Menangis Histeris dan Buat Surat ke Jokowi
A
A
A
Suara tangis keras memecah keheningan di kompleks dermaga penyeberangan Wijayapura, Cilacap, kemarin. Perhatian personel kepolisian, wartawan, dan sejumlah warga sontak tertuju arah datangnya suara tangisan.
Tangisan itu berasal dari rombongan keluarga dua terpidana mati asal Australia, Myuran Sukumaran dan Andrew Chan, yang menjenguk pentolan sindikat penyelundup narkoba Bali Nine itu untuk terakhir kalinya. Keluarga yang terlihat di antaranya, adik dari Myuran Sukumaran, Brintha Sukumaran dan Chintu Sukumaran. Kedatangan mereka sekitar pukul 09.00 WIB itu menarik perhatian karena Brintha menangis histeris ketika masih berjalan sekitar 100 meter dari pintu gerbang.
Raungan tangisnya terdengar keras. Sembari dipapah seorang laki-laki yang berjalan di sampingnya, Brintha terdengar terus menangis hingga sampai dermaga. Bahkan, dia harus dibopong ketika hendak masuk ke kantor dermaga karena lemas. Tak berselang lama kemudian keluarga Andrew Chan juga mendatangi dermaga.
Seorang wanita yang tidak terlihat jelas wajahnya karena tertutupi kain, juga terdengar menangis histeris saat berjalan masuk ke kompleks Dermaga Wijayapura. Tampak juga adik Andrew, Michael Sukumaran, ikut berjalan beriringan bersama wanita itu. Kesedihan mendalam juga dirasakan Angela Intan, kekasih terpidana mati asal Nigeria, Raheem Agbaje Salami. Angela datang ke Nusakambangan bersama keluarga Raheem.
Seperti masih menyimpan harapan, beberapa jam sebelum eksekusi dilakukan, Angela masih berupaya agar kekasihnya bebas dari hukuman mati. Melalui sebuah surat yang ditulis dengan tangan, Angela mencurahkan kesedihannya dan meminta Presiden Joko Widodo dan seluruh masya-rakat Indonesia membatalkan eksekusi. “Raheem dan ter-pidana lainnya adalah orang baik,” kata Angela dalam surat yang dibagikan kepada awak media di Dermaga Wijayapura, kemarin.
Angela mengatakan, Raheem dan delapan terpidana lainnya harus dibebaskan dari hukuman mati dan layak mendapat kesempatan kedua. “Tolong maafkan mereka dan hentikan eksekusi,” katanya. Pada akhir suratnya, Angela kembali mengungkapkan harapannya agar seluruh masyarakat Indonesia ikut membantu menghentikan pelaksanaan eksekusi mati.
Berikut isi lengkap surat terbuka yang ditulis Angela dalam bahasa Inggris: Selamat pagi, semuanya. Sebagai kekasih Raheem, saya meminta Pak Jokowi dan seluruh masyarakat Indonesia untuk menghentikan eksekusi. Mereka adalah orang baik dan mereka berhak mendapatkan kesempatan kedua. Tolong maafkan mereka dan hentikan eksekusi. Saya cinta kekasih saya dan saya mencintai semuanya.
Mengharap semuanya untuk menghentikan eksekusi. Salam cinta, Angela. Hasan Makarim, rohaniawan yang mendamping Raheem dan terpidana mati asal Indonesia, Zaenal Abidin mengungkapkan, Raheem dan Zaenal melakukan salat zuhur berjamaah menjelang eksekusi mati. Dua keluarga mereka juga ikut dalam barisan shaf salat. “Saya yang pimpin salat zuhur bersama mereka, keluarganya, dan pengacara. Semua saling memberi doa.
Terlihat persaudaraan yang kuat di antara keduanya,” kata Hasan, kemarin. Menurut Hasan, tidak tampak ada kesedihan di raut wajah Raheem dan Zaenal. Keduanya terlihat siap men-jalani ek-sekusi. “Ya semaksimal mungkin saya penguatan terus. Dan tadi luar biasa. Kuat,” ujarnya. Sementara terpidana mati asal Filipina, Mary Jane Fiesta Veloso, memanfaatkan saatsaat terakhir bertemu dengan keluarga dengan memeluk kedua anaknya yang datang menjenguk.
