Jenderal Bintang Dua yang Hobi Menulis
A
A
A
Di balik kesibukannya sebagai Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol Anton Charliyan selalu meluangkan waktunya untuk menulis. Jenderal polisi bintang dua ini ternyata sudah lama menekuni hobinya itu, khususnya menulis sebuah buku.
Berkat keuletannya, pria kelahiran Tasikmalaya ini telah berhasil membuat lima buku, bahkan satu di antaranya baru saja diluncurkan, yakni sebuah buku berjudul Master Leadershipyang diterbitkan oleh Solusi Publishing. Buku terbaru yang dibuat Anton ini mengungkap kearifan lokal soal leadership. Seperti diketahui, negeri ini memiliki banyak sekali tokoh legendaris yang berhasil menjalankan kepemimpinan. Para tokoh ini telah melegenda karena menerapkan prinsip-prinsip leadershipyang benar.
Terbukti, mereka pun mampu menyejahterakan rakyat di masanya. Berangkat dari tokoh legendaris nusantara tersebut, Anton mencoba untuk menebarkan nilai-nilai lokal kepemimpinan masa lalu yang ternyata hingga kini tak luntur oleh zaman. “Ini adalah refleksi kepemimpinan yang dilakukan orang tua kita beribu tahun yang lalu.
Kenapa tak kita angkat saja, saya yakin di tiap-tiap daerah juga ada benih mutiara kearifan lokal yang mesti diangkat,” tuturnya usai launchingbuku Master Leadershipdi Balai Kota Bandung, Jalan Merdeka, kemarin. Pria yang juga seorang kolektor batu akik ini pun bercita-cita untuk terus menulis soal kepemimpinan, tak hanya tokoh pemimpin di Jawa Barat, namun juga di daerah nusantara lainnya.
“Saya punya cita-cita mengangkat kepemimpinan daerah lokal nusantara, sehingga nanti punya konsep kepemimpinan utuh dari nusantara yang mungkin menjadi kiblat pemimpin dunia, bukan sebaliknya kita berkiblat pada dunia lainnya yang akhirnya hanya membuat kepemimpinan kita tak maksimal,” tuturnya.
Anton mengatakan, kepemimpinn yang berdasarkan nilai lokal akan lebih membumi karena berdasarkan daerah dan lingkungannya sendiri. “Tapi sekarang itu sudah dilupakan. Nahsaya ingin menggugah kembali generasi muda, makanya saya ingin membuka ini, karena sebuah pesan itu tergantung dari media yang disampaikannya,” tutur Anton.
Kegemarannya menulis sejak SMA dan pengalamannya saat mengelola sebuah majalah membuat Anton terus berkarya hingga kini. “Saya pernah jadi Pimred (Pemimpin Redaksi). Saat SMA, saya punya majalah seperti Metropolitan, itu kan punya saya,” ungkapnya. Menurutnya, kepuasan menulis tak bisa dibayar dengan uang. Kepuasan yang dia dapat dari menulis adalah mampu menyiarkan ide-ide dan kebaikan yang tak bisa diungkap kan lewat kata-kata.
“Yang penting pesan itu sampai kepada pembaca, audience,” ucapnya. Sebenarnya, Anton pun berharap rekan-rekannya di kepolisian bisa meluangkan waktu untuk menulis. Namun, dia pun sadar rekan-rekannya dikepolisian memiliki waktu yang terbatas. Kesibukan dalam melayani masyarakat dan penugasan menjadi kendala bagi jajaran kepolisian untuk mendalami hobi ini.
Sebagai Kadiv Humas Mabes Polri, Anton pun memiliki program khusus menulis jurnalistik bagi anggota kepolisian. Dia berharap, anggota polri dapat menulis sederhana yang bersifat pelaporan. “Kami punya program jurnalistik, dimana setiap tahun seratus anggota polisi dilatih untuk menulis sederhana, pelaporan tapi sifatanya pop. Program itu bekerja sama instansi baik dalam negeri maupun luar negeri,” pungkasnya.
