Calon Pengantin Diduga Dibunuh Ipar
A
A
A
DOLOKSANGGUL - Kasus pembunuhan sadis pasangan calon pengantin Ojak Purba, 33, dan Ospi Simbolon, 29, mulai terkuak. Polisi menduga kuat pelaku tak lain ipar Ojak berinisial AM, 36, yang telah tewas karena gantung diri.
Jenazah AM ditemukan tergantung di batang pohon di Dusun Sijambur, Desa Pardomuan, Kecamatan Ajibata, Toba Samosir (Tobasa), Sabtu (25/4) sekitar pukul 14.00 WIB. Polisi menemukan mobil Suzuki Carry pikap miliknya terparkir di tanah kosong yang berjarak 100 meter dari Kantor Polres Tobasa.
Di mobil itu ditemukan jaket dan linggis yang terdapat bercak darah diduga digunakan AM saat menghabisi Ojak dan Ospi. Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Humbahas Ajun Komisaris Polisi (AKP) Hendro Sutarno memastikan jenazah yang tergantung itu merupakan jenazah AM, ipar Ojak. Polisi telah mencocokkan ciri tubuh AM dengan pengakuan istrinya yang merupakan kakak Ojak.
“Ada tato elang di dada sebelah kanan dan jari kelingking cacat. Selain itu, kami mengambil foto semasa hidup yang bersangkutan dari istrinya,” katanya kepada KORAN SINDO MEDAN di kantornya kemarin. Menurut Hendro, polisi sempat kewalahan dalam mengidentifikasi AM karena istrinya tidak mau melihat jenazah tersebut. Lantas, polisi berinisiatif mengambil foto dan sejumlah alat pendukung untuk dicocokkan kepada jenazah.
Berdasarkan visum et repertum , AM bunuh diri sekitar tiga jam sebelum jenazahnya ditemukan atau sekitar pukul 11.00 WIB. Sejauh ini, polisi memastikan kematian AM karena bunuh diri, sebab tidak ditemukan tandatanda kekerasan di tubuhnya. Dari hasil pemeriksaan sementara, AM diduga sebagai pembunuh pasangan Ojak dan Ospi. Diduga AM melakukan perbuatan sadis karena marah terhadap keluarga Ojak.
“Pemicu kemarahan AM dilatarbelakangi persiapan untuk pesta pernikahan Ojak dan Ospi. Meski demikian, sampai saat ini (kemarin) AM masih kami duga sebagai pembunuh, bukan tersangka,” ujarnya. AM juga diketahui mengirimkan dua pesan singkat (SMS) kepada istri dan ibu kandungnya. AM meminta kepada istrinya untuk menjaga anakanak, sedangkan kepada ibunya dia meminta maaf atas semua tindakannya selama ini. Pesan tersebut dikirimkan beberapa saat sebelum AM melakukan bunuh diri.
“SMS itu yang menjadi salah satu acuan kepolisian untuk mengungkap siapa sebenarnya pelaku bunuh diri di salah satu pohon di perladangan warga itu. Dari SMS itu juga pihak kepolisian menghubungi satu per satu nama yang ada di telepon selulernya,” kata Kepala Unit I Reskrim Polres Humbahas, Ajun Inspektur Polisi Satu (Aiptu) Rocky Sianturi. Diduga kuat setelah mengirimkan pesan singkat tersebut, AM menonaktifkan ponselnya dengan cara melepaskan baterai. Sebab, polisi menemukan ponsel di kantong sebelah kanan AM dan baterainya di kantong sebelah kiri.
“Jadi, dia mematikan ponselnya kemudian bunuh diri menggunakan seutas tali yang tergantung di pohon. Kami telah mengamankan tali dan sejumlah barang bukti lain,” paparnya. Rocky menjelaskan, sebelumnya mereka sudah melacak keberadaan AM menggunakan alat Global Positioning System (GPS) serta mengejarnya ke beberapa titik yang berpindahpindah.
“Kami menduga dia (AM) panik karena membaca pemberitaan tentang kasus pembunuhan Ojak dan Ospi di media sehingga nekat melakukan bunuh diri,” tuturnya. AM kabur menggunakan mobil Suzuki Carry pikap yang diduga kehabisan bahan bakar di sekitar Polres Tobasa. Mobil tersebut ditinggalkan AM di sebuah tempat parkir. Dalam pengejaran itu Rocky mengungkapkan, mereka telah menginformasikan ciri-ciri AM dan mobil yang dikendarainya kepada Polres Tobasa. Namun, AM tergolong lihai dan mampu mengelabui polisi. Sebab, mobil tersebut disembunyikan persis di lahan dekat polres.
