Mulai Krisis, Warga Bali Diminta Hemat Air
A
A
A
DENPASAR - Kampanye penghematan air mulai di dengungkan di Bali. Pasalnya Bali mulai mengalami krisis atau devisit air, meski potensi air di Pulau Dewata ini masih cukup besar.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) I Ketut Ari Artana saat media gathering bersama PT. Tirta Investama di Desa Budaya Kertalangu, Kesiman, Denpasar, Kamis (30/04/2015).
Dikatakan, belum ada penelitian secara detail tentang air tanah di Bali. Saat ini pemerintah Provinsi Bali sudah memiliki sumur pantau yang tersebar di beberapa kabupaten seperti di Gianyar, Denpasar, Badung, Tabanan, Buleleng , Jembrana dan Karangasem.
Kabupaten yang belum memiliki sumur pantai adalah kabupaten Bangli dan Klungkung. Sementara Badung memiliki paling banyak sumur pantau, dua di Kuta dan satu di Badung.
"Dari hasil pemantauan yang kita lakukan pada sumur pantau, belum terjadi penurunan permukaan air tanah yang signifikan konstan. Dari segi kualitas, daerah lain masih normal kecuali Kuta dan Denpasar," pungkasnya.
Dijelaskan, kecenderungan penurunan di dua kawasan itu karena ada tingkat pengambilan yang relatif meningkat ketika sumur makin dieksploitasi, maka sumur tersebut kualitas airnya akan turun.
"Khusus untuk daerah selatan, merupakan tingkat pengambilan air tanahnya yang paling besar, yakni di kawasan Kuta, Badung dan Sanur, Denpasar," katanya.
Menurutnya, sudah ada Peraturan Menteri atau Permen ESDM No 12 tahun 2012 yang mengatur tentang penghematan penggunaan air tanah.
Disitu dijelaskan bagaimana menggunakan air, bagaimana memantapkan air limbah dan lain-lain, namun ditegaskannya pemerintah masih kurang mensosialisasikan bagaimana caranya berhemat terhadap penggunaan air.
"Kami tidak heran kalau air di daerah Denpasar dan Badung ini sudah menurun, karena eksploitasi air dikedua daerah tersebut cukup besar dibandingkan dengan daerah lain," pungkasnya.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) I Ketut Ari Artana saat media gathering bersama PT. Tirta Investama di Desa Budaya Kertalangu, Kesiman, Denpasar, Kamis (30/04/2015).
Dikatakan, belum ada penelitian secara detail tentang air tanah di Bali. Saat ini pemerintah Provinsi Bali sudah memiliki sumur pantau yang tersebar di beberapa kabupaten seperti di Gianyar, Denpasar, Badung, Tabanan, Buleleng , Jembrana dan Karangasem.
Kabupaten yang belum memiliki sumur pantai adalah kabupaten Bangli dan Klungkung. Sementara Badung memiliki paling banyak sumur pantau, dua di Kuta dan satu di Badung.
"Dari hasil pemantauan yang kita lakukan pada sumur pantau, belum terjadi penurunan permukaan air tanah yang signifikan konstan. Dari segi kualitas, daerah lain masih normal kecuali Kuta dan Denpasar," pungkasnya.
Dijelaskan, kecenderungan penurunan di dua kawasan itu karena ada tingkat pengambilan yang relatif meningkat ketika sumur makin dieksploitasi, maka sumur tersebut kualitas airnya akan turun.
"Khusus untuk daerah selatan, merupakan tingkat pengambilan air tanahnya yang paling besar, yakni di kawasan Kuta, Badung dan Sanur, Denpasar," katanya.
Menurutnya, sudah ada Peraturan Menteri atau Permen ESDM No 12 tahun 2012 yang mengatur tentang penghematan penggunaan air tanah.
Disitu dijelaskan bagaimana menggunakan air, bagaimana memantapkan air limbah dan lain-lain, namun ditegaskannya pemerintah masih kurang mensosialisasikan bagaimana caranya berhemat terhadap penggunaan air.
"Kami tidak heran kalau air di daerah Denpasar dan Badung ini sudah menurun, karena eksploitasi air dikedua daerah tersebut cukup besar dibandingkan dengan daerah lain," pungkasnya.
(nag)