Agie permadi
Berkat keuletannya, pria kelahiran Tasikmalaya ini telah berhasil membuat lima buku, bahkan satu di antaranya baru saja diluncurkan, yakni sebuah buku berjudul Master Leadershipyang diterbitkan oleh Solusi Publishing. Buku terbaru yang dibuat Anton ini mengungkap kearifan lokal soal leadership. Seperti diketahui, negeri ini memiliki banyak sekali tokoh legendaris yang berhasil menjalankan kepemimpinan. Para tokoh ini telah melegenda karena menerapkan prinsip-prinsip leadershipyang benar.
Terbukti, mereka pun mampu menyejahterakan rakyat di masanya. Berangkat dari tokoh legendaris nusantara tersebut, Anton mencoba untuk menebarkan nilai-nilai lokal kepemimpinan masa lalu yang ternyata hingga kini tak luntur oleh zaman. “Ini adalah refleksi kepemimpinan yang dilakukan orang tua kita beribu tahun yang lalu.
Kenapa tak kita angkat saja, saya yakin di tiap-tiap daerah juga ada benih mutiara kearifan lokal yang mesti diangkat,” tuturnya usai launchingbuku Master Leadershipdi Balai Kota Bandung, Jalan Merdeka, kemarin. Pria yang juga seorang kolektor batu akik ini pun bercita-cita untuk terus menulis soal kepemimpinan, tak hanya tokoh pemimpin di Jawa Barat, namun juga di daerah nusantara lainnya.
“Saya punya cita-cita mengangkat kepemimpinan daerah lokal nusantara, sehingga nanti punya konsep kepemimpinan utuh dari nusantara yang mungkin menjadi kiblat pemimpin dunia, bukan sebaliknya kita berkiblat pada dunia lainnya yang akhirnya hanya membuat kepemimpinan kita tak maksimal,” tuturnya.
Anton mengatakan, kepemimpinn yang berdasarkan nilai lokal akan lebih membumi karena berdasarkan daerah dan lingkungannya sendiri. “Tapi sekarang itu sudah dilupakan. Nahsaya ingin menggugah kembali generasi muda, makanya saya ingin membuka ini, karena sebuah pesan itu tergantung dari media yang disampaikannya,” tutur Anton.
Kegemarannya menulis sejak SMA dan pengalamannya saat mengelola sebuah majalah membuat Anton terus berkarya hingga kini. “Saya pernah jadi Pimred (Pemimpin Redaksi). Saat SMA, saya punya majalah seperti Metropolitan, itu kan punya saya,” ungkapnya. Menurutnya, kepuasan menulis tak bisa dibayar dengan uang. Kepuasan yang dia dapat dari menulis adalah mampu menyiarkan ide-ide dan kebaikan yang tak bisa diungkap kan lewat kata-kata.
“Yang penting pesan itu sampai kepada pembaca, audience,” ucapnya. Sebenarnya, Anton pun berharap rekan-rekannya di kepolisian bisa meluangkan waktu untuk menulis. Namun, dia pun sadar rekan-rekannya dikepolisian memiliki waktu yang terbatas. Kesibukan dalam melayani masyarakat dan penugasan menjadi kendala bagi jajaran kepolisian untuk mendalami hobi ini.
Sebagai Kadiv Humas Mabes Polri, Anton pun memiliki program khusus menulis jurnalistik bagi anggota kepolisian. Dia berharap, anggota polri dapat menulis sederhana yang bersifat pelaporan. “Kami punya program jurnalistik, dimana setiap tahun seratus anggota polisi dilatih untuk menulis sederhana, pelaporan tapi sifatanya pop. Program itu bekerja sama instansi baik dalam negeri maupun luar negeri,” pungkasnya.
Agie permadi
(bbg)