Ibu dan anak tersebut saling berpelukan erat di ruang besuk. Cony, salah seorang kerabat Mary Jane yang ikut dalam pertemuan mengatakan, hampir seluruh keluarga Mary Jane datang ke Nusakambangan untuk bertemu terakhir kalinya. “Mary Jane merasa bahagia karena bisa memeluk anaknya pada saat terakhir sebelum eksekusi,” kata Cony.
Seperti diketahui, Ke-jaksaan Agung memastikan akan mengeksekusi sembilan terpidana mati kasus narkoba di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Besi Nusakambangan. Belum ada pernyataan resmi kapan waktu eksekusi. Namun, informasi yang beredar pelaksanaan eksekusi akan dilakukan Rabu (29/4) dini hari.
Mereka yang akan dieksekusi, yakni Andrew Chan (warga negara Australia), Myuran Sukumaran (Australia), Raheem Agbaje Salami (Nigeria), Zainal Abidin (Indonesia), Rodrigo Gularte (Brasil), Silvester Obiekwe Nwaolise alias Mustofa (Nigeria), Martin Anderson alias Belo (Ghana), Okwudili Oyatanze (Nigeria). Sedangkan Mary Jane Fiesta Veloso (Filipina) dibatalkan eksekusinya.
Satu orang terpidana asal Perancis, Serge Areski Atlaoui, ditunda eksekusinya karena mengajukan gugatan terhadap keputusan grasi ke PTUN. Sebelumnya, Indonesia pada tahun ini telah melaksanakan hukuman mati t-ahap pertama. Eksekusi dilaksanakan pada 18 Januari lalu. Enam terpidana mati kasus narkoba dieksekusi di Pulau Nusakambangan dan Boyolali.
Mereka adalah Ang Kiem Soei alias Kim Ho alias Ance Tahir alias Tommi Wijaya, 62, warga Belanda; Namaona Denis, 48, warga Malawi; Marco Archer Cardoso Moreira, 53, warga Brasil; Daniel Enemua alias Diarrassouba Mamadou, 38, warga Nigeria; Rani Andriani alias Melisa Aprilia, 38, WNI; serta Tran Thi Bich Hanh, 37, warga Vietnam.
Farid firdaus
Cilacap
Tangisan itu berasal dari rombongan keluarga dua terpidana mati asal Australia, Myuran Sukumaran dan Andrew Chan, yang menjenguk pentolan sindikat penyelundup narkoba Bali Nine itu untuk terakhir kalinya. Keluarga yang terlihat di antaranya, adik dari Myuran Sukumaran, Brintha Sukumaran dan Chintu Sukumaran. Kedatangan mereka sekitar pukul 09.00 WIB itu menarik perhatian karena Brintha menangis histeris ketika masih berjalan sekitar 100 meter dari pintu gerbang.
Raungan tangisnya terdengar keras. Sembari dipapah seorang laki-laki yang berjalan di sampingnya, Brintha terdengar terus menangis hingga sampai dermaga. Bahkan, dia harus dibopong ketika hendak masuk ke kantor dermaga karena lemas. Tak berselang lama kemudian keluarga Andrew Chan juga mendatangi dermaga.
Seorang wanita yang tidak terlihat jelas wajahnya karena tertutupi kain, juga terdengar menangis histeris saat berjalan masuk ke kompleks Dermaga Wijayapura. Tampak juga adik Andrew, Michael Sukumaran, ikut berjalan beriringan bersama wanita itu. Kesedihan mendalam juga dirasakan Angela Intan, kekasih terpidana mati asal Nigeria, Raheem Agbaje Salami. Angela datang ke Nusakambangan bersama keluarga Raheem.
Seperti masih menyimpan harapan, beberapa jam sebelum eksekusi dilakukan, Angela masih berupaya agar kekasihnya bebas dari hukuman mati. Melalui sebuah surat yang ditulis dengan tangan, Angela mencurahkan kesedihannya dan meminta Presiden Joko Widodo dan seluruh masya-rakat Indonesia membatalkan eksekusi. “Raheem dan ter-pidana lainnya adalah orang baik,” kata Angela dalam surat yang dibagikan kepada awak media di Dermaga Wijayapura, kemarin.
