Polisi Tembak Mati Rekannya, Lalu Bunuh Diri
A
A
A
MEDAN - Personel Polisi Perairan (Pol Air) Polres Serdangbedagai (Sergai) Brigpol Muhammad Dedi Sofyan tewas ditembak rekannya sendiri, Briptu Suprianto Sigiro, yang kemudian bunuh diri dengan menembak kepalanya, kemarin.
Menurut informasi, Briptu Suprianto mendatangi rumah Brigadir Dedi Sofyan dalam keadaan marah-marah. Kedua anggota polisi itu pun terlibat cekcok hingga akhirnya berkelahi. Namun belum diketahui apa yang menjadi motif pertengkaran keduanya. “Dari pengamatan di ruang belakang rumah, ada bekas pergumulan antara keduanya. Kemudian Briptu Sigiro menembakkan senjata laras panjang V2 yang dibawanya ke kepala Brigadir Dedi. Kejadian itu disaksikan istri Briptu Dedi,” katanya saat ditemui di lokasi kejadian, kemarin.
Begitu Brigadir Dedi tewas, Briptu Suprianto memeluk jasad rekannya sembari menyerahkan laras panjang V2 kepada istri Eka Kumala Sari, 33, dan memohon agar dirinya segera dieksekusi juga alias ditembak mati. Eka yang ketakutan langsung melarikan diri. Sejurus kemudian terdengar letusan senjata api dari dalam rumah itu hingga Briptu Suprianto ditemukan tewas.
Suara letusan senjata api sempat membuat warga berlarian menjauh karena takut terkena peluru nyasar . Warga baru berdatangan setelah Eka menjerit minta tolong dan tak terdengar lagi suara letusan senjata. Warga pun mendapati tubuh Brigadir Dedi Sofyan dan Briptu Sigiro berdekatan serta tak bergerak lagi. Tak lama berselang, personel Polsek Perbaungan berdatangan ke lokasi kejadian. Tim forensik dari Polres Sergai menemukan empat selongsong peluru dan sepucuk senjata laras panjang V2 milik Briptu Sugianto. Sementara pistol revolver milik Brigadir Dedi Sofyan masih tersimpan di lemari pakaian di kamar tidurnya.
“Kami belum mengetahuiapa motif Briptu Sugianto menembak mati Brigadir Dedi Sofyan sebelum akhirnya bunuh diri. Untuk memastikannya, pihak-pihak yang terkait dengan peristiwa ini akan kami periksa, termasuk unit kerja keduanya di Pol Air Pantai Cermin. Saya mengucapkan belasungkawa untuk keluarga keduanya, dan meminta maaf atas kejadian ini,” ujarnya. Untuk keperluan autopsi, kedua jasad personel polisi itu pun dibawa dengan ambulans ke RS Bhayangkara, Medan.
Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Pol Helfi Assegaf mengatakan, peristiwaituterjadiantara pukul 09.30-11.00 WIB. Pelaku masuk ke rumah korban dari pintu belakang, sedangkan istri korban, Eka Kumala Sari, sedang berada di ruang tengah. “Pelaku diduga panik sehingga menembak kepalanya sendiri,” ujarnya. Kepala Subbidang Penmas Humas Polda Sumut AKBP MP Nainggolan membantah bahwa perselisihan antara kedua anggota polisi itu dipicu persoalan perempuan lain. “Itu tidak benar, kasus ini masih dalam penyelidikan,” ucapnya.
Terpisah, Kepala Bidang Profesi dan Pengamanan (Propam) Polda Sumut, Kombes Pol Makmur Ginting mengatakan, langkah pertama yang mereka lakukan adalah memeriksa atasan kedua anggota polisi itu, yakni kepala Satpol Air Polres Sergai. “Sekarang kami masih mengumpulkan bukti-bukti. Sebab masih dalam suasana berduka sehingga kami belum bisa memeriksa,” katanya. Menurut dia, seyogianya tes psikologi setiappersonelpolisidilakukan sekali dalam enam bulan secara berkala. Propam akan menyelidiki kapan pemeriksaan terakhir dilakukan.
“Yang jelas tidak ada kejadian tembak menembak karena senjata korban masih tersimpan di lemari,” katanya. Psikolog Irna Minauli mengatakan, seseorang yang memiliki senjata api lebih rentan menimbulkan kekerasan bila kondisipsikologisnya labil. Jikaperasaan mudah tersinggung, akan dengan mudah yang bersangkutan meletuskan senjata api. Seseorang yang memiliki senjata api, terutama pria, juga menjadikan keegoannya semakin besar.
Dia menduga pemicu masalah ini adalah sepele, namun menyangkut harga diri sehingga membuat salah seorang di antaranya sanggup mempertaruhkan nyawanya. “Biasanya, ada masalah yang secara akumulatif dipendam. Bagi lakilaki, harga diri itu paling utama. Menurut saya itu bisa menjadi pemicunya,” ujarnya.
