Tiga Warga Bandung Hilang

Selasa, 28 April 2015 - 10:12 WIB
Tiga Warga Bandung Hilang
Tiga Warga Bandung Hilang
A A A
BANDUNG - Tiga pendaki, warga Kota Bandung hilang sejak terjadi gempa bumi berkekuatan 7,9 Skala Richter (SR) yang mengguncang Nepal sekitar pukul 13.11 WIB, Sabtu (25/4) lalu.

Ketiga pendaki yang dinyatakan hilang itu yakni, Jeroen Hehuwat, 39; Kadek Andana, 26; dan Alma Parahita, 31. Mereka ini merupakan anggota dalam komunitas pencinta alam Taruna Hiking Club (THC). Berdasarkan data yang didapat THC terkait nasib tiga anggotanya yang berada di Nepal, diketahui kontak terakhir de - ngan para pendaki itu pada Rabu (22/4) lalu melalui pesan singkat.

Ketika gempa bumi terjadi, tim hendak mendaki perbukitan sekitar Mount Everest, yakni Yala Peak (5.200 MDPL) dan Naya Kanga (5.800 MDPL) tersebut. Sebagian besar berada di Kyanjing Gompa Village berketinggian mencapai 3.700 MDPL. Update terakhir yang diterima THC, kemarin, sekitar pukul 06.50 waktu Kathmandu, Nepal, Desa Langtang National Park telah disapu tanah longsor.

Koordinator tim crisis center THC Gyaista Sampurno mengatakan, sampai saat ini pihaknya belum mendapatkan informasi terbaru terkait ketiga anggota THC yang berada hanya sejauh 50 kilometer dari pusat gempa di Kathmandu. “Informasi terbaru, kami dikabarkan bahwa tim rescue telah diturunkan di daerah Lantang, tempat terakhir ketiga kawan kami menghubungi,” kata Gyaista diCrisis Center THC, Bukit Dago Utara II No 20 X, kemarin.

Pria yang akrab dipanggil Ista ini mengemukakan, Jeroen Hehuwat, Kadek Andana, dan Alma Parahita berangkat dari Kathmandu menuju Syabrubesi pada Selasa (21/4). Keesokan harinya, ketiga pendaki ini melanjutkan perjalanan menuju Lama Hotel dan dilanjutkan ke Desa Langtang. Selanjutnya, ketiga pendaki berjalan kembali ke Khayangin Gompa untuk melakukan upaya penyesuaian fisiologis atau adaptasi terhadap lingkungan baru yang akan dimasuki (aklimatisasi).

Saat itu lah terjadi gempa bumi 7,9 SR yang meng uncang Nepal. “Ketiganya itu akan men daki Yala dan Naya Kanga, per bukitan sebelah barat sekitar 150 km dari Mount Everest” ujar Ista. Dia menuturkan, ketiga pen daki THC yang dinyatakan hilang itu merupakan pendaki andal yang memiliki penga laman mendaki beberapa gunung di Indonesia dan luar negeri.

Dari ketiganya, Jeroun yang paling berpengalaman mendaki pegunungan di luar negeri dan terutama di Nepal. “Kalau Kadek dan Alma belum pernah men daki di luar negeri, tapi mereka berpengalaman di gununggunung Indonesia,” tutur dia. Menurut Ista, pendakian me reka pun dilakukan di saat peak season, di mana banyak pen daki yang akan melakukan pendakian. Ista pun yakin, Jeroen, Kadek, dan Alma telah mum puni mendaki dua gunung Yala Peak dan Naya Kanga.

Sebab, mereka telah diberikan pem bekalan yang matang. “Saya yakin mereka sudah berpengalaman. Saya optimistis me reka selamat,” ungkap Ista. Ista mengatakan, informasi yang didapatkan terkait ketiga pendaki sangat minim. Pasalnya pemberitaan dan penyelamatan fokus dilaksanakan di Kathmandu dan Mount Everest, sedangkan di Desa Langtang sulit mendapatkan komunikasi.

“Langtang sulit komu nikasi dan jalan darat terputus. Saat ini sulit mendapatkan informasi yang terpercaya,” kata Ista. Namun begitu dia yakin jika ketiganya telah berpengalaman, selain itu mereka juga di te - mani oleh guide lokal. “Guide lokal ini biasanya kemampuan istingnya lebih peka terhadap dae rahnya, mereka juga lebih tau,” ujar dia.

Sampai saat ini pihaknya mengaku hanya menyebarkan informasi dan mengkonfirmasi apa pun informasi yang masuk. THC belum akan mengirim tim ke Nepal. Namun THC telah menyiapkan tim jika diperlukan. Sementara itu, Ketua THC Graito Handaru mengatakan, pada 19 April sekitar pukul 02.00 WIB, ketiga pendaki ini berangkat ke airport (Bandara Soekarno-Hatta) dan lepas landas pada pukul 05.30 WIB dengan tujuan Kathmandu, Nepal melalui Kuala Lumpur.