“Jadi, tidak ada yang curiga. Bahkan, masyarakat membiarkan mobil tersebut parkir selama satu pekan. Kami mengamankan jaket dan linggis yang terdapat bercak darah dari mobil. Nantinya darah yang membeku tersebut akan dicocokkan dengan darah Ojak dan Ospi. Jadi tes laboratorium nantinya yang memastikan apakah itu darah korban yang dibunuh pekan lalu,” kata Rocky. Sementara itu, istri korban dan para kerabat di Doloksanggul disebut-sebut tidak mau menerima jasad AM.
Dari informasi yang dihimpun AM dibawa keluarganya yang bermarga Manurung ke Desa Motung, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Tobasa. “Kenyataannya demikian. Pihak keluarga, khususnya istrinya yang boru Purba, menolak untuk melihat jasad AM. Bahkan setelah divisum di RSUD Porsea, jenazah AM diambil keluarganya, dan bukan oleh istrinya,” tambah Rocky.
Di tempat terpisah, Erikson Simbolon, kerabat Ospi Simbolon berharap penyelidikan polisi tidak berhenti sampai penemuan mayat AM, melainkan memastikan apakah AM sebagai pembunuh Ojak dan Ospi. Atau ada pula kemungkinan tersangka lain. “Sebab, kematian putri kami, Ospi Simbolon, di rumah calon suaminya masih menyimpan misteri. Kami berharap pengembangan (kasusnya) dilakukan,” ujarnya.
Erikson mengatakan bahwa kematian sadis yang dialami Ospi merupakan kematian yang tidak wajar serta perlakuan tersebut merupakan perlakuan di luar kemanusian. Itu sebabnya mereka akan mengawal penuntasan kasus tersebut. Kriminolog dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Nursariani Simatupang, menilai pelaku pembunuhan sadis yang dialami pasangan Ojak dan Ospi memiliki motif dendam pribadi. Tidak mungkin pembunuhan itu dilakukan tanpa maksud tertentu. Inilah yang perlu diselidiki oleh kepolisian.
“Saya tidak tahu apakah pihak suami yang memiliki dendam kepada orang lain atau dari pihak istri yang memiliki musuh. Pelaku melakukannya pasti dengan motif tersendiri. Soal harta, misalnya,” urainya. Nursariani melanjutkan, “Bicara soal harta, bisa saja membuat seseorang itu jadi hilang akal sehat. Saya menduga pelaku adalah orang yang dikenal pihak keluarga ataupun suruhan orang. Ini bukan kasus yang pertama terjadi. Banyak kasus pembunuhan yang terjadi di dalam keluarga. Nah, inilah diperlukan ketelitian kepolisian untuk mengungkapnya.”
Baringin lumban gaol / dody ferdiansyah
Jenazah AM ditemukan tergantung di batang pohon di Dusun Sijambur, Desa Pardomuan, Kecamatan Ajibata, Toba Samosir (Tobasa), Sabtu (25/4) sekitar pukul 14.00 WIB. Polisi menemukan mobil Suzuki Carry pikap miliknya terparkir di tanah kosong yang berjarak 100 meter dari Kantor Polres Tobasa.
Di mobil itu ditemukan jaket dan linggis yang terdapat bercak darah diduga digunakan AM saat menghabisi Ojak dan Ospi. Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Humbahas Ajun Komisaris Polisi (AKP) Hendro Sutarno memastikan jenazah yang tergantung itu merupakan jenazah AM, ipar Ojak. Polisi telah mencocokkan ciri tubuh AM dengan pengakuan istrinya yang merupakan kakak Ojak.
“Ada tato elang di dada sebelah kanan dan jari kelingking cacat. Selain itu, kami mengambil foto semasa hidup yang bersangkutan dari istrinya,” katanya kepada KORAN SINDO MEDAN di kantornya kemarin. Menurut Hendro, polisi sempat kewalahan dalam mengidentifikasi AM karena istrinya tidak mau melihat jenazah tersebut. Lantas, polisi berinisiatif mengambil foto dan sejumlah alat pendukung untuk dicocokkan kepada jenazah.
Berdasarkan visum et repertum , AM bunuh diri sekitar tiga jam sebelum jenazahnya ditemukan atau sekitar pukul 11.00 WIB. Sejauh ini, polisi memastikan kematian AM karena bunuh diri, sebab tidak ditemukan tandatanda kekerasan di tubuhnya. Dari hasil pemeriksaan sementara, AM diduga sebagai pembunuh pasangan Ojak dan Ospi. Diduga AM melakukan perbuatan sadis karena marah terhadap keluarga Ojak.
“Pemicu kemarahan AM dilatarbelakangi persiapan untuk pesta pernikahan Ojak dan Ospi. Meski demikian, sampai saat ini (kemarin) AM masih kami duga sebagai pembunuh, bukan tersangka,” ujarnya. AM juga diketahui mengirimkan dua pesan singkat (SMS) kepada istri dan ibu kandungnya. AM meminta kepada istrinya untuk menjaga anakanak, sedangkan kepada ibunya dia meminta maaf atas semua tindakannya selama ini. Pesan tersebut dikirimkan beberapa saat sebelum AM melakukan bunuh diri.