Erdian wirajaya/ frans marbun/ haris dasril
Menurut informasi, Briptu Suprianto mendatangi rumah Brigadir Dedi Sofyan dalam keadaan marah-marah. Kedua anggota polisi itu pun terlibat cekcok hingga akhirnya berkelahi. Namun belum diketahui apa yang menjadi motif pertengkaran keduanya. “Dari pengamatan di ruang belakang rumah, ada bekas pergumulan antara keduanya. Kemudian Briptu Sigiro menembakkan senjata laras panjang V2 yang dibawanya ke kepala Brigadir Dedi. Kejadian itu disaksikan istri Briptu Dedi,” katanya saat ditemui di lokasi kejadian, kemarin.
Begitu Brigadir Dedi tewas, Briptu Suprianto memeluk jasad rekannya sembari menyerahkan laras panjang V2 kepada istri Eka Kumala Sari, 33, dan memohon agar dirinya segera dieksekusi juga alias ditembak mati. Eka yang ketakutan langsung melarikan diri. Sejurus kemudian terdengar letusan senjata api dari dalam rumah itu hingga Briptu Suprianto ditemukan tewas.
Suara letusan senjata api sempat membuat warga berlarian menjauh karena takut terkena peluru nyasar . Warga baru berdatangan setelah Eka menjerit minta tolong dan tak terdengar lagi suara letusan senjata. Warga pun mendapati tubuh Brigadir Dedi Sofyan dan Briptu Sigiro berdekatan serta tak bergerak lagi. Tak lama berselang, personel Polsek Perbaungan berdatangan ke lokasi kejadian. Tim forensik dari Polres Sergai menemukan empat selongsong peluru dan sepucuk senjata laras panjang V2 milik Briptu Sugianto. Sementara pistol revolver milik Brigadir Dedi Sofyan masih tersimpan di lemari pakaian di kamar tidurnya.
“Kami belum mengetahuiapa motif Briptu Sugianto menembak mati Brigadir Dedi Sofyan sebelum akhirnya bunuh diri. Untuk memastikannya, pihak-pihak yang terkait dengan peristiwa ini akan kami periksa, termasuk unit kerja keduanya di Pol Air Pantai Cermin. Saya mengucapkan belasungkawa untuk keluarga keduanya, dan meminta maaf atas kejadian ini,” ujarnya. Untuk keperluan autopsi, kedua jasad personel polisi itu pun dibawa dengan ambulans ke RS Bhayangkara, Medan.
Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Pol Helfi Assegaf mengatakan, peristiwaituterjadiantara pukul 09.30-11.00 WIB. Pelaku masuk ke rumah korban dari pintu belakang, sedangkan istri korban, Eka Kumala Sari, sedang berada di ruang tengah. “Pelaku diduga panik sehingga menembak kepalanya sendiri,” ujarnya. Kepala Subbidang Penmas Humas Polda Sumut AKBP MP Nainggolan membantah bahwa perselisihan antara kedua anggota polisi itu dipicu persoalan perempuan lain. “Itu tidak benar, kasus ini masih dalam penyelidikan,” ucapnya.
Terpisah, Kepala Bidang Profesi dan Pengamanan (Propam) Polda Sumut, Kombes Pol Makmur Ginting mengatakan, langkah pertama yang mereka lakukan adalah memeriksa atasan kedua anggota polisi itu, yakni kepala Satpol Air Polres Sergai. “Sekarang kami masih mengumpulkan bukti-bukti. Sebab masih dalam suasana berduka sehingga kami belum bisa memeriksa,” katanya. Menurut dia, seyogianya tes psikologi setiappersonelpolisidilakukan sekali dalam enam bulan secara berkala. Propam akan menyelidiki kapan pemeriksaan terakhir dilakukan.
“Yang jelas tidak ada kejadian tembak menembak karena senjata korban masih tersimpan di lemari,” katanya. Psikolog Irna Minauli mengatakan, seseorang yang memiliki senjata api lebih rentan menimbulkan kekerasan bila kondisipsikologisnya labil. Jikaperasaan mudah tersinggung, akan dengan mudah yang bersangkutan meletuskan senjata api. Seseorang yang memiliki senjata api, terutama pria, juga menjadikan keegoannya semakin besar.
Dia menduga pemicu masalah ini adalah sepele, namun menyangkut harga diri sehingga membuat salah seorang di antaranya sanggup mempertaruhkan nyawanya. “Biasanya, ada masalah yang secara akumulatif dipendam. Bagi lakilaki, harga diri itu paling utama. Menurut saya itu bisa menjadi pemicunya,” ujarnya.
Erdian wirajaya/ frans marbun/ haris dasril
(ars)