“Perjalanan ini sudah di ren ca nakan setahun lalu. Awalnya, ada program ke Kili manjaro namun karena ada isu penyebaran wabah ebola jadinya dicancel dan tahun ini ke Nepal,” kata Graito. Perjalanan dan pendakian diperkirakan memakan waktu 18 hari ini. Ketiga pendaki dibantu oleh tujuh porter lokal yang membawa logistik para pen daki. “Jadi beban yang dibawa pendaki ini tak terlalu berat karena logistik dan perlengkapan dibawa porter,” ujar dia.

Kendati begitu, Graito masih berharap yang terbaik untuk ketiga pendaki dan akan terus mencari informasi terkait mereka. “Kami masih berharap baik untuk tim kami. Kami juga akan terus mencari informasi terkait mereka,” tutur Graito. Sementara itu, Lundi Farida, 59, ibunda Kadek Ardana, mengatakan, anaknya itu sempat memberikan kabar melalui pesan singkat yang berisi bahwa Kadek dan istrinya yakni Alma dalam kondisi prima dan akan melanjutkan perjalanan keLangtang.

“Tanggal 23 (Kamis 23 April), terakhir dia (Kadek) mengirim SMS kepada saya,” kata Lundi ditemui KORAN SINDO kediamannya di Jalan Bukit Dago Utara I Nomor 20 Bandung. Pendakian Kadek dan Alma ini bisa dikatakan bulan madu, menurut Lundi, anaknya tersebut ingin memajang foto pernikah anya dengan gaya yang berbeda.

“Sebelumnya saya meminta Kadek untuk memasang foto pernikahannya di rumah, tapi dia ingin foto pernikahannya nanti yang akan dipasang berlatar gunung yang dia daki beserta istri (Alma). Feeling saya, anak saya masih sehat dan pasti selamat,” kata Lundi.

Wali Kota Perihatin

Wali Kota Bandung Ridwan Kamil turut prihatin dengan hilangnya tiga pendaki gunung asal Kota Bandung di Nepal. Pihaknya berharap Jeroen, Kadek, dan Alma dalam keadaan selamat. “Intinya saya prihatin. Mudah mudahan saya doakan yang warga Bandung dan juga warga warga Indonesia dan yang lainnya selamat ya, tidak terkena musibah atau meninggal dunia,” kata Wali Kota kepada wartawan di Hotel Savoy Homann, Jalan Asia Afrika, kemarin Emil mengaku, saat ini pihaknya telah berkoordinasi dengan tim pecinta alam asal Bandung untuk melakukan berbagai upaya guna mengetahui kondisi ketiga pendaki tersebut.

“Sedang diteliti. Jadi saya su dah kirim tim tim saya dari Mapala Bandung untuk menyisir informasi, Hingga saat ini belum ada kabar. Kalo ada kabar nanti saya kabari,” ujar Emil. Diketahui, saat ini, ada sekitar 34 WNI yang berada di Nepal, 18 orang menetap dan 16 WNI tercatat sedang mela ku kan kunjungan, baik sebagai turis maupun kegiatan resmi lain nya. Baru 17 orang telah berha sil dihubungi dalam keadaan baik. Akibat gempa tersebut jaringan komunikasi terganggu sehingga sulit melakukan kontak.

Nepal Kewalahan


Kondisi korban gempa Nepal sangat memprihatinkan. Peme rin tah negeri tersebut kewalahan mengatasi dampak bencana. Mereka sangat menunggu ban tuan interna sional. Bantuan sendiri tidak bisa cepat karena sulitnya akses kenegeri tersebut. Berdasar pantauan, ribuan korban gempa Nepal berkerumun di tenda-tenda dan men cari bantuan makanan serta obatobat an.

Korban yang meng alami cedera dan mereka yang sakit terlihat terbaring di tempat terbuka di ibu kota Nepal, Kathmandu, karena tidak dapat menemukan pembaringan di rumah sakit kota. Hingga kemarin, sebanyak 3.218 orang dipastikan meninggal dunia akibat gempa berkekuatan 7,6 Skala Richter tersebut.

Gempa yang terjadi Sabtu (25/4) merupakan gempa terbesar sejak 1934, yang saat itu me renggut 8.500 korban jiwa. Lebih dari 6.500 orang mengalami luka. Jumlah korban jiwa diya kini terus bertambah karena petugas penyelamat masih melakukan pencarian di daerah-daerah terpencil di negara pegunungan yang berpenduduk 28 juta jiwa itu.

Tim keamanan menduga dampak paling signifikan justru dirasakan warga di wilayah tepi pegunungan. “Wilayah perdesaan seperti ini sering terkena longsor. Bukan hal yang baru jika seluruh desa yang dihuni 200, 300, atau sampai 1000 orang benar-benar terbenam di bawah batu dan tanah,” kata Matt Darvas, jubir lembaga ban tuan World Vision.

Agie permadi/ dian rosadi muh shamil/ant
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7252 seconds (0.1#10.140)