Angka Kematian Bayi di Subang Tinggi
A
A
A
SUBANG - Angka kematian bayi (AKB) di Kabupaten Subang diperkirakan meningkat sepanjang tahun 2015 ini. Sebab, dalam kurun waktu empat bulan saja, mulai Januari hingga April, jumlah bayi yang meninggal mencapai 37 orang.
"Catatan kami, dari Januari sampai April, bayi yang meninggal sudah 37 orang. Ini jumlah yang cukup tinggi," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Subang, Budi Subiantoro, kepada KORAN SINDO, Minggu (3/5/2015).
Tahun 2014, jumlah bayi yang meninggal juga terhitung sangat banyak, mencapai 138 orang. Tahun ini, pihaknya berharap angka kematian bayi berkurang, meskipun dalam kurun waktu empat bulan terakhir, tingkat kematian bayi tersebut dinilai cukup tinggi.
Berbeda dengan AKB, angka kematian ibu melahirkan (AKI) hanya mencapai 10 orang selama empat bulan terakhir. Meski demikian, jumlah AKI tersebut berpotensi bertambah sepanjang tahun 2015 ini.
"Sebab, tahun lalu saja (2014, red), jumlah AKI mencapai 11 orang. Sedangkan tahun ini, sampai April saja sudah 10 orang. Jadi mungkin saja ada kenaikan dibandingkan tahun lalu," kata Budi.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Subang Ahmad Nasuhi mengatakan, tingginya jumlah kematian bayi disebabkan sejumlah faktor, di antaranya minimnya pemahaman dalam penanganan, kelahiran prematur, berat badan bayi lahir rendah, dan lainnya.
Sedangkan kematian ibu melahirkan mayoritas didominasi faktor pendarahan saat melahirkan, gangguan jantung, dan darah tinggi.
Untuk mengurangi potensi naiknya kematian bayi dan ibu melahirkan, instansinya aktif melakukan sosialisasi dan penyuluhan persalinan secara langsung kepada ibu-ibu hamil melalui program 'kelas ibu hamil', maupun tidak langsung melalui puskesmas di setiap kecamatan.
"Sosialisasi dan penyuluhan persalinan ini penting, karena minimnya pemahaman akan penanganan persalinan yang sehat jadi salah satu pemicu AKI dan AKB," ucapnya.
Upaya lain untuk menekan resiko naiknya jumlah AKI dan AKB, pihaknya mengimbau masyarakat supaya aktif memeriksakan ibu hamil atau balita mereka kepada bidan setempat.
"Terutama, jika bidan atau dokter meminta pasien hamil ini dirujuk ke rumah sakit, sebaiknya hal itu segera dilakukan, supaya kondisi pasien cepat tertangani. Sebab, salah satu penyebab timbulnya risiko kematian itu, akibat penanganan yang tidak cepat dilakukan."
"Catatan kami, dari Januari sampai April, bayi yang meninggal sudah 37 orang. Ini jumlah yang cukup tinggi," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Subang, Budi Subiantoro, kepada KORAN SINDO, Minggu (3/5/2015).
Tahun 2014, jumlah bayi yang meninggal juga terhitung sangat banyak, mencapai 138 orang. Tahun ini, pihaknya berharap angka kematian bayi berkurang, meskipun dalam kurun waktu empat bulan terakhir, tingkat kematian bayi tersebut dinilai cukup tinggi.
Berbeda dengan AKB, angka kematian ibu melahirkan (AKI) hanya mencapai 10 orang selama empat bulan terakhir. Meski demikian, jumlah AKI tersebut berpotensi bertambah sepanjang tahun 2015 ini.
"Sebab, tahun lalu saja (2014, red), jumlah AKI mencapai 11 orang. Sedangkan tahun ini, sampai April saja sudah 10 orang. Jadi mungkin saja ada kenaikan dibandingkan tahun lalu," kata Budi.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Subang Ahmad Nasuhi mengatakan, tingginya jumlah kematian bayi disebabkan sejumlah faktor, di antaranya minimnya pemahaman dalam penanganan, kelahiran prematur, berat badan bayi lahir rendah, dan lainnya.
Sedangkan kematian ibu melahirkan mayoritas didominasi faktor pendarahan saat melahirkan, gangguan jantung, dan darah tinggi.
Untuk mengurangi potensi naiknya kematian bayi dan ibu melahirkan, instansinya aktif melakukan sosialisasi dan penyuluhan persalinan secara langsung kepada ibu-ibu hamil melalui program 'kelas ibu hamil', maupun tidak langsung melalui puskesmas di setiap kecamatan.
"Sosialisasi dan penyuluhan persalinan ini penting, karena minimnya pemahaman akan penanganan persalinan yang sehat jadi salah satu pemicu AKI dan AKB," ucapnya.
Upaya lain untuk menekan resiko naiknya jumlah AKI dan AKB, pihaknya mengimbau masyarakat supaya aktif memeriksakan ibu hamil atau balita mereka kepada bidan setempat.
"Terutama, jika bidan atau dokter meminta pasien hamil ini dirujuk ke rumah sakit, sebaiknya hal itu segera dilakukan, supaya kondisi pasien cepat tertangani. Sebab, salah satu penyebab timbulnya risiko kematian itu, akibat penanganan yang tidak cepat dilakukan."
(zik)