“SMS itu yang menjadi salah satu acuan kepolisian untuk mengungkap siapa sebenarnya pelaku bunuh diri di salah satu pohon di perladangan warga itu. Dari SMS itu juga pihak kepolisian menghubungi satu per satu nama yang ada di telepon selulernya,” kata Kepala Unit I Reskrim Polres Humbahas, Ajun Inspektur Polisi Satu (Aiptu) Rocky Sianturi. Diduga kuat setelah mengirimkan pesan singkat tersebut, AM menonaktifkan ponselnya dengan cara melepaskan baterai. Sebab, polisi menemukan ponsel di kantong sebelah kanan AM dan baterainya di kantong sebelah kiri.
“Jadi, dia mematikan ponselnya kemudian bunuh diri menggunakan seutas tali yang tergantung di pohon. Kami telah mengamankan tali dan sejumlah barang bukti lain,” paparnya. Rocky menjelaskan, sebelumnya mereka sudah melacak keberadaan AM menggunakan alat Global Positioning System (GPS) serta mengejarnya ke beberapa titik yang berpindahpindah.
“Kami menduga dia (AM) panik karena membaca pemberitaan tentang kasus pembunuhan Ojak dan Ospi di media sehingga nekat melakukan bunuh diri,” tuturnya. AM kabur menggunakan mobil Suzuki Carry pikap yang diduga kehabisan bahan bakar di sekitar Polres Tobasa. Mobil tersebut ditinggalkan AM di sebuah tempat parkir. Dalam pengejaran itu Rocky mengungkapkan, mereka telah menginformasikan ciri-ciri AM dan mobil yang dikendarainya kepada Polres Tobasa. Namun, AM tergolong lihai dan mampu mengelabui polisi. Sebab, mobil tersebut disembunyikan persis di lahan dekat polres.
“Jadi, tidak ada yang curiga. Bahkan, masyarakat membiarkan mobil tersebut parkir selama satu pekan. Kami mengamankan jaket dan linggis yang terdapat bercak darah dari mobil. Nantinya darah yang membeku tersebut akan dicocokkan dengan darah Ojak dan Ospi. Jadi tes laboratorium nantinya yang memastikan apakah itu darah korban yang dibunuh pekan lalu,” kata Rocky. Sementara itu, istri korban dan para kerabat di Doloksanggul disebut-sebut tidak mau menerima jasad AM.
Dari informasi yang dihimpun AM dibawa keluarganya yang bermarga Manurung ke Desa Motung, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Tobasa. “Kenyataannya demikian. Pihak keluarga, khususnya istrinya yang boru Purba, menolak untuk melihat jasad AM. Bahkan setelah divisum di RSUD Porsea, jenazah AM diambil keluarganya, dan bukan oleh istrinya,” tambah Rocky.
Di tempat terpisah, Erikson Simbolon, kerabat Ospi Simbolon berharap penyelidikan polisi tidak berhenti sampai penemuan mayat AM, melainkan memastikan apakah AM sebagai pembunuh Ojak dan Ospi. Atau ada pula kemungkinan tersangka lain. “Sebab, kematian putri kami, Ospi Simbolon, di rumah calon suaminya masih menyimpan misteri. Kami berharap pengembangan (kasusnya) dilakukan,” ujarnya.
Erikson mengatakan bahwa kematian sadis yang dialami Ospi merupakan kematian yang tidak wajar serta perlakuan tersebut merupakan perlakuan di luar kemanusian. Itu sebabnya mereka akan mengawal penuntasan kasus tersebut. Kriminolog dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Nursariani Simatupang, menilai pelaku pembunuhan sadis yang dialami pasangan Ojak dan Ospi memiliki motif dendam pribadi. Tidak mungkin pembunuhan itu dilakukan tanpa maksud tertentu. Inilah yang perlu diselidiki oleh kepolisian.
“Saya tidak tahu apakah pihak suami yang memiliki dendam kepada orang lain atau dari pihak istri yang memiliki musuh. Pelaku melakukannya pasti dengan motif tersendiri. Soal harta, misalnya,” urainya. Nursariani melanjutkan, “Bicara soal harta, bisa saja membuat seseorang itu jadi hilang akal sehat. Saya menduga pelaku adalah orang yang dikenal pihak keluarga ataupun suruhan orang. Ini bukan kasus yang pertama terjadi. Banyak kasus pembunuhan yang terjadi di dalam keluarga. Nah, inilah diperlukan ketelitian kepolisian untuk mengungkapnya.”
Baringin lumban gaol / dody ferdiansyah
(ars)