Adopsi Kurikulum Australia, Anak Tak Lagi Tertekan
A
A
A
YOGYAKARTA - Metode pembelajaran yang umumnya diterapkan di sekolah saat ini dinilai membuat anak “tertekan”.
Karenanya, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta bersama Perhimpunan Indonesia Belajar (PIB) mulai mengaplikasikan Sekolah Menyenangkan di Yogyakarta. Salah satu pilot project Sekolah Menyenangkan di Yogyakarta ialah SD Muhammadiyah Condongcatur. Sekolah yang menjadi laboratorium bagi UAD ini telah menerapkan inovasi-inovasi pendidikan yang diambil dari Australia.
“Dengan program Sekolah Menyenangkan, sudah tidak ada lagi anak yang tertekan karena belajar di sekolah. Sekolah menjadi tempat yang menyenangkan dan belajar bukanlah beban. Selain itu, tidak ada lagi buku banyak atau PR banyak,” ujar Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UAD, Dra Trikinasih Handayani MSi.
Menurut Trikinasih, di Sekolah Menyenangkan, anak tidak diajarkan menguasai akademik saja, namun juga dikembangkan karakternya. Karenanya, dia menganggap guru masa kini juga harus mengubah cara pandangnya terhadap metode pembelajaran. “Bermain sambil belajar, itu yang kami terapkan. PR yang banyak justru hanya menghambat anak bersosialisasi. Karena itu, program ini juga menuntut keterampilan dan kreativitas guru,” ucapnya.
Ketua PIB, Muhammad Nur Rizal, juga menjelaskan, sejak 2014, menjalin kerja sama dengan UAD untuk makin memperluas penerapan program Sekolah Menyenangkan di Indonesia. Sebab, dari pengalamannya menyosialisasikan program tersebut, terjadi perubahan karakter yang lebih baik pada anak.
“Ini cara yang baik untuk pendidikan Indonesia, dimana anak menjadi senang datang ke sekolah dan sedih saat harus pergi. Bukannya yang terjadi selama ini, anak sedih datang ke sekolah dan senang saat harus pergi,” tuturnya. Dengan banyaknya manfaat yang terjadi, Rizal pun bertekad menularkan metode-metode Sekolah Menyenangkan ke seluruh Indonesia.
Diakuinya, kurikulum dan metode pembelajaran pada Sekolah Menyenangkan diambil dari Australia, dimana PIB telah melakukan penelitian dan observasi di sana. Untuk memulai penerapan Sekolah Menyenangkan, yang pertama dilakukan selalu membangun lingkungan dan suasana positif di sekolah.
“Komunitas sekolah dibenahi dulu, mulai dari lebih menghargai karakter positif dan suasana kelas dibuat senyaman mungkin. Jika lingkungan sudah terbentuk sempurna, keterampilan guru ditingkatkan. Tapi ini biasanya juga bersifat otomatis, guru akan termotivasi mencari metode pembelajaran inovatif sesuai lingkungan yang sudah terbentuk,” paparnya.
Diungkapkan Rizal, pemberian penghargaan bagi siswa berprestasi pun penting. Prestasi tidak hanya berdasarkan akademik, prestasi karena karakter diri pun perlu mendapatkan apresiasi. Dicontohkannya, anak yang selalu mau menolong temannya, anak yang peduli akan kebersihan lingkungan, atau anak yang mampu menebar keceriaan di mana pun berada, juga perlu diapresiasi.
”Di Sekolah Menyenangkan, diterapkan pula publikasi portofolio anak. Ini berisi proses pembelajaran tiap anak, sehingga mereka tahu kelebihan dan kekurangannya. Dalam hal ini anak diajak saling berkolaborasi meningkatkan kelebihan dan meminimalkan kekurangan, bukan justru kompetisi antaranak,” ungkapnya.
Dalam kunjungannya ke SD Muhammadiyah Condongcatur, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, mengatakan, sudah saatnya ada perubahan cara pandang pada pendidikan Indonesia. Sebab, menurutnya, pendidikan tidak hanya jadi urusan pengelolanya saja, tapi urusan semua orang.
“Konsep Sekolah Menyenangkan sangat baik dilakukan. Tapi yang tidak kalah penting ialah bagaimana agar masyarakat terlibat dalam proses pembelajarannya. Perlu diingat, menyenangkan di sini bukan bersenang-senang. Tapi pendidikan yang lebih relevan dengan kehidupan. Saya berharap metode ini bisa menular ke sekolah-sekolah lain,” ujarnya.
