunan Muria, Kudus tetap semangat mengerjakan soal demi soal yang diujikan dalam UN tersebut. “Tetap semagat. Yang penting belajar,” kata salah seorang siswa SMP LB Sunan Muria, Kudus, Fakhri, kemarin.
Prahayuda febrianto/ Muhammad oliez
“Alhamdulillah hari pertama ujian MTs At Thohiriyah ini, kondisi anak-anak senang, meskipun kami tempatkan di SMP Islam Simbang Wetan. Kami menumpang di sini (SMP Islam),” kata Kepala Kemenag Kabupaten Pekalongan, Ahmad Umar, kemarin. Sebelumnya, UN MTs At Thohiriyah akan digelar di Balai Desa Simbang Wetan, seperti saat ujian madrasah sebelumnya. Namun, karena lokasi dinilai tidak layak nyaman, Kemenag memindahkannya ke gedung pertemuan SMP Islam Simbang Wetan.
Kemenag masih mewaspadai pihak-pihak yang dinilai bisa mengganggu jalannya UN. Pihaknya mengaku melakukan sejumlah langkah antisipasi agar kisruh internal yayasan MTs At Thohiriyah tidak mengganggu para peserta UN. Jadi, UN yang digelar MTs bisa berjalan lancar. “Kami melakukan pendekatan kedua belah pihak yang bersengketa, kami beri pemahaman agar UN tetap berjalan lancar. Sebab, para siswa ini diperebutkan kedua belah pihak,” ujarnya.
Sementara salah seorang siswa bernama Mila mengaku senang akhirnya tetap bisa mengikuti UN. Selain itu, dia juga mengaku bisa mengerjakan seluruh soal UN dengan lancar. “Tapi ya sedih. Inginnya kami bisa mengikuti UN di gedung kami sendiri, tidak menumpang seperti ini,” ucapnya. Kisruh internal yayasan itu akibat rebutan pengelolaan MTs At Thohiriyah.
Perwakilan pengurus yayasan bernama M Ilyas Yusuf menilai, kakaknya, Tohir, memutus kontrak sewa gedung secara sepihak. Padahal, kontrak yang dimulai pada 2011 tersebut seharusnya masih tersisa enam tahun lagi. Sementara Tohir membantah telah memutus sepihak kontrak tersebut. Menurutnya, bangunan maupun sekolah itu dirintisnya menggunakan uang pribadinya bersama sang istri.
Di Kudus pelajar dengan keterbatasan fisik seperti lima siswa SMP Luar Biasa (LB) Sunan Muria, Kudus tetap semangat mengerjakan soal demi soal yang diujikan dalam UN tersebut. “Tetap semagat. Yang penting belajar,” kata salah seorang siswa SMP LB Sunan Muria, Kudus, Fakhri, kemarin.
Prahayuda febrianto/ Muhammad oliez
(ftr)