Kumpulkan Ketupat, Sapi pun Ikut Makan
A
A
A
Tradisi Gumbregi masih dilestarikan oleh warga Sabrang, Desa Giripurwo, Kecamatan Girimulyo, Kulonprogo. Tradisi yang sudah turun-temurun ini menjadi ungkapan rasa syukur atas melimpahnya hasil panen padi dan keselamatan.
Matahari belum begitu tinggi, namun para orang tua, pemuda, dan anak-anak di Pedukuhan Sabrang sudah bergegas ke luar rumah. Setiap keluarga langsung berjalan menuju salah satu petak sawah di wilayah mereka yang telah dipersiapkan panitia. Setiap kepala keluarga membawa bungkusan yang dibalut dengan kain dari alas meja. Bungkusan ini berisi ketupat dengan lauk berupa tempe dan tahu bacem. Sesepuh adat dan panitia juga membawa dua buah tumpeng.
Tumpeng robyong lengkap dengan aneka lauk dan jajan pasar. Sajian semakin lengkap dengan adanya ayam ingkung. Sekitar pukul 07.00 WIB, hampir semua warga sudah berkumpul. Tokoh adat dan sesepuh langsung memimpin doa ungkapan rasa syukur. Selesai berdoa mereka menggelar makan bersama dengan warga, untuk menambah kerukunan dan kebersamaan. Meski hanya menggunakan lauk dari tahu dan tempe, warga cukup lahap menikmati hidangan di pagi itu.
“Ini merupakan ungkapan rasa syukur atas melimpahnya hasil panen, keselamatan warga, dan ternak-ternak yang sehat dan gemuk,” ujar tokoh masyarakat, Atmo Karsono. Pria yang sudah berusia 75 tahun ini sudah sejak lama diberi kepercayaan untuk memimpin upacara dan tradisi Gumbregi di sini. Tradisi ini sudah berusia ratusan tahun sejak orang tua mereka ada. Hingga kini warga juga masih terus melestarikan budaya yang mengajarkan kebaikan. Setidaknya akan membuat kebersamaan antarwarga dan kegotongroyongan tetap terjaga. Atma menjelaskan, ketupat yang dibawa warga juga diberikan untuk ternak mereka.
Kambing, sapi, kerbau ataupun ayam turut dikasih makan ketupat. Ini menjadi perlambang kebersamaan antara alam dan penghuninya sehingga ternak mereka juga pantas diberikan hasil panenan yang melimpah. “Biasanya upacara ini dilaksanakan setelah selesai panen. Dulu warga membawa ternaknya ke sawah dan dikasih makan. Tetapi sekarang diberikan di kandang,” paparnya. Pemilik ternak, Sukirah, menjelaskan, pemberian ketupat kepada ternak ini mengandung maksud mulia.
Warga ingin ternak mereka bisa tumbuh besar, sehat, dan gemuk seperti ketupat yang isinya cukup padat. “Ada yang dikalungkan ke ternak, sebagai ungkapan ternak bisa tumbuh besar dan sehat seperti ketupat,” katanya. Camat Girimulyo Purwono memberikan apresiasi atas terselenggaranya tradisi adat Gumbregi. Tradisi ini sudah rutin dilakukan warga sebagai ungkapan rasa syukur. Salah satunya dengan hasil panenan melimpah, maupun ternak yang sehat dan besar.
“Tradisi seperti ini harus dijaga dan dilestarikan,” ungkap Purwono. Kegiatan seperti akan menjadi penambah rekatnya semangat keistimewaan DIY. Pemerintah terus mendorong agar tradisi dilestarikan dengan menggelontorkan dana keistimewaan. _
Kuntadi
Kulonprogo
Matahari belum begitu tinggi, namun para orang tua, pemuda, dan anak-anak di Pedukuhan Sabrang sudah bergegas ke luar rumah. Setiap keluarga langsung berjalan menuju salah satu petak sawah di wilayah mereka yang telah dipersiapkan panitia. Setiap kepala keluarga membawa bungkusan yang dibalut dengan kain dari alas meja. Bungkusan ini berisi ketupat dengan lauk berupa tempe dan tahu bacem. Sesepuh adat dan panitia juga membawa dua buah tumpeng.
Tumpeng robyong lengkap dengan aneka lauk dan jajan pasar. Sajian semakin lengkap dengan adanya ayam ingkung. Sekitar pukul 07.00 WIB, hampir semua warga sudah berkumpul. Tokoh adat dan sesepuh langsung memimpin doa ungkapan rasa syukur. Selesai berdoa mereka menggelar makan bersama dengan warga, untuk menambah kerukunan dan kebersamaan. Meski hanya menggunakan lauk dari tahu dan tempe, warga cukup lahap menikmati hidangan di pagi itu.
“Ini merupakan ungkapan rasa syukur atas melimpahnya hasil panen, keselamatan warga, dan ternak-ternak yang sehat dan gemuk,” ujar tokoh masyarakat, Atmo Karsono. Pria yang sudah berusia 75 tahun ini sudah sejak lama diberi kepercayaan untuk memimpin upacara dan tradisi Gumbregi di sini. Tradisi ini sudah berusia ratusan tahun sejak orang tua mereka ada. Hingga kini warga juga masih terus melestarikan budaya yang mengajarkan kebaikan. Setidaknya akan membuat kebersamaan antarwarga dan kegotongroyongan tetap terjaga. Atma menjelaskan, ketupat yang dibawa warga juga diberikan untuk ternak mereka.
Kambing, sapi, kerbau ataupun ayam turut dikasih makan ketupat. Ini menjadi perlambang kebersamaan antara alam dan penghuninya sehingga ternak mereka juga pantas diberikan hasil panenan yang melimpah. “Biasanya upacara ini dilaksanakan setelah selesai panen. Dulu warga membawa ternaknya ke sawah dan dikasih makan. Tetapi sekarang diberikan di kandang,” paparnya. Pemilik ternak, Sukirah, menjelaskan, pemberian ketupat kepada ternak ini mengandung maksud mulia.
Warga ingin ternak mereka bisa tumbuh besar, sehat, dan gemuk seperti ketupat yang isinya cukup padat. “Ada yang dikalungkan ke ternak, sebagai ungkapan ternak bisa tumbuh besar dan sehat seperti ketupat,” katanya. Camat Girimulyo Purwono memberikan apresiasi atas terselenggaranya tradisi adat Gumbregi. Tradisi ini sudah rutin dilakukan warga sebagai ungkapan rasa syukur. Salah satunya dengan hasil panenan melimpah, maupun ternak yang sehat dan besar.
“Tradisi seperti ini harus dijaga dan dilestarikan,” ungkap Purwono. Kegiatan seperti akan menjadi penambah rekatnya semangat keistimewaan DIY. Pemerintah terus mendorong agar tradisi dilestarikan dengan menggelontorkan dana keistimewaan. _
Kuntadi
Kulonprogo
(ars)