Mengabadikan Sejarah Cagar Budaya lewat Sketsa, Foto, dan Film
A
A
A
Puluhan anggota berbagai komunitas seni rupa dan fotografi Kota Semarang berbondong-bondong mendatangai Pasar Peterongan di Jalan MT Haryono Semarang, kemarin.
Kedatangan mereka untuk melakukan dokumentasi salah satu bangunan yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya itu sebelum Pasar Peterongan dibongkar dan direvitalisasi. Di lokasi itu, para anggota komunitas dari Komunitas Orat-Oret Semarang, Komunitas Fotografi Semarang, Komuntias Pegiat Sejarah Semarang dan komunitas lain saling berlomba mengabadikan pasar yang telah dibangun sejak zaman penjajahan Belanda itu.
Beberapa objek yang ada di pasar tersebut menjadi bidikan para anggota komunitas sesuai keahliannya. Komunitas Orat- Oret menggambar sketsa, komunitas foto mengabadikan melalui jepretan kamera serta komunitas film mengabadikan aktivitas pedagang melalui gambar bergeraknya. “Kegiatan ini adalah untuk mengabadikan Pasar Peterongan yang akan dibongkar dan direvitalisasi dalam waktu dekat.
Dengan kegiatan ini, bangunan yang telah berusia hampir 100 tahun ini akan terdokumentasi sebagai salah satu bahan sejarah di Kota Semarang,” kata Ketua Komunitas Pegiat Sejarah Semarang, Rukardi. Sebenarnya Rukadi sangat menyayangkan revitalisasi bangunan Pasar Peterongan.
Sebab, Pasar Peterongan memiliki nilai historis yang sangat tinggi dan menjadi saksi perkembangan Kota Semarang. “Dari penelusuran kami, usia bangunan ini lebih tua dari Pasar Johar dan Pasar Randusari. Sehingga menurut kami harusnya bangunan pasar dipertahankan dan tidak dibongkar,” ujarnya.
Jika Pasar Peterongan akan dirobohkan total, maka akan mengulang sejarah kelam Pasar Bulu. Akibat direvitalisasi, bangunan Pasar Bulu yang juga masuk dalam salah satu bangunan cagar budaya lenyap dan berganti bangunan megah. “Sebetulnya kami tidak menolak revitalisasi, namun bagaimana revitalisasi itu tidak merusak cagar budaya yang ada.
Dengan kegiatan ini, kami harap walaupun nantinya pasar Peterongan dibongkar total, akan ada kenangan dalam bentuk dokumentasi,” ucapnya. Sementara itu, Ketua Komunitas Orat-Oret Semarang Dadang Pribadi mengatakan, dengan diabadikannya bangunan Pasar Peterongan sebelum dibongkar, maka cerita akan sejarah bangunan itu tidak akan hilang, meskipun nantinya pasar tersebut dibongkar dan diganti dengan bangunan baru.
“Ini hal kecil yang dapat kami lakukan sebagai langkah ikut serta mengabadikan sejarah di Kota Semarang. Semoga dengan gambargambar pasar Peterongan yang kami buat dari berbagai sudut ini, dapat menjadikan memori masyarakat di kemudian hari,” ujarnya.
Andika Prabowo
Kota Semarang
Kedatangan mereka untuk melakukan dokumentasi salah satu bangunan yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya itu sebelum Pasar Peterongan dibongkar dan direvitalisasi. Di lokasi itu, para anggota komunitas dari Komunitas Orat-Oret Semarang, Komunitas Fotografi Semarang, Komuntias Pegiat Sejarah Semarang dan komunitas lain saling berlomba mengabadikan pasar yang telah dibangun sejak zaman penjajahan Belanda itu.
Beberapa objek yang ada di pasar tersebut menjadi bidikan para anggota komunitas sesuai keahliannya. Komunitas Orat- Oret menggambar sketsa, komunitas foto mengabadikan melalui jepretan kamera serta komunitas film mengabadikan aktivitas pedagang melalui gambar bergeraknya. “Kegiatan ini adalah untuk mengabadikan Pasar Peterongan yang akan dibongkar dan direvitalisasi dalam waktu dekat.
Dengan kegiatan ini, bangunan yang telah berusia hampir 100 tahun ini akan terdokumentasi sebagai salah satu bahan sejarah di Kota Semarang,” kata Ketua Komunitas Pegiat Sejarah Semarang, Rukardi. Sebenarnya Rukadi sangat menyayangkan revitalisasi bangunan Pasar Peterongan.
Sebab, Pasar Peterongan memiliki nilai historis yang sangat tinggi dan menjadi saksi perkembangan Kota Semarang. “Dari penelusuran kami, usia bangunan ini lebih tua dari Pasar Johar dan Pasar Randusari. Sehingga menurut kami harusnya bangunan pasar dipertahankan dan tidak dibongkar,” ujarnya.
Jika Pasar Peterongan akan dirobohkan total, maka akan mengulang sejarah kelam Pasar Bulu. Akibat direvitalisasi, bangunan Pasar Bulu yang juga masuk dalam salah satu bangunan cagar budaya lenyap dan berganti bangunan megah. “Sebetulnya kami tidak menolak revitalisasi, namun bagaimana revitalisasi itu tidak merusak cagar budaya yang ada.
Dengan kegiatan ini, kami harap walaupun nantinya pasar Peterongan dibongkar total, akan ada kenangan dalam bentuk dokumentasi,” ucapnya. Sementara itu, Ketua Komunitas Orat-Oret Semarang Dadang Pribadi mengatakan, dengan diabadikannya bangunan Pasar Peterongan sebelum dibongkar, maka cerita akan sejarah bangunan itu tidak akan hilang, meskipun nantinya pasar tersebut dibongkar dan diganti dengan bangunan baru.
“Ini hal kecil yang dapat kami lakukan sebagai langkah ikut serta mengabadikan sejarah di Kota Semarang. Semoga dengan gambargambar pasar Peterongan yang kami buat dari berbagai sudut ini, dapat menjadikan memori masyarakat di kemudian hari,” ujarnya.
Andika Prabowo
Kota Semarang
(bbg)