Hari Pendidikan, Mahasiswa Palembang Nobar Film Dokumenter
A
A
A
PALEMBANG - Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) pada 2 Mei hari ini di Palembang diwarnai aksi nonton bareng (nobar) film dokumenter yang baru diproduksi oleh tiga sineas muda berjudul "Jangan Tutup Sekolah Kami".
Diungkapkan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP) Trian, salah satu agenda hardiknas kali ini adalah berusaha mengkritisi dunia pendidikan di wilayah register 45 Provinsi Lampung.
Sebagai provinsi yang berbatasan paling dekat Lampung, Palembang juga menjadi kota yang dipilih dalam kegiatan roadshow film tersebut. Kegiatan nobar yang akan digelar di areal kampus yang akan diisi dengan berbagai diskusi dan aksi massa.
"Ini film tentang sulitnya pelajar moro-moro untuk mendapatkan pendidikan. Sebagai mahasiswa, kami pun menjadi bagian dari dunia pendidikan di negara ini," kata perwakilan organisasi mahasiswa FMN ini, Jumat (1/5/2015).
Bakal hadir dalam kegiatan itu, salah satu sineas sekaligus Director filmnya Miftahudin. Saat ditemui wartawan, Miftahudin mengatakan, film pendek ini diproduksi dalam waktu singkat dengan target diputar serentak dalam peringatan hardiknas.
"Kami menargetkan film ini menjadi bagian Hardiknas di Indonesia. Film dokumenter yang real menjelaskan permasalahan pendidikan di negeri ini," ungkapnya.
Film yang menceritakan persoalan pendidikan dasar pelajar moro-moro Register 45 Mesuji ini hendak menyampaikan pesan jika pendidikan merupakan hak konstitusional setiap warga negara.
Sekolah-sekolah di wilayah Register 45 terancam ditutup, karena Pemerintah Kabupaten Mesuji tidak mengizinkan kelas jauh pada sekolah tersebut. Penyebabnya karena sekolah tersebut berada di kawasan Hutan Register 45.
Padahal, sekolah ini dibangun atas usaha swadaya masyarakat di wilayah tersebut. "Jarak ke sekolah induk amat jauh hingga 10 Km. Bayangkan jika sekolah ini ditutup, akibatnya anak-anak harus menempuh jarak yang teramat jauh‎," ungkapnya.
Terpisah, Bagian Promosi Film Rico Andreas mengatakan, lebih dari 50 kota di dalam dan luar negeri mengajukan keinginan menggelar kegiatan pemutaran film sekaligus duskusi bersama.
"Film ini sudah dibagikan pada jaringan, baik organisasi mahasiswa, komunitas, dan teman-teman buruh migran guna mengapresiasikan film ini," pungkas Rico.
Diungkapkan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP) Trian, salah satu agenda hardiknas kali ini adalah berusaha mengkritisi dunia pendidikan di wilayah register 45 Provinsi Lampung.
Sebagai provinsi yang berbatasan paling dekat Lampung, Palembang juga menjadi kota yang dipilih dalam kegiatan roadshow film tersebut. Kegiatan nobar yang akan digelar di areal kampus yang akan diisi dengan berbagai diskusi dan aksi massa.
"Ini film tentang sulitnya pelajar moro-moro untuk mendapatkan pendidikan. Sebagai mahasiswa, kami pun menjadi bagian dari dunia pendidikan di negara ini," kata perwakilan organisasi mahasiswa FMN ini, Jumat (1/5/2015).
Bakal hadir dalam kegiatan itu, salah satu sineas sekaligus Director filmnya Miftahudin. Saat ditemui wartawan, Miftahudin mengatakan, film pendek ini diproduksi dalam waktu singkat dengan target diputar serentak dalam peringatan hardiknas.
"Kami menargetkan film ini menjadi bagian Hardiknas di Indonesia. Film dokumenter yang real menjelaskan permasalahan pendidikan di negeri ini," ungkapnya.
Film yang menceritakan persoalan pendidikan dasar pelajar moro-moro Register 45 Mesuji ini hendak menyampaikan pesan jika pendidikan merupakan hak konstitusional setiap warga negara.
Sekolah-sekolah di wilayah Register 45 terancam ditutup, karena Pemerintah Kabupaten Mesuji tidak mengizinkan kelas jauh pada sekolah tersebut. Penyebabnya karena sekolah tersebut berada di kawasan Hutan Register 45.
Padahal, sekolah ini dibangun atas usaha swadaya masyarakat di wilayah tersebut. "Jarak ke sekolah induk amat jauh hingga 10 Km. Bayangkan jika sekolah ini ditutup, akibatnya anak-anak harus menempuh jarak yang teramat jauh‎," ungkapnya.
Terpisah, Bagian Promosi Film Rico Andreas mengatakan, lebih dari 50 kota di dalam dan luar negeri mengajukan keinginan menggelar kegiatan pemutaran film sekaligus duskusi bersama.
"Film ini sudah dibagikan pada jaringan, baik organisasi mahasiswa, komunitas, dan teman-teman buruh migran guna mengapresiasikan film ini," pungkas Rico.
(san)