Angela mengatakan, Raheem dan delapan terpidana lainnya harus dibebaskan dari hukuman mati dan layak mendapat kesempatan kedua. “Tolong maafkan mereka dan hentikan eksekusi,” katanya. Pada akhir suratnya, Angela kembali mengungkapkan harapannya agar seluruh masyarakat Indonesia ikut membantu menghentikan pelaksanaan eksekusi mati.
Berikut isi lengkap surat terbuka yang ditulis Angela dalam bahasa Inggris: Selamat pagi, semuanya. Sebagai kekasih Raheem, saya meminta Pak Jokowi dan seluruh masyarakat Indonesia untuk menghentikan eksekusi. Mereka adalah orang baik dan mereka berhak mendapatkan kesempatan kedua. Tolong maafkan mereka dan hentikan eksekusi. Saya cinta kekasih saya dan saya mencintai semuanya.
Mengharap semuanya untuk menghentikan eksekusi. Salam cinta, Angela. Hasan Makarim, rohaniawan yang mendamping Raheem dan terpidana mati asal Indonesia, Zaenal Abidin mengungkapkan, Raheem dan Zaenal melakukan salat zuhur berjamaah menjelang eksekusi mati. Dua keluarga mereka juga ikut dalam barisan shaf salat. “Saya yang pimpin salat zuhur bersama mereka, keluarganya, dan pengacara. Semua saling memberi doa.
Terlihat persaudaraan yang kuat di antara keduanya,” kata Hasan, kemarin. Menurut Hasan, tidak tampak ada kesedihan di raut wajah Raheem dan Zaenal. Keduanya terlihat siap men-jalani ek-sekusi. “Ya semaksimal mungkin saya penguatan terus. Dan tadi luar biasa. Kuat,” ujarnya. Sementara terpidana mati asal Filipina, Mary Jane Fiesta Veloso, memanfaatkan saatsaat terakhir bertemu dengan keluarga dengan memeluk kedua anaknya yang datang menjenguk.
Ibu dan anak tersebut saling berpelukan erat di ruang besuk. Cony, salah seorang kerabat Mary Jane yang ikut dalam pertemuan mengatakan, hampir seluruh keluarga Mary Jane datang ke Nusakambangan untuk bertemu terakhir kalinya. “Mary Jane merasa bahagia karena bisa memeluk anaknya pada saat terakhir sebelum eksekusi,” kata Cony.
Seperti diketahui, Ke-jaksaan Agung memastikan akan mengeksekusi sembilan terpidana mati kasus narkoba di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Besi Nusakambangan. Belum ada pernyataan resmi kapan waktu eksekusi. Namun, informasi yang beredar pelaksanaan eksekusi akan dilakukan Rabu (29/4) dini hari.
Mereka yang akan dieksekusi, yakni Andrew Chan (warga negara Australia), Myuran Sukumaran (Australia), Raheem Agbaje Salami (Nigeria), Zainal Abidin (Indonesia), Rodrigo Gularte (Brasil), Silvester Obiekwe Nwaolise alias Mustofa (Nigeria), Martin Anderson alias Belo (Ghana), Okwudili Oyatanze (Nigeria). Sedangkan Mary Jane Fiesta Veloso (Filipina) dibatalkan eksekusinya.
Satu orang terpidana asal Perancis, Serge Areski Atlaoui, ditunda eksekusinya karena mengajukan gugatan terhadap keputusan grasi ke PTUN. Sebelumnya, Indonesia pada tahun ini telah melaksanakan hukuman mati t-ahap pertama. Eksekusi dilaksanakan pada 18 Januari lalu. Enam terpidana mati kasus narkoba dieksekusi di Pulau Nusakambangan dan Boyolali.
Mereka adalah Ang Kiem Soei alias Kim Ho alias Ance Tahir alias Tommi Wijaya, 62, warga Belanda; Namaona Denis, 48, warga Malawi; Marco Archer Cardoso Moreira, 53, warga Brasil; Daniel Enemua alias Diarrassouba Mamadou, 38, warga Nigeria; Rani Andriani alias Melisa Aprilia, 38, WNI; serta Tran Thi Bich Hanh, 37, warga Vietnam.
Farid firdaus
Cilacap
(bbg)