Ratih Keswara
Karenanya, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta bersama Perhimpunan Indonesia Belajar (PIB) mulai mengaplikasikan Sekolah Menyenangkan di Yogyakarta. Salah satu pilot project Sekolah Menyenangkan di Yogyakarta ialah SD Muhammadiyah Condongcatur. Sekolah yang menjadi laboratorium bagi UAD ini telah menerapkan inovasi-inovasi pendidikan yang diambil dari Australia.
“Dengan program Sekolah Menyenangkan, sudah tidak ada lagi anak yang tertekan karena belajar di sekolah. Sekolah menjadi tempat yang menyenangkan dan belajar bukanlah beban. Selain itu, tidak ada lagi buku banyak atau PR banyak,” ujar Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UAD, Dra Trikinasih Handayani MSi.
Menurut Trikinasih, di Sekolah Menyenangkan, anak tidak diajarkan menguasai akademik saja, namun juga dikembangkan karakternya. Karenanya, dia menganggap guru masa kini juga harus mengubah cara pandangnya terhadap metode pembelajaran. “Bermain sambil belajar, itu yang kami terapkan. PR yang banyak justru hanya menghambat anak bersosialisasi. Karena itu, program ini juga menuntut keterampilan dan kreativitas guru,” ucapnya.
Ketua PIB, Muhammad Nur Rizal, juga menjelaskan, sejak 2014, menjalin kerja sama dengan UAD untuk makin memperluas penerapan program Sekolah Menyenangkan di Indonesia. Sebab, dari pengalamannya menyosialisasikan program tersebut, terjadi perubahan karakter yang lebih baik pada anak.
“Ini cara yang baik untuk pendidikan Indonesia, dimana anak menjadi senang datang ke sekolah dan sedih saat harus pergi. Bukannya yang terjadi selama ini, anak sedih datang ke sekolah dan senang saat harus pergi,” tuturnya. Dengan banyaknya manfaat yang terjadi, Rizal pun bertekad menularkan metode-metode Sekolah Menyenangkan ke seluruh Indonesia.
Diakuinya, kurikulum dan metode pembelajaran pada Sekolah Menyenangkan diambil dari Australia, dimana PIB telah melakukan penelitian dan observasi di sana. Untuk memulai penerapan Sekolah Menyenangkan, yang pertama dilakukan selalu membangun lingkungan dan suasana positif di sekolah.
“Komunitas sekolah dibenahi dulu, mulai dari lebih menghargai karakter positif dan suasana kelas dibuat senyaman mungkin. Jika lingkungan sudah terbentuk sempurna, keterampilan guru ditingkatkan. Tapi ini biasanya juga bersifat otomatis, guru akan termotivasi mencari metode pembelajaran inovatif sesuai lingkungan yang sudah terbentuk,” paparnya.
Diungkapkan Rizal, pemberian penghargaan bagi siswa berprestasi pun penting. Prestasi tidak hanya berdasarkan akademik, prestasi karena karakter diri pun perlu mendapatkan apresiasi. Dicontohkannya, anak yang selalu mau menolong temannya, anak yang peduli akan kebersihan lingkungan, atau anak yang mampu menebar keceriaan di mana pun berada, juga perlu diapresiasi.
”Di Sekolah Menyenangkan, diterapkan pula publikasi portofolio anak. Ini berisi proses pembelajaran tiap anak, sehingga mereka tahu kelebihan dan kekurangannya. Dalam hal ini anak diajak saling berkolaborasi meningkatkan kelebihan dan meminimalkan kekurangan, bukan justru kompetisi antaranak,” ungkapnya.
Dalam kunjungannya ke SD Muhammadiyah Condongcatur, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, mengatakan, sudah saatnya ada perubahan cara pandang pada pendidikan Indonesia. Sebab, menurutnya, pendidikan tidak hanya jadi urusan pengelolanya saja, tapi urusan semua orang.
“Konsep Sekolah Menyenangkan sangat baik dilakukan. Tapi yang tidak kalah penting ialah bagaimana agar masyarakat terlibat dalam proses pembelajarannya. Perlu diingat, menyenangkan di sini bukan bersenang-senang. Tapi pendidikan yang lebih relevan dengan kehidupan. Saya berharap metode ini bisa menular ke sekolah-sekolah lain,” ujarnya.
Ratih Keswara
(ftr)