Mary Jane Diberi Tahu saat Berjalan ke Lokasi Penembakan
A
A
A
Rabu (29/4) dini hari selepas pukul 00.00 WIB, Marittes Veloso dan adiknya, Darling Veloso, hanya terdiam pasrah ketika mendengar suara tembakan menyalak satu kali dari arah Lapangan Tembak Limus Buntu, Nusakambangan, tempat 9 terpidana mati dieksekusi.
Dermaga Sodong, tempat Maritees dan Darling berada, terletak sekitar 1 km dari lapangan tembak. Mendengar suara tembakan menguatkan hati mereka bahwa sang adik yang merupakan salah satu terpidana, Mary Jane Fiesta Veloso, sudah pergi selama-lamanya. Namun ketika hendak bersiap-siap membawa pulang jenazah Mary Jane, keduanya didatangi seseorang dan diberi tahu, “Mary Jane want to talk with you.”
Keduanya pun langsung kaget dan seolah tak percaya dengan informasi tersebut. Sebab apa yang mereka dengar tersebut berarti penting bagi mereka: Mary Jane masih hidup. Itulah sepenggal kisah detik-detik ketika eksekusi terhadap Mary Jane dibatalkan seperti dituturkan Harrold, rohaniwan yang mendampingi Mary Jane menjelang eksekusi, kepada Komisioner Komnas Perempuan Andriana Venny Aryani.
Saat eksekusi dilakukan, rohaniwan diperbolehkan mendampingi terpidana sampai ke lapangan tembak yang merupakan ring 1. “Mereka di ring 2, tidak boleh ke ring 1. Ketika mendengar suara tembakan door , mereka berpikir Mary Jane sudah nggak ada. Tiba-tiba Mary Jane ada. Jadi bagaimana dibayangkan. Bagi mereka itu seperti sebuah miracle . Ekspresi mereka tidak bisa diungkapkan dengan katakata,” kata Venny kemarin.
Dari cerita Harorld, Mary Jane diberi tahu bahwa eksekusinya dibatalkan sekitar pukul 23.55 ketika sedang dalam perjalanan menuju lapangan tembak dari sel isolasinya di Lapas Besi. Saat itu ada telepon instruksi dari Jakarta kepada jaksa eksekutor untuk membatalkan eksekusi terhadap Mary Jane. “Jadi di menit-menit akhir baru dikasih tahu,” kata Venny.
Penundaan eksekusi tersebut kemudian diberitahukan salah satu kuasa hukum yang mendampingi Maritees dan Darling, Ismail, kepada ibu, ayah, mantan suami, dan dua anak Mary Jane yang dini hari itu sedang dalam perjalanan ke Jakarta. Keluarga itu pun larut dalam keharuan dan kegembiraan.
Bahkan dua anak Mary Jane yang ikut dalam mobil dalam perjalanan ke Jakarta langsung loncat-loncat karena senang mendengar ibunya batal dieksekusi. “Mereka loncatloncat girang di dalam mobil sampai mobil harus menepi dulu untuk menenangkan mereka,” kata Venny.
Setelah mendengar kabar penundaan eksekusi tersebut, keluarga Mary Jane akhirnya tidak jadi ke kantor kedubes dan kembali ke Cilacap untuk bertemu dengan Mary Jane. Namun sesampainya di Cilacap mereka mendapat informasi bahwa Mary Jane sudah dibawa kembali ke Lapas Wirogunan, Sleman.
“Mereka sudah pesan berapa kamar, terus langsung dibatalkan dan melanjutkan ke Yogyakarta. Mereka juga sudah pesan tiket tanggal 30 untuk ke pulang ke Filipina sekaligus membawa jenazah Mary Jane,” imbuh Venny.
Pembatalan eksekusi mati Mary Jane juga disambut haru keluarganya di Filipina dan mereka yang mendukungnya. Di sekitar Kedubes RI di Manila, misalnya, para pendukung berurai air mata, berpelukan satu sama lain, dan mengangkat kepalan tangan.
Sementara di kota tempat Mary Jane lahir, Kota Cabanatuan, sanak kerabatnya mengelus dada dan menarik napas panjang. Mereka juga tidak percaya Mary Jane tidak jadi dieksekusi mati. “Ini tidak lebih merupakan sebuah keajaiban. Kami sangat senang. Puji Tuhan,” tandas bibi Mary Jane, Imelda Magday, kepada televisi lokal.
Penundaan eksekusi mati Mary Jane tidak terlepas dari kerja keras Pemerintah Filipina. Dengan didukung keberuntungan, Presiden Filipina Benigno Aquino berhasil meyakinkan Pemerintah Indonesia. Menurut mereka, Mary Jane sebaiknya tidak dieksekusi karena dalang di balik kasus yang menimpa perempuan 30 tahun tersebut telah menyerahkan diri.
Aquino menghubungi Pemerintah Indonesia dan berargumentasi bahwa Mary Jane akan menjadi saksi kunci dalam sidang sindikat narkoba. Untuk diketahui, dalang dimaksud adalah Maria Kristina Sergio yang menyerahkan diri kepada polisi, Selasa (28/4) pagi. Sergio didakwa dengan kasus rekrutmen ilegal, perdagangan manusia, dan narkoba.
Mary Jane sendiri kemarin sekitar pukul 08.00 WIB tiba kembali di Lapas Wirogunan dengan pengawalan ketat aparat kejaksaan dan Brimob. Saat Mary Jane tiba, sejumlah petugas lapas perempuan terisak haru dan bergantian memeluk Mary Jane. Mereka tidak menyangka Mary Jane lolos pada detik-detik terakhir eksekusi meskipun statusnya hanya ditunda. “Ada yang sempat menangis, mungkin terharu dari sisi kemanusiaan,” ujar seorang sumber kepada KORAN SINDO kemarin.
Mary Jane tiba di lapas dengan mengenakan baju piyama dan jaket. Dia juga membawa sebuah tas berisi kain putih yang diperkirakan merupakan gaun yang diminta Mary Jane untuk dipakai seusai pelaksanaan eksekusi yang ternyata ditunda itu.
Meskipun telah menghuni Lapas Wirogunan sejak 2013 dan baru dipindahkan ke Lapas Besi Nusakambangan 24 April kemarin, setiba di Lapas Wirogunan tadi pagi Mary Jane tetap menjalani prosedur pemeriksaan layaknya tahanan baru seperti cek kesehatan dan cek urine apakah tengah hamil. “Kondisinya sehat, dia lelah tapi tampak senang,” papar Kepala Lapas Wirogunan, Zaenal Arifin.
Farid Firdaus/Muh Shamil Cilacap
Dermaga Sodong, tempat Maritees dan Darling berada, terletak sekitar 1 km dari lapangan tembak. Mendengar suara tembakan menguatkan hati mereka bahwa sang adik yang merupakan salah satu terpidana, Mary Jane Fiesta Veloso, sudah pergi selama-lamanya. Namun ketika hendak bersiap-siap membawa pulang jenazah Mary Jane, keduanya didatangi seseorang dan diberi tahu, “Mary Jane want to talk with you.”
Keduanya pun langsung kaget dan seolah tak percaya dengan informasi tersebut. Sebab apa yang mereka dengar tersebut berarti penting bagi mereka: Mary Jane masih hidup. Itulah sepenggal kisah detik-detik ketika eksekusi terhadap Mary Jane dibatalkan seperti dituturkan Harrold, rohaniwan yang mendampingi Mary Jane menjelang eksekusi, kepada Komisioner Komnas Perempuan Andriana Venny Aryani.
Saat eksekusi dilakukan, rohaniwan diperbolehkan mendampingi terpidana sampai ke lapangan tembak yang merupakan ring 1. “Mereka di ring 2, tidak boleh ke ring 1. Ketika mendengar suara tembakan door , mereka berpikir Mary Jane sudah nggak ada. Tiba-tiba Mary Jane ada. Jadi bagaimana dibayangkan. Bagi mereka itu seperti sebuah miracle . Ekspresi mereka tidak bisa diungkapkan dengan katakata,” kata Venny kemarin.
Dari cerita Harorld, Mary Jane diberi tahu bahwa eksekusinya dibatalkan sekitar pukul 23.55 ketika sedang dalam perjalanan menuju lapangan tembak dari sel isolasinya di Lapas Besi. Saat itu ada telepon instruksi dari Jakarta kepada jaksa eksekutor untuk membatalkan eksekusi terhadap Mary Jane. “Jadi di menit-menit akhir baru dikasih tahu,” kata Venny.
Penundaan eksekusi tersebut kemudian diberitahukan salah satu kuasa hukum yang mendampingi Maritees dan Darling, Ismail, kepada ibu, ayah, mantan suami, dan dua anak Mary Jane yang dini hari itu sedang dalam perjalanan ke Jakarta. Keluarga itu pun larut dalam keharuan dan kegembiraan.
Bahkan dua anak Mary Jane yang ikut dalam mobil dalam perjalanan ke Jakarta langsung loncat-loncat karena senang mendengar ibunya batal dieksekusi. “Mereka loncatloncat girang di dalam mobil sampai mobil harus menepi dulu untuk menenangkan mereka,” kata Venny.
Setelah mendengar kabar penundaan eksekusi tersebut, keluarga Mary Jane akhirnya tidak jadi ke kantor kedubes dan kembali ke Cilacap untuk bertemu dengan Mary Jane. Namun sesampainya di Cilacap mereka mendapat informasi bahwa Mary Jane sudah dibawa kembali ke Lapas Wirogunan, Sleman.
“Mereka sudah pesan berapa kamar, terus langsung dibatalkan dan melanjutkan ke Yogyakarta. Mereka juga sudah pesan tiket tanggal 30 untuk ke pulang ke Filipina sekaligus membawa jenazah Mary Jane,” imbuh Venny.
Pembatalan eksekusi mati Mary Jane juga disambut haru keluarganya di Filipina dan mereka yang mendukungnya. Di sekitar Kedubes RI di Manila, misalnya, para pendukung berurai air mata, berpelukan satu sama lain, dan mengangkat kepalan tangan.
Sementara di kota tempat Mary Jane lahir, Kota Cabanatuan, sanak kerabatnya mengelus dada dan menarik napas panjang. Mereka juga tidak percaya Mary Jane tidak jadi dieksekusi mati. “Ini tidak lebih merupakan sebuah keajaiban. Kami sangat senang. Puji Tuhan,” tandas bibi Mary Jane, Imelda Magday, kepada televisi lokal.
Penundaan eksekusi mati Mary Jane tidak terlepas dari kerja keras Pemerintah Filipina. Dengan didukung keberuntungan, Presiden Filipina Benigno Aquino berhasil meyakinkan Pemerintah Indonesia. Menurut mereka, Mary Jane sebaiknya tidak dieksekusi karena dalang di balik kasus yang menimpa perempuan 30 tahun tersebut telah menyerahkan diri.
Aquino menghubungi Pemerintah Indonesia dan berargumentasi bahwa Mary Jane akan menjadi saksi kunci dalam sidang sindikat narkoba. Untuk diketahui, dalang dimaksud adalah Maria Kristina Sergio yang menyerahkan diri kepada polisi, Selasa (28/4) pagi. Sergio didakwa dengan kasus rekrutmen ilegal, perdagangan manusia, dan narkoba.
Mary Jane sendiri kemarin sekitar pukul 08.00 WIB tiba kembali di Lapas Wirogunan dengan pengawalan ketat aparat kejaksaan dan Brimob. Saat Mary Jane tiba, sejumlah petugas lapas perempuan terisak haru dan bergantian memeluk Mary Jane. Mereka tidak menyangka Mary Jane lolos pada detik-detik terakhir eksekusi meskipun statusnya hanya ditunda. “Ada yang sempat menangis, mungkin terharu dari sisi kemanusiaan,” ujar seorang sumber kepada KORAN SINDO kemarin.
Mary Jane tiba di lapas dengan mengenakan baju piyama dan jaket. Dia juga membawa sebuah tas berisi kain putih yang diperkirakan merupakan gaun yang diminta Mary Jane untuk dipakai seusai pelaksanaan eksekusi yang ternyata ditunda itu.
Meskipun telah menghuni Lapas Wirogunan sejak 2013 dan baru dipindahkan ke Lapas Besi Nusakambangan 24 April kemarin, setiba di Lapas Wirogunan tadi pagi Mary Jane tetap menjalani prosedur pemeriksaan layaknya tahanan baru seperti cek kesehatan dan cek urine apakah tengah hamil. “Kondisinya sehat, dia lelah tapi tampak senang,” papar Kepala Lapas Wirogunan, Zaenal Arifin.
Farid Firdaus/Muh Shamil Cilacap